Kemenperin Jajaki Kerja Sama Vokasi Industri dengan Singapura
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah menjajaki kerja sama dengan institusi pendidikan di Singapura untuk mengembangkan program pendidikan vokasi industri yang efektif di Tanah Air.
Terobosan ini akan diterapkan di dalam kurikulum sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan pola dual system sehingga dapat menghasilkan tenaga kerja terampil yang sesuai kebutuhan sektor industri.
"Kita memerlukan hasil yang cepat dan tepat untuk mencetak sumber daya manusia industri. Maka kami susun program link and match antara SMK dengan industri serta mendirikan sekolah-sekolah baru dengan desain khusus," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan yang diterima SINDOnews, Sabtu (25/3/2017).
Airlangga memaparkan, bentuk kerja sama potensial kedua negara yang akan dilakukan, antara lain dengan pendekatan pendidikan yang tidak hanya belajar teori, juga lebih menekankan pada praktik lapangan. Selain itu, perluasan akses dan kesempatan bagi pelajar Indonesia untuk pemagangan pada perusahaan industri di Singapura.
"Kami juga akan memfasilitasi peningkatan kapasitas bagi penyelenggara pendidikan vokasi melalui workshop, seminar, pelatihan teknis dan magang industri, pembentukan master trainer bidang vokasi industri, penyesuaian dan penyetaraan standar kualifikasi tenaga kerja industri serta pengembangan fasilitas dan teknologi pembelajaran pendidikan vokasi," papar Airlangga.
Terkait strategi tersebut, Menperin berencana mengadaptasi modul-modul yang digunakan di lembaga pendidikan vokasi Singapura seperti ITE. "Kami juga sudah sampaikan kepada Menteri Pendidikan Singapura Ong Ye Kung, bahwa kita ingin belajar dari modul pendidikan di sini yang memberikan pelatihan untuk berbagai jenis keterampilan serta mengirimkan para trainer kami untuk belajar di Singapura," tuturnya.
Selain mengirimkan pelatih, Menperin juga mengharapkan pertukaran pelajar dalam program pemagangan di industri.
Chief Executive Officer ITE Bruce Poh menyambut positif rencana kolaborasi yang dipaparkan Menperin. Selama ini pihaknya memberikan jasa konsultasi, khususnya mengenai program pendidikan vokasi. “Kerja sama antara industri dan pendidikan merupakan peluang besar dan hal tersebut menjadi tujuan dari pelatihan yang kami berikan,” ujarnya.
Lembaga tersebut juga memiliki ITE Education Services yang bertindak sebagai konsultan mengenai Technical Vocational Education and Training (TVET).
Direktur Jenderal Ketahanan dan Akses Industri Internasional Kemenperin Harjanto berharap ITE juga membuat fasilitas pendidikan vokasi di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Kawasan ini merupakan proyek patungan perusahaan Singapura, Sembcorp Development Ltd dengan perusahaan lokal, PT Jababeka Tbk.
Fasilitas yang diberikan terutama penyediaan pengajar untuk mewujudkan prototipe ITE di Indonesia. "Apabila diwujudkan, fasilitas pendidikan vokasi tersebut turut menandai 50 Tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Singapura yang diperingati September nanti," ujarnya.
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri (Pusdiklat Kemenperin) Mujiyono yang juga mendampingi Menperin menyampaikan bahwa Kemenperin memiliki 9 SMK, 9 politeknik serta satu akademi komunitas.
“Sekolah-sekolah kejuruan milik Kemenperin tiap tahunnya meluluskan sekitar 5.000 siswa yang semuanya terserap dunia kerja. Ke depan, akan ditambah tujuh politeknik atau akademi komunitas di kawasan industri dengan program dual system dan sistem blok waktu,” paparnya.
Mujiyono memaparkan, peluang-peluang kerja sama lain yang bisa dilakukan seperti kerja sama ITE dengan unit pendidikan Kemenperin yang memiliki kesesuaian program studi, pertukaran materi pembelajaran serta pengembangan sistem sertifikasi.
"Selain itu, kerjasama dalam pembangunan politeknik dan akademi komunitas di kawasan industri dan wilayah pusat pertumbuhan industri juga diperlukan untuk mendukung pertumbuhan investasi," jelasnya.
Kementerian Perindustrian mempelopori pembangunan link and match antara SMK dengan dunia usaha industri secara massif untuk menghasilkan lulusan SMK yang kompeten dan siap kerja. Ditargetkan dalam kurun waktu 2017-2019 dapat terbangun link and match antara 355 perusahaan industri dengan 1.755 SMK.
