Pengelolaan Pasar Tradisional Didorong Lebih Profesional
A
A
A
SEMARANG - Pengelolaan pasar tradisional di Kota Semarang terus didorong untuk melahirkan terbosan pengelolaan secara baik. Pasalnya jika tidak, maka pasar-pasar rakyat itu lambat laun mati karena ditinggalkan pembeli dan penjualnya.
Sekretaris Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang Wachid Nurmiyanto menilai, keberadaan pasar-pasar tradisional di Kota Semarang saat ini dalam kondisi yang kurang baik. Hal itu menurutnya, dikarenakan pengaruh manajemen pengelolaan pasar tradisional kurang profesional.
“Saat ini masih banyak pasar tradisional yang sudah dibangun melalui program revitalisasi pasar tradisional, malah justru tidak ditempati. Seperti lantai dua pasar Sampangan, Pasar Bulu dan lainnya,” katanya, Rabu (19/4/2017).
Menurut dia, fenomena seperti ini terjadi, karena persoalan manajemen pengelolaan pasar saja. Bukan persoalan salah desain. Artinya, butuh terobosan agar pasar tradisional tetap mampu menyedot masyarakat melakukan aktivitas ekonomi di pasar tradisional.
“Bangunan lantai dua, maupun tiga, tidak ditempati pedagang karena pedagang seringkali khawatir kalau dagangan tidak laku. Sehingga mengakibatkan omzet menurun atau berkurang,” ucap Ketua Fraksi PAN ini.
Oleh karena itu kata dia, seharusnya bisa disiasati bila semua pihak terkait memikirkan solusi dengan upaya-upaya untuk menghidupkan pasar tradisional. Misalnya bagaimana agar menyediakan fasilitas yang menimbulkan kenyamanan, kemudian juga promosi, pajak retribusi dikurangi, atau apa saja.
“Selain itu, Dinas terkait dalam hal ini Dinas Perdagangan harus bisa bersinergi dengan Paguyuban Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) untuk melakukan sosialisasi berkelanjutan. Misalnya penyebaran pamflet ke masyarakat dengan melibatkan 177 kelurahan di Kota Semarang," papar dia.
Sementara Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Fajar Purwoto menyatakan, saat ini pihaknya terus berupaya untuk menghidupkan pasar-pasar tradisional khususnya pasar yang sudah dilakukan revitalisasi, seperti Pasar Bulu, Pasar Sampangan, Peterongan dan juga Pasar Pedurungan. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan melakukan penyegelan terhadap kios-kios yang sudah lama ditinggalkan pedagang dan memberikannya kepada pedagangan lain yang berminat.
“Secara bertahap kami akan menghidupkan pasar-pasar mangkrak. Pasar Sampangan, terutama lantai tiga selama ini off, tidak pernah digunakan, maka kami punya inisiatif untuk merangkul beberapa pedagang baru. Saat ini sudah ada 49 pedagang yang siap untuk menempati di sana,” katanya.
Sekretaris Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang Wachid Nurmiyanto menilai, keberadaan pasar-pasar tradisional di Kota Semarang saat ini dalam kondisi yang kurang baik. Hal itu menurutnya, dikarenakan pengaruh manajemen pengelolaan pasar tradisional kurang profesional.
“Saat ini masih banyak pasar tradisional yang sudah dibangun melalui program revitalisasi pasar tradisional, malah justru tidak ditempati. Seperti lantai dua pasar Sampangan, Pasar Bulu dan lainnya,” katanya, Rabu (19/4/2017).
Menurut dia, fenomena seperti ini terjadi, karena persoalan manajemen pengelolaan pasar saja. Bukan persoalan salah desain. Artinya, butuh terobosan agar pasar tradisional tetap mampu menyedot masyarakat melakukan aktivitas ekonomi di pasar tradisional.
“Bangunan lantai dua, maupun tiga, tidak ditempati pedagang karena pedagang seringkali khawatir kalau dagangan tidak laku. Sehingga mengakibatkan omzet menurun atau berkurang,” ucap Ketua Fraksi PAN ini.
Oleh karena itu kata dia, seharusnya bisa disiasati bila semua pihak terkait memikirkan solusi dengan upaya-upaya untuk menghidupkan pasar tradisional. Misalnya bagaimana agar menyediakan fasilitas yang menimbulkan kenyamanan, kemudian juga promosi, pajak retribusi dikurangi, atau apa saja.
“Selain itu, Dinas terkait dalam hal ini Dinas Perdagangan harus bisa bersinergi dengan Paguyuban Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) untuk melakukan sosialisasi berkelanjutan. Misalnya penyebaran pamflet ke masyarakat dengan melibatkan 177 kelurahan di Kota Semarang," papar dia.
Sementara Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Fajar Purwoto menyatakan, saat ini pihaknya terus berupaya untuk menghidupkan pasar-pasar tradisional khususnya pasar yang sudah dilakukan revitalisasi, seperti Pasar Bulu, Pasar Sampangan, Peterongan dan juga Pasar Pedurungan. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan melakukan penyegelan terhadap kios-kios yang sudah lama ditinggalkan pedagang dan memberikannya kepada pedagangan lain yang berminat.
“Secara bertahap kami akan menghidupkan pasar-pasar mangkrak. Pasar Sampangan, terutama lantai tiga selama ini off, tidak pernah digunakan, maka kami punya inisiatif untuk merangkul beberapa pedagang baru. Saat ini sudah ada 49 pedagang yang siap untuk menempati di sana,” katanya.
(akr)