Harga Minyak Dunia Bangkit di Tengah Tekanan Beruntun
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia perlahan mulai bangkit perlahan, meski pasar masih menghadapi tekanan beruntun selama mencetak enam kerugian ketika para pedagang kehilangan keyakinan. Upaya pengurangan produksi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) mulai diragukan mampu mengendalikan kelebihan pasokan global.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (25/4/2017) harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) bertambah sebesar 21 sen atau setara dengan 0,4% pada pukul 0123 GMT. Meski begitu posisi WTI tetap masih di bawah level USD50 yang berhasil ditembus pekan lalu, dan kini menjadi USD49,44 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent naik 23 sen atau 0,5% ke level USD51,83 per barel.
Para pelaku pasar mengatakan telah mendapatkan keuntungan sedikit, setelah sempat tergelincir dalam enam sesi sebelumnya. Meskipun hari ini harga naik tipis, namun keseluruhan sentimen pasar telah berubah bearish ketika Brent turun hampir 10% sejak akhir Desember, meski di tengah upaya yang dipimpin oleh OPEC dan Rusia untuk mengurangi produksi 1,8 juta barel per hari (bpd) di paruh pertama 2017 untuk mengendalikan pasar.
"Sangat jelas, bahwa pasar minyak global masih berjuang mengenai pasokan," ucap catatan bank AS JPMorgan. Pihak bank juga mengatakan bahwa penutupan Brent pada Agustus mencetak kerugian yang cukup panjang dan dalam beberapa pekan mendatang, perdagangan masih terus berlanjut perlahan.
Bank melihat pasar telah berubah bearish, JP Morgan menerangkan bahwa pasar minyak mentah masih bergerak fluktuatif. Menurutnya dalam jangka pendek akan ada keruguan, meski pengurangan pasokan masih berkelanjutan. OPEC diyakini bakal dipaksa untuk memperbaharui, dan mungkin memperdalam perjanjian jika mereka ingin menjaga harga jauh di atas USD50 per barel.
Rusia mengatakan pada hari Senin bahwa output minyak bisa naik ke tingkat tertinggi dalam 30 tahun jika OPEC dan non-OPEC produsen tidak memperpanjang kesepakatan pengurangan pasokan hingga 30 Juni. Thomson Reuters Eikon data menunjukkan bahwa pengiriman minyak Rusia, yang mengecualikan pipa ekspor, telah mencapai rekor tertinggi dari 5 juta bpd pada bulan April, naik 17 % sejak Desember, sebelum pemotongan resmi dilaksanakan.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (25/4/2017) harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) bertambah sebesar 21 sen atau setara dengan 0,4% pada pukul 0123 GMT. Meski begitu posisi WTI tetap masih di bawah level USD50 yang berhasil ditembus pekan lalu, dan kini menjadi USD49,44 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent naik 23 sen atau 0,5% ke level USD51,83 per barel.
Para pelaku pasar mengatakan telah mendapatkan keuntungan sedikit, setelah sempat tergelincir dalam enam sesi sebelumnya. Meskipun hari ini harga naik tipis, namun keseluruhan sentimen pasar telah berubah bearish ketika Brent turun hampir 10% sejak akhir Desember, meski di tengah upaya yang dipimpin oleh OPEC dan Rusia untuk mengurangi produksi 1,8 juta barel per hari (bpd) di paruh pertama 2017 untuk mengendalikan pasar.
"Sangat jelas, bahwa pasar minyak global masih berjuang mengenai pasokan," ucap catatan bank AS JPMorgan. Pihak bank juga mengatakan bahwa penutupan Brent pada Agustus mencetak kerugian yang cukup panjang dan dalam beberapa pekan mendatang, perdagangan masih terus berlanjut perlahan.
Bank melihat pasar telah berubah bearish, JP Morgan menerangkan bahwa pasar minyak mentah masih bergerak fluktuatif. Menurutnya dalam jangka pendek akan ada keruguan, meski pengurangan pasokan masih berkelanjutan. OPEC diyakini bakal dipaksa untuk memperbaharui, dan mungkin memperdalam perjanjian jika mereka ingin menjaga harga jauh di atas USD50 per barel.
Rusia mengatakan pada hari Senin bahwa output minyak bisa naik ke tingkat tertinggi dalam 30 tahun jika OPEC dan non-OPEC produsen tidak memperpanjang kesepakatan pengurangan pasokan hingga 30 Juni. Thomson Reuters Eikon data menunjukkan bahwa pengiriman minyak Rusia, yang mengecualikan pipa ekspor, telah mencapai rekor tertinggi dari 5 juta bpd pada bulan April, naik 17 % sejak Desember, sebelum pemotongan resmi dilaksanakan.
(akr)