BTPN Tumbuh Double Digit Sepanjang Kuartal I/2017
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) berhasil mencatatkan penguatan kinerja di kuartal pertama 2017 ini. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari upaya perseroan dalam memperluas layanan kepada masyarakat melalui berbagai inovasi dan terobosan.
Sepanjang triwulan pertama 2017, penyaluran kredit perseroan berhasil tumbuh 10% (year-on-year/yoy) dari Rp59,27 triliun pada akhir Maret 2016 menjadi Rp64,99 triliun tahun ini. Penyaluran kredit tersebut tetap diimbangi asas kehati-hatian yang tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sebesar 0,8%.
Direktur Utama BTPN Jerry Ng menjelaskan pertumbuhan kredit ditopang oleh penyaluran kredit ke segmen usaha kecil dan menengah (UKM) yang mencapai Rp10,04 triliun atau tumbuh 37% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp7,35 triliun. Pertumbuhan juga ditopang pembiayaan melalui BTPN Syariah yang tumbuh 32% (yoy) dari Rp3,89 triliun menjadi Rp5,12 triliun pada akhir Maret 2017.
"Kami meyakini bahwa inovasi merupakan salah satu kunci untuk dapat terus bertumbuh. Tanpa melakukan inovasi, akan sangat sulit untuk bisa memenangkan hati masyarakat," kata Jerry dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (26/4/2017).
Kinerja yang positif, turut mendukung aset BTPN untuk mencapai pertumbuhan. Hingga akhir Maret 2017, aset BTPN tercatat tumbuh 11% dari Rp83,6 triliun pada 31 Maret 2016 menjadi Rp92,9 triliun pada akhir Maret 2017. Alhasil rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) terjaga di 23,9%.
Pencapaian tersebut juga tidak terlepas dari program pemberdayaan yang diberikan BTPN kepada seluruh nasabahnya yang dikenal dengan Program Daya. Daya merupakan program pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan dan terukur, yang fokus pada kesehatan dan kesejahteraan, serta pelatihan praktis keterampilan wirausaha.
Penerima manfaat Program Daya adalah nasabah BTPN yang meliputi para pensiunan, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta komunitas prasejahtera produktif. Sepanjang triwulan pertama 2017, BTPN telah menyelenggarakan 26.422 pelatihan Daya dengan jumlah peserta 173.080 nasabah.
"Kami juga sedang mengembangkan Program Daya secara digital agar aktivitas pendampingan nasabah menjadi lebih luas, semakin efektif, serta memperbanyak jumlah nasabah yang menikmati program pemberdayaan. Ini sejalan dengan rencana besar kami menjadi bank digital terbaik di Tanah Air," paparnya.
Saat ini, BTPN memiliki dua platform digital banking yang unik untuk dua segmen yang berbeda. Pertama, BTPN Wow! yang diperuntukan bagi segmen below-consuming-class yang terdiri dari petani, nelayan, buruh, pekerja informal, dan pedagang mikro. Kedua, platform Jenius untuk segmen consuming-class yang diperkenalkan ke publik pada Agustus 2016.
BTPN Wow! menawarkan kemudahan akses layanan perbankan melalui hape GSM dan didukung jasa agen untuk meningkatkan jangkauan ke masyarakat di pelosok. Sejak diluncurkan pada Maret 2015 hingga akhir Maret 2017, BTPN Wow! telah memiliki 3,43 juta nasabah yang dilayani oleh lebih dari 178.000 agen.
"BTPN Wow! mentransformasi cara nasabah mengakses layanan bank sekaligus mengubah operasional bank secara internal. Produk yang menjadi bagian Program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) ini bukan cuma sukses membuka akses keuangan, juga mendorong efisiensi," kata Jerry.
Sedangkan Jenius adalah inovasi digital banking untuk segmen consuming-class yang identik dengan masyarakat urban dan melek teknologi. Jenius adalah rekening tabungan, bukan uang elektronik, yang dilengkapi dengan kartu debit Visa untuk transaksi ritel di seluruh dunia dan tersambung dengan jaringan perbankan nasional.
Untuk terus menyempurnakan berbagai inovasi tersebut, sepanjang tiga bulan pertama 2017, perseroan telah menanamkan investasi Rp207 miliar. Angka ini meningkat 157% dibandingkan nilai investasi pada kurun waktu yang sama tahun lalu Rp80 miliar.
"Sejak empat tahun terakhir, kami konsisten mengalokasikan sebagian biaya operasional untuk mengembangkan platform layanan nasabah berbasis digital. Kami optimistis investasi ini memberikan dampak signifikan pada perusahaan di masa mendatang," katanya.
Melalui berbagai inovasi yang dilakukan, kepercayaan masyarakat terhadap BTPN terus meningkat. Hal ini berdampak pada total pendanaan (funding) meningkat 11% (yoy) dari Rp67 triliun pada akhir Maret 2016 menjadi Rp74,26 triliun pada akhir Maret 2017. Dari jumlah tersebut, komposisi dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp68,91 triliun atau naik 12% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp61,71 triliun. Sementara itu, komposisi pinjaman bilateral dan obligasi mencapai Rp5,35 triliun atau tumbuh 1% (yoy).
Melalui berbagai pencapaian tersebut, laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) meningkat 11% (yoy) dari Rp429 miliar pada akhir triwulan I 2016 menjadi Rp478 miliar pada akhir Maret 2017. "Jika tidak memperhitungkan investasi baru sebesar Rp207 miliar, sejatinya laba mencapai Rp631 miliar atau tumbuh 29%," pungkas Jerry.
