Pertamina Bakal Akuisisi Dua Ladang Migas di Rusia
A
A
A
CIREBON - PT Pertamina (Persero) akan melakukan akuisisi sebagian saham dua ladang minyak dan gas (Migas) di Rusia sebagai tindak lanjut kerja sama dengan Rosneft. Rencananya akuisisi ladang migas di pegunungan es tersebut ditargetkan rampung tahun ini.
"Saat ini masih belum sepakat terkait komersial atau keekonomiannya. Kita harapkan tahun ini selesai," ujar Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam di serangkaian acara diskusi Penguatan Hulu Pertamina untuk Ketahanan Energi Indonesia, di Cirebon, Jawa Barat, Senin (10/4/2017).
(Baca Juga: Sambangi Timur Tengah, Arcandra Buka Peluang Investasi
Menurut dia secara teknis maupun teknologi mengembangkan ladang migas di pegunungan es tidak ada masalah. Adapun saat ini yang menjadi kendala justru terkait negosiasi harga yang belum ketemu antara keduabelah pihak.
"Kalau komersialnya tidak ketemu ini kan tidak mungkin. Tapi secara tekniknya tidak ada masalah. Kita bisa bawa pulang minyaknya dengan kondisi bagus dan semua sudah selesai," kata dia.
Dia pun mengatakan, Pertamina telah menyiapkan investasi untuk mengakuisisi sebagian saham dari dua blok tersebut. Namun demikian pihaknya belum mengatakan secara detail berapa investasi yang telah disiapkan. "Nilai investasi yang kita siapkan sudah ada tapi itu tadi kami belum sampaikan karena masih belum sepakat komersialnya," kata dia.
Disamping Rusia, imbuh Alam, Pertamina juga ingin melebarkan sayap di Kuwait, Qatar dan Yordania. Pertamina akan mulai masuk berinvestasi di sektor hulu migas dengan mengembangkan blok migas di tiga negara tersebut. "Tidak hanya kita yang akan kesana tapi yang saya dengar mereka juga akan masuk investasi kilang dan lapangan gas disini," tandasnya.
Rencana ekspansi hulu migas itu merupakan tindak lanjut kerja sama setelah Pemerintah Indonesia diwakili oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar sekaligus komisaris Pertamina berkunjung di tiga negara tersebut belum lama ini. Investasi mengembangkan ladang migas telah ditawarkan oleh tiga negara tesebut kepada Indonesia.
Menurutnya, langkah akuisisi blok migas di luar negeri merupakan komitmen Pertamina meralisasikan target produksi 1,9 juta barel oil equivalen per day (BOEPD) pada 2025 mendatang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Saat ini terdapat tiga blok migas Pertamina yang telah berproduksi di luar negeri di antaranya Aljazair, Irak dan Malaysia.
Tidak hanya itu, Pertamina saat ini juga telah mempunyai tambahan dua ladang migas yang telah berproduksi yaitu, Nigeria dan Gabon. Sedangkan untuk tujuh blok yang sedang dalam tahap eksplorasi diantaranya Namibia, Tanzania, Myanmar, Perancis, Italia, Kolombia dan Canada. "Kita bersyukur Pertamina sudah ada di dua belas negara," tuturnya.
Senior Vice President Development and Technology Pertamina Amran Anwar menambahkan, pengembangan wilayan kerja di pegunungan es jauh lebih mahal ketimbang di darat ataupun di laut dalam. Jika dihitung secara persentase selisih biaya pengembangan wilayah kerja di wilayah kerja pegunungan es biaya investasinya lebih tinggi 30-35% dibanding di darat ataupun di laut dalam.
Namun begitu dihitung secara teknis maupun pengembalian investasi dalam suatu wilayah kerja (internal rate of return/IRR) jauh lebih menguntungkan. "Kita sudah hitung layak atau tidaknya. Jika dilihat semuanya dari IRR-nya jauh lebih menguntungkan. Jadi secara teknikal tidak begitu masalah," ucapnya.
Senior Vice President Business Development Pertamina Denie Tampubolon menargetkan bisa mendapat minyak dari ladang migas di Rusia sebanyak 35.000 barel per hari dan cadangan migas 200 juta barel setara minyak. Sebab itu, Pertamina akan masuk di dua blok migas di Rusia. "Saat ini Pertamina sedang mempertimbangkan kontrak fiskal term-nya. Kalau memang lebih tinggi fiskal term-nya lebih besar dari kontraktor kita bisa balance," ucapnya.
Sementara Presiden Direktur Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) anak usaha Pertamina di sektor hulu luar negeri Slamet Riadhy menyebut produksi dari ladang migas di luar negeri pada 2016 sebesar 127.000 barel equivalent per day dari target 124.000 barel equivalent per day. Menurutnya capaian produksi di luar negeri pada 2016 tersebut meningkat 122% dari target yang telah ditetapkan Pertamina.
"Jadi 122% di atas target," tandasnya.
Sedangkan untuk target produksi tahun ini, pihaknya menargetkan menyamai angka tahun lalu sebesar 127.000 barel equivalent per day. Sedangkan untuk di luar negeri Pertamina mempunyai aset produksi sekitar 132.000 barel equivalent per day. Adapun Pertamina mempunyai aset produksi di Malaysia, Irak, Aljazair, Gabon dan Tanzania.
