Tantangan Pertamina dalam Produksi BBM
A
A
A
JAKARTA - Direktorat Pengolahan PT Pertamina (Persero) menyampaikan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam produksi bahan bakar minyak (BBM) ke depan. Perusahaan mencatat ada dua tantangan yang dihadapi, yaitu kuantitas dan kualitas BBM.
Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengemukakan, untuk kuantitas hal ini terkait dengan kemampuan perusahaan memproduksi minyak. Di mana saat ini kemampuan produksi minyak di dalam negeri hanya 800-900 barel per hari.
"Untuk menutupi itu perusahaan mengeluarkan kebijakan impor, baik dalam bentuk crude maupun minyak yang sudah jadi," ujarnya, dalam Media Worshop Direktorat Pengolahan Pertamina di Hotel Hermitage, Jakarta, Senin (8/5/2017).
Selanjutnya, kata Toharso adalah kualitas BBM. Tantangan pertama adalah aspek teknologi. Di mana perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan BBM dengan spesifikasi mesin yang mengusung teknologi canggih. Di samping itu, BBM yang dihasilkan harus efisien.
Tantangan kedua dari segi kualitas adalah isu lingkungan. Di mana BBM yang diproduksi perusahaan harus ramah lingkungan dengan kandungan timbal seminimum mungkin sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
"Dari kedua tantangan kualitas di atas, hal tersebut terkait dengan isu standarisasi emisi Euro 4. Di mana kalau mengacu pada peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang akan diberlakukan pada 2018, oktan number minimal 91 dan kandungan sulfurnya maksimal 50 ppm (part per million)," jelas Toharso.
Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengemukakan, untuk kuantitas hal ini terkait dengan kemampuan perusahaan memproduksi minyak. Di mana saat ini kemampuan produksi minyak di dalam negeri hanya 800-900 barel per hari.
"Untuk menutupi itu perusahaan mengeluarkan kebijakan impor, baik dalam bentuk crude maupun minyak yang sudah jadi," ujarnya, dalam Media Worshop Direktorat Pengolahan Pertamina di Hotel Hermitage, Jakarta, Senin (8/5/2017).
Selanjutnya, kata Toharso adalah kualitas BBM. Tantangan pertama adalah aspek teknologi. Di mana perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan BBM dengan spesifikasi mesin yang mengusung teknologi canggih. Di samping itu, BBM yang dihasilkan harus efisien.
Tantangan kedua dari segi kualitas adalah isu lingkungan. Di mana BBM yang diproduksi perusahaan harus ramah lingkungan dengan kandungan timbal seminimum mungkin sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
"Dari kedua tantangan kualitas di atas, hal tersebut terkait dengan isu standarisasi emisi Euro 4. Di mana kalau mengacu pada peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang akan diberlakukan pada 2018, oktan number minimal 91 dan kandungan sulfurnya maksimal 50 ppm (part per million)," jelas Toharso.
(dmd)