PTTEP-Dompet Dhuafa Apresiasi Tiga Pejuang Kesehatan

Senin, 01 Mei 2017 - 13:31 WIB
PTTEP-Dompet Dhuafa...
PTTEP-Dompet Dhuafa Apresiasi Tiga Pejuang Kesehatan
A A A
JAKARTA - Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih terbilang tinggi. Hingga September 2016, jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 10,7% atau tidak kurang dari 27,76 juta jiwa.

Sementara, jumlah penduduk miskin di pedesaan 13,9% atau 17,8 juta orang. Tingginya angka kemiskinan tersebut berdampak luas terhadap kualitas hidup masyarakat, khususnya kesehatan. Karena itu, peran para penggiat kesehatan di tengah-tengah masyarakat sangat penting guna meningkatkan derajat sehat masyarakat miskin.

"Kami pun terpanggil untuk menyelenggarakan kompetisi Pejuang Kesehatan guna mengapresiasi mereka yang telah berkontribusi positif kepada masyarakat marjinal dengan segala keterbatasan dalam mengakses fasilitas kesehatan," kata General Manager PT Exploration and Production Public Company Limited (PTTEP), Titi Thongjen saat menjelaskan program CSR di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, akhir pekan kemarin.

Kegiatan ini hasil kerja bareng antara perusahaan migas asal Thailand tersebut dengan Dompet Dhuafa atau DD. Kompetisi Pejuang Kesehatan menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam memperingati hari ulang tahun Gerai Sehat Rorotan ke-2.

Gerai Sehat Rorotan adalah klinik pelayanan kesehatan gratis bagi dhuafa, yang juga merupakan hasil kerja sama PTTEP dengan Dompet Dhuafa.

Para pejuang kesehatan yang terpilih mendapat apresiasi senilai puluhan juta rupiah yang nantinya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan program kesehatan berjalan.

Titi mengatakan, proses pemilihan pejuang kesehatan ini cukup panjang. Publikasi program dilakukan sejak 1 Desember 2016. Dari 109 peserta, terpilih tiga terbaik yang tersebar di tiga wilayah, yakni Jawa Barat, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Barat.

"Para pejuang kesehatan yang terpilih adalah orang-orang yang terbukti mampu memberikan kontribusi nyata untuk masyarakat. Kriteria yang harus mereka penuhi untuk dapat terpilih sebagai pejuang kesehatan, salah satunya yakni durasi program yang dijalankan harus sudah berjalan minimal 4 tahun," tutur Titi.

Kriteria lain yang harus dipenuhi untuk menjadi pejuang kesehatan adalah harus memiliki program unik, menginspirasi dan kontributif, bersifat orisinil dan tentunya bermanfaat bagi masyarakat.

Pemberian apresiasi kepada tiga terbaik pejuang kesehatan ini digelar bertepatan dengan Indonesia Internasional (Bio) medical Student’s Congress (INAMSC). INAMSC merupakan bagian Liga Medika yang digagas oleh BEM Fakultas Kedokteran UI.

Salah satu sosok peserta pejuang kesehatan yang terpilih yakni Mawarti Arumi, pejuang kesehatan dengan program klinik bank sampah. Latar belakang pendirian klinik bank sampah yang digagas Mawarti karena rasa empati kepada para lansia yang memiliki keterbatasan ekonomi untuk mendapatkan akses layanan kesehatan yang layak.

Berlokasi di Desa Baruga, Kecamatan Uepay, Kabupatan Konewa, Sulawesi Tenggara, klinik bank sampah telah berdiri sejak tahun 2010 dan memiliki angota sebanyak 1.859 orang.

"Kegiatan yang dilakukan di klinik bank sampah antara lain penyuluhan kesehatan, penyuluhan hidup bersih dan sehat, hingga home visit untuk para anggota yang kesulitan berobat ke klinik bank sampah," ujar Mawarti.

Dia berharap, dengan adanya progam ini banyak masyarakat yang terinspirasi dan tergerak untuk membantu masyarakat marjinal mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang mumpuni.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7002 seconds (0.1#10.140)