Terobosan ini akan diterapkan di dalam kurikulum sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan pola dual system sehingga dapat menghasilkan tenaga kerja terampil yang sesuai kebutuhan sektor industri.
"Kita memerlukan hasil yang cepat dan tepat untuk mencetak sumber daya manusia industri. Maka kami susun program link and match antara SMK dengan industri serta mendirikan sekolah-sekolah baru dengan desain khusus," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan yang diterima SINDOnews, Sabtu (25/3/2017).
Airlangga memaparkan, bentuk kerja sama potensial kedua negara yang akan dilakukan, antara lain dengan pendekatan pendidikan yang tidak hanya belajar teori, juga lebih menekankan pada praktik lapangan. Selain itu, perluasan akses dan kesempatan bagi pelajar Indonesia untuk pemagangan pada perusahaan industri di Singapura.
"Kami juga akan memfasilitasi peningkatan kapasitas bagi penyelenggara pendidikan vokasi melalui workshop, seminar, pelatihan teknis dan magang industri, pembentukan master trainer bidang vokasi industri, penyesuaian dan penyetaraan standar kualifikasi tenaga kerja industri serta pengembangan fasilitas dan teknologi pembelajaran pendidikan vokasi," papar Airlangga.
Terkait strategi tersebut, Menperin berencana mengadaptasi modul-modul yang digunakan di lembaga pendidikan vokasi Singapura seperti ITE. "Kami juga sudah sampaikan kepada Menteri Pendidikan Singapura Ong Ye Kung, bahwa kita ingin belajar dari modul pendidikan di sini yang memberikan pelatihan untuk berbagai jenis keterampilan serta mengirimkan para trainer kami untuk belajar di Singapura," tuturnya.
Selain mengirimkan pelatih, Menperin juga mengharapkan pertukaran pelajar dalam program pemagangan di industri.
Chief Executive Officer ITE Bruce Poh menyambut positif rencana kolaborasi yang dipaparkan Menperin. Selama ini pihaknya memberikan jasa konsultasi, khususnya mengenai program pendidikan vokasi. “Kerja sama antara industri dan pendidikan merupakan peluang besar dan hal tersebut menjadi tujuan dari pelatihan yang kami berikan,” ujarnya.
Lembaga tersebut juga memiliki ITE Education Services yang bertindak sebagai konsultan mengenai Technical Vocational Education and Training (TVET).
Direktur Jenderal Ketahanan dan Akses Industri Internasional Kemenperin Harjanto berharap ITE juga membuat fasilitas pendidikan vokasi di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Kawasan ini merupakan proyek patungan perusahaan Singapura, Sembcorp Development Ltd dengan perusahaan lokal, PT Jababeka Tbk.
Fasilitas yang diberikan terutama penyediaan pengajar untuk mewujudkan prototipe ITE di Indonesia. "Apabila diwujudkan, fasilitas pendidikan vokasi tersebut turut menandai 50 Tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Singapura yang diperingati September nanti," ujarnya.
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri (Pusdiklat Kemenperin) Mujiyono yang juga mendampingi Menperin menyampaikan bahwa Kemenperin memiliki 9 SMK, 9 politeknik serta satu akademi komunitas.
“Sekolah-sekolah kejuruan milik Kemenperin tiap tahunnya meluluskan sekitar 5.000 siswa yang semuanya terserap dunia kerja. Ke depan, akan ditambah tujuh politeknik atau akademi komunitas di kawasan industri dengan program dual system dan sistem blok waktu,” paparnya.
Mujiyono memaparkan, peluang-peluang kerja sama lain yang bisa dilakukan seperti kerja sama ITE dengan unit pendidikan Kemenperin yang memiliki kesesuaian program studi, pertukaran materi pembelajaran serta pengembangan sistem sertifikasi.
"Selain itu, kerjasama dalam pembangunan politeknik dan akademi komunitas di kawasan industri dan wilayah pusat pertumbuhan industri juga diperlukan untuk mendukung pertumbuhan investasi," jelasnya.
Kementerian Perindustrian mempelopori pembangunan link and match antara SMK dengan dunia usaha industri secara massif untuk menghasilkan lulusan SMK yang kompeten dan siap kerja. Ditargetkan dalam kurun waktu 2017-2019 dapat terbangun link and match antara 355 perusahaan industri dengan 1.755 SMK.
(ven)