Peluang BI Turunkan Suku Bunga Masih Sempit
A
A
A
JAKARTA - Institute Development of Economic and Finance (Indef) menilai, peluang Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya masih sempit. Meskipun, bulan ini terjadi deflasi sekitar 0,02%.
Ekonom Indef Aviliani mengungkapkan, pemicu bank Sentral untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan tidak hanya berasal dari domestik. Isu global juga menjadi salah satu faktor yang dilihat sebelum BI memutuskan menurunkan BI 7days Repo Rate.
"Kalau dari domestik sebenarnya isunya bisa dilakukan (penurunan tingkat suku bunga). Tapi kan ini isunya bukan hanya ekonomi domestik. Tapi isu global," katanya di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (4/4/2017).
Dia menyebutkan, faktor yang membuat BI masih sulit menurunkan suku bunga acuan antara lain kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunganya. Selain itu, Negeri Paman Sam juga berencana melaksanakan program pengampunan pajak (tax amnesty) yang justru akan memukul Indonesia.
"Kan pemerintah juga akan mengeluarkan obligasi, ini juga ada isu likuiditas. Itu juga ga memudahkan penurunan suku bunga," imbuh dia.
Jika memang BI tetap menurunkan tingkat suku bunga acuannya, lanjut mantan Komisaris Bank Mandiri ini, maka hal tersebut belum tentu diikuti oleh perbankan dengan menurunkan tingkat suku bunganya. Sebab, perbankan saat ini masih terbentur dengan masalah likuiditas.
"Oleh karena itu, supaya bisa ditahan dan bisa sejalan makanya pemerintah harus koordinasi dengan bank terutama terkait obligasi supaya tidak saling menarik likuiditas," pungkasnya.
Ekonom Indef Aviliani mengungkapkan, pemicu bank Sentral untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan tidak hanya berasal dari domestik. Isu global juga menjadi salah satu faktor yang dilihat sebelum BI memutuskan menurunkan BI 7days Repo Rate.
"Kalau dari domestik sebenarnya isunya bisa dilakukan (penurunan tingkat suku bunga). Tapi kan ini isunya bukan hanya ekonomi domestik. Tapi isu global," katanya di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (4/4/2017).
Dia menyebutkan, faktor yang membuat BI masih sulit menurunkan suku bunga acuan antara lain kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunganya. Selain itu, Negeri Paman Sam juga berencana melaksanakan program pengampunan pajak (tax amnesty) yang justru akan memukul Indonesia.
"Kan pemerintah juga akan mengeluarkan obligasi, ini juga ada isu likuiditas. Itu juga ga memudahkan penurunan suku bunga," imbuh dia.
Jika memang BI tetap menurunkan tingkat suku bunga acuannya, lanjut mantan Komisaris Bank Mandiri ini, maka hal tersebut belum tentu diikuti oleh perbankan dengan menurunkan tingkat suku bunganya. Sebab, perbankan saat ini masih terbentur dengan masalah likuiditas.
"Oleh karena itu, supaya bisa ditahan dan bisa sejalan makanya pemerintah harus koordinasi dengan bank terutama terkait obligasi supaya tidak saling menarik likuiditas," pungkasnya.
(akr)