"Saat ini kita sedang ekspansi proyek di Aljazair dan kemarin ada temuan di Malaysia yang sedang kita kembangkan. Produksi paling tinggi juga ada di Malaysia," tutupnya.
"Saat ini masih belum sepakat terkait komersial atau keekonomiannya. Kita harapkan tahun ini selesai," ujar Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam di serangkaian acara diskusi Penguatan Hulu Pertamina untuk Ketahanan Energi Indonesia, di Cirebon, Jawa Barat, Senin (10/4/2017).
(Baca Juga: Sambangi Timur Tengah, Arcandra Buka Peluang Investasi
Menurut dia secara teknis maupun teknologi mengembangkan ladang migas di pegunungan es tidak ada masalah. Adapun saat ini yang menjadi kendala justru terkait negosiasi harga yang belum ketemu antara keduabelah pihak.
"Kalau komersialnya tidak ketemu ini kan tidak mungkin. Tapi secara tekniknya tidak ada masalah. Kita bisa bawa pulang minyaknya dengan kondisi bagus dan semua sudah selesai," kata dia.
Dia pun mengatakan, Pertamina telah menyiapkan investasi untuk mengakuisisi sebagian saham dari dua blok tersebut. Namun demikian pihaknya belum mengatakan secara detail berapa investasi yang telah disiapkan. "Nilai investasi yang kita siapkan sudah ada tapi itu tadi kami belum sampaikan karena masih belum sepakat komersialnya," kata dia.
Disamping Rusia, imbuh Alam, Pertamina juga ingin melebarkan sayap di Kuwait, Qatar dan Yordania. Pertamina akan mulai masuk berinvestasi di sektor hulu migas dengan mengembangkan blok migas di tiga negara tersebut. "Tidak hanya kita yang akan kesana tapi yang saya dengar mereka juga akan masuk investasi kilang dan lapangan gas disini," tandasnya.
Rencana ekspansi hulu migas itu merupakan tindak lanjut kerja sama setelah Pemerintah Indonesia diwakili oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar sekaligus komisaris Pertamina berkunjung di tiga negara tersebut belum lama ini. Investasi mengembangkan ladang migas telah ditawarkan oleh tiga negara tesebut kepada Indonesia.
Menurutnya, langkah akuisisi blok migas di luar negeri merupakan komitmen Pertamina meralisasikan target produksi 1,9 juta barel oil equivalen per day (BOEPD) pada 2025 mendatang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Saat ini terdapat tiga blok migas Pertamina yang telah berproduksi di luar negeri di antaranya Aljazair, Irak dan Malaysia.
Tidak hanya itu, Pertamina saat ini juga telah mempunyai tambahan dua ladang migas yang telah berproduksi yaitu, Nigeria dan Gabon. Sedangkan untuk tujuh blok yang sedang dalam tahap eksplorasi diantaranya Namibia, Tanzania, Myanmar, Perancis, Italia, Kolombia dan Canada. "Kita bersyukur Pertamina sudah ada di dua belas negara," tuturnya.
Senior Vice President Development and Technology Pertamina Amran Anwar menambahkan, pengembangan wilayan kerja di pegunungan es jauh lebih mahal ketimbang di darat ataupun di laut dalam. Jika dihitung secara persentase selisih biaya pengembangan wilayah kerja di wilayah kerja pegunungan es biaya investasinya lebih tinggi 30-35% dibanding di darat ataupun di laut dalam.
Namun begitu dihitung secara teknis maupun pengembalian investasi dalam suatu wilayah kerja (internal rate of return/IRR) jauh lebih menguntungkan. "Kita sudah hitung layak atau tidaknya. Jika dilihat semuanya dari IRR-nya jauh lebih menguntungkan. Jadi secara teknikal tidak begitu masalah," ucapnya.
Senior Vice President Business Development Pertamina Denie Tampubolon menargetkan bisa mendapat minyak dari ladang migas di Rusia sebanyak 35.000 barel per hari dan cadangan migas 200 juta barel setara minyak. Sebab itu, Pertamina akan masuk di dua blok migas di Rusia. "Saat ini Pertamina sedang mempertimbangkan kontrak fiskal term-nya. Kalau memang lebih tinggi fiskal term-nya lebih besar dari kontraktor kita bisa balance," ucapnya.
Sementara Presiden Direktur Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) anak usaha Pertamina di sektor hulu luar negeri Slamet Riadhy menyebut produksi dari ladang migas di luar negeri pada 2016 sebesar 127.000 barel equivalent per day dari target 124.000 barel equivalent per day. Menurutnya capaian produksi di luar negeri pada 2016 tersebut meningkat 122% dari target yang telah ditetapkan Pertamina.
"Jadi 122% di atas target," tandasnya.
Sedangkan untuk target produksi tahun ini, pihaknya menargetkan menyamai angka tahun lalu sebesar 127.000 barel equivalent per day. Sedangkan untuk di luar negeri Pertamina mempunyai aset produksi sekitar 132.000 barel equivalent per day. Adapun Pertamina mempunyai aset produksi di Malaysia, Irak, Aljazair, Gabon dan Tanzania.
"Saat ini kita sedang ekspansi proyek di Aljazair dan kemarin ada temuan di Malaysia yang sedang kita kembangkan. Produksi paling tinggi juga ada di Malaysia," tutupnya.
(akr)