Sepanjang triwulan pertama 2017, penyaluran kredit perseroan berhasil tumbuh 10% (year-on-year/yoy) dari Rp59,27 triliun pada akhir Maret 2016 menjadi Rp64,99 triliun tahun ini. Penyaluran kredit tersebut tetap diimbangi asas kehati-hatian yang tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sebesar 0,8%.
Direktur Utama BTPN Jerry Ng menjelaskan pertumbuhan kredit ditopang oleh penyaluran kredit ke segmen usaha kecil dan menengah (UKM) yang mencapai Rp10,04 triliun atau tumbuh 37% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp7,35 triliun. Pertumbuhan juga ditopang pembiayaan melalui BTPN Syariah yang tumbuh 32% (yoy) dari Rp3,89 triliun menjadi Rp5,12 triliun pada akhir Maret 2017.
"Kami meyakini bahwa inovasi merupakan salah satu kunci untuk dapat terus bertumbuh. Tanpa melakukan inovasi, akan sangat sulit untuk bisa memenangkan hati masyarakat," kata Jerry dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (26/4/2017).
Kinerja yang positif, turut mendukung aset BTPN untuk mencapai pertumbuhan. Hingga akhir Maret 2017, aset BTPN tercatat tumbuh 11% dari Rp83,6 triliun pada 31 Maret 2016 menjadi Rp92,9 triliun pada akhir Maret 2017. Alhasil rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) terjaga di 23,9%.
Pencapaian tersebut juga tidak terlepas dari program pemberdayaan yang diberikan BTPN kepada seluruh nasabahnya yang dikenal dengan Program Daya. Daya merupakan program pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan dan terukur, yang fokus pada kesehatan dan kesejahteraan, serta pelatihan praktis keterampilan wirausaha.
Penerima manfaat Program Daya adalah nasabah BTPN yang meliputi para pensiunan, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta komunitas prasejahtera produktif. Sepanjang triwulan pertama 2017, BTPN telah menyelenggarakan 26.422 pelatihan Daya dengan jumlah peserta 173.080 nasabah.
"Kami juga sedang mengembangkan Program Daya secara digital agar aktivitas pendampingan nasabah menjadi lebih luas, semakin efektif, serta memperbanyak jumlah nasabah yang menikmati program pemberdayaan. Ini sejalan dengan rencana besar kami menjadi bank digital terbaik di Tanah Air," paparnya.
Saat ini, BTPN memiliki dua platform digital banking yang unik untuk dua segmen yang berbeda. Pertama, BTPN Wow! yang diperuntukan bagi segmen below-consuming-class yang terdiri dari petani, nelayan, buruh, pekerja informal, dan pedagang mikro. Kedua, platform Jenius untuk segmen consuming-class yang diperkenalkan ke publik pada Agustus 2016.
BTPN Wow! menawarkan kemudahan akses layanan perbankan melalui hape GSM dan didukung jasa agen untuk meningkatkan jangkauan ke masyarakat di pelosok. Sejak diluncurkan pada Maret 2015 hingga akhir Maret 2017, BTPN Wow! telah memiliki 3,43 juta nasabah yang dilayani oleh lebih dari 178.000 agen.
"BTPN Wow! mentransformasi cara nasabah mengakses layanan bank sekaligus mengubah operasional bank secara internal. Produk yang menjadi bagian Program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) ini bukan cuma sukses membuka akses keuangan, juga mendorong efisiensi," kata Jerry.
Sedangkan Jenius adalah inovasi digital banking untuk segmen consuming-class yang identik dengan masyarakat urban dan melek teknologi. Jenius adalah rekening tabungan, bukan uang elektronik, yang dilengkapi dengan kartu debit Visa untuk transaksi ritel di seluruh dunia dan tersambung dengan jaringan perbankan nasional.
Untuk terus menyempurnakan berbagai inovasi tersebut, sepanjang tiga bulan pertama 2017, perseroan telah menanamkan investasi Rp207 miliar. Angka ini meningkat 157% dibandingkan nilai investasi pada kurun waktu yang sama tahun lalu Rp80 miliar.
"Sejak empat tahun terakhir, kami konsisten mengalokasikan sebagian biaya operasional untuk mengembangkan platform layanan nasabah berbasis digital. Kami optimistis investasi ini memberikan dampak signifikan pada perusahaan di masa mendatang," katanya.
Melalui berbagai inovasi yang dilakukan, kepercayaan masyarakat terhadap BTPN terus meningkat. Hal ini berdampak pada total pendanaan (funding) meningkat 11% (yoy) dari Rp67 triliun pada akhir Maret 2016 menjadi Rp74,26 triliun pada akhir Maret 2017. Dari jumlah tersebut, komposisi dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp68,91 triliun atau naik 12% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp61,71 triliun. Sementara itu, komposisi pinjaman bilateral dan obligasi mencapai Rp5,35 triliun atau tumbuh 1% (yoy).
Melalui berbagai pencapaian tersebut, laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) meningkat 11% (yoy) dari Rp429 miliar pada akhir triwulan I 2016 menjadi Rp478 miliar pada akhir Maret 2017. "Jika tidak memperhitungkan investasi baru sebesar Rp207 miliar, sejatinya laba mencapai Rp631 miliar atau tumbuh 29%," pungkas Jerry.
(akr)