Ini Cara ESDM Agar Harga Listrik Tidak Mahal
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan tengah berupaya membuat harga listrik di Tanah Air tidak mahal dan jauh lebih kompetitif. Sejumlah cara pun dilakukan agar pelaku usaha tidak teriak karena harga listrik terlampau tinggi.
Dia menjelaskan, kedepannya, pemerintah akan lebih memprioritaskan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berada di mulut tambang (mine mouth powerplant). Jika memang tidak ada potensi pembangunan PLTU mulut tambang di daerah tersebut, baru kemudian beralih ke pembangkit lain.
"Pemerintah prefer di mine mouth (pembangkit listrik), kecuali yang tidak ada. Negara ini kepulauan, enggak mungkin ada national grid. Sekarang maunya bagaimana, jadi pemerintah juga PLN sebagai operator fokus pada least cost basic energy," katanya di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Rabu (29/3/2017).
Menurutnya, pemerintah akan mendorong penggunaan energi dasar yang ada di daerah tersebut untuk proyek pembangkit listrik. Dia mencontohkan, wilayah Sumatra bagian selatan akan didorong agar membangun PLTU mulut tambang. Hal ini karena di lokasi tersebut memiliki cadangan batubara yang sangat besar.
"Sama juga daerah penghasil gas, kita wajibkan bangun wellhead gas powerplant, karena mengirim gas jauh lebih mahal, perlu regasifikasi ah, sudah pakai kabel saja. PLN komit bikin kabel. Ini supaya biaya pokok penyediaan bisa lebih kompetitif dan mengurangi third party cost," imbuh dia.
Jika harga listrik lebih efisien, sambung mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) ini, diharapkan kedepannya subsidi listrik pun akan terus menurun.
"Subsidi listrik kira-kira Rp47 triliun, mudah-mudahan enggak makin nambah. Kalau harga listrik makin lama makin efisien, mudah-mudahan subsidi makin turun," tandasnya.
Dia menjelaskan, kedepannya, pemerintah akan lebih memprioritaskan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berada di mulut tambang (mine mouth powerplant). Jika memang tidak ada potensi pembangunan PLTU mulut tambang di daerah tersebut, baru kemudian beralih ke pembangkit lain.
"Pemerintah prefer di mine mouth (pembangkit listrik), kecuali yang tidak ada. Negara ini kepulauan, enggak mungkin ada national grid. Sekarang maunya bagaimana, jadi pemerintah juga PLN sebagai operator fokus pada least cost basic energy," katanya di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Rabu (29/3/2017).
Menurutnya, pemerintah akan mendorong penggunaan energi dasar yang ada di daerah tersebut untuk proyek pembangkit listrik. Dia mencontohkan, wilayah Sumatra bagian selatan akan didorong agar membangun PLTU mulut tambang. Hal ini karena di lokasi tersebut memiliki cadangan batubara yang sangat besar.
"Sama juga daerah penghasil gas, kita wajibkan bangun wellhead gas powerplant, karena mengirim gas jauh lebih mahal, perlu regasifikasi ah, sudah pakai kabel saja. PLN komit bikin kabel. Ini supaya biaya pokok penyediaan bisa lebih kompetitif dan mengurangi third party cost," imbuh dia.
Jika harga listrik lebih efisien, sambung mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) ini, diharapkan kedepannya subsidi listrik pun akan terus menurun.
"Subsidi listrik kira-kira Rp47 triliun, mudah-mudahan enggak makin nambah. Kalau harga listrik makin lama makin efisien, mudah-mudahan subsidi makin turun," tandasnya.
(ven)