Pelemahan Rupiah Diprediksi Terbatas
A
A
A
JAKARTA - Pergerakan rupiah yang kembali melemah patut diwaspadai seiring terabaikannya sentimen-sentimen yang dinilai positif terhadap pergerakan rupiah.
Bahkan rupiah lebih memilih untuk bergerak di zona merah seiring terlibas terapresiasinya laju USD pasca pertemuan FOMC.
"Meski kami berharap pelemahan yang terjadi dapat terbatas, namun tetap cermati berbagai sentimen yang dapat berimbas pada pelemahan lanjutan rupiah," ujar Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Jumat (5/5/2017).
Reza memprediksi, rupiah akan bergerak dengan kisaran di level support Rp13.335/USD dan resisten Rp13.315/USD.
Sementara, pasca pengumuman tetapnya suku bunga The Fed dan harapan positif The Fed terhadap upaya pemulihan ekonomi AS di bawah pemerintahan Presiden Trump, membuat laju USD kembali melaju.
Imbasnya sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah kembali mengalami pelemahan. "Adanya pemberitaan positif terkait membaiknya industri manufaktur dalam negeri yang telah berkontribusi 25% terhadap PDB dan apresiasi ekonom dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Jokowi, tampaknya kurang kuat mengangkat rupiah," pungkasnya.
Bahkan rupiah lebih memilih untuk bergerak di zona merah seiring terlibas terapresiasinya laju USD pasca pertemuan FOMC.
"Meski kami berharap pelemahan yang terjadi dapat terbatas, namun tetap cermati berbagai sentimen yang dapat berimbas pada pelemahan lanjutan rupiah," ujar Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Jumat (5/5/2017).
Reza memprediksi, rupiah akan bergerak dengan kisaran di level support Rp13.335/USD dan resisten Rp13.315/USD.
Sementara, pasca pengumuman tetapnya suku bunga The Fed dan harapan positif The Fed terhadap upaya pemulihan ekonomi AS di bawah pemerintahan Presiden Trump, membuat laju USD kembali melaju.
Imbasnya sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah kembali mengalami pelemahan. "Adanya pemberitaan positif terkait membaiknya industri manufaktur dalam negeri yang telah berkontribusi 25% terhadap PDB dan apresiasi ekonom dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Jokowi, tampaknya kurang kuat mengangkat rupiah," pungkasnya.
(ven)