Bank Mandiri Siap Jaga Likuiditas dengan Obligasi dan Pinjaman
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk menargetkan menjaga level rasio likuiditas atau LDR pada tahun ini di kisaran 87-88%. Perseroan melakukan strategi dengan menerbitkan obligasi tanpa kupon (zero coupon bond) sebagai bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) I Tahap II 2017.
Perseroan menargetkan indikatif pendanaan total mencapai Rp5 triliun. Inisiatif untuk mendiversifikasi instrumen pembiayaan perseroan ini menjadikan Mandiri sebagai bank pertama di Indonesia yang menerbitkan obligasi tanpa kupon.
Direktur Wholesale Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, penerbitan obligasi ini juga dimaksudkan untuk memperkuat struktur pendanaan bank dan ekspansi kredit perusahaan, khususnya dalam mendukung ketersediaan infrastruktur nasional. Selain dengan obligasi senilai total Rp5 triliun pada tahun ini. Perseroan juga memperkuat likuiditasnya dengan pinjaman bilateral.
“Kami jajaki pinjaman juga apabila ada penawaran bunga yang bersaing, kami akan ambil,” ungkap Royke dalam paparan publik atas rencana penerbitan obligasi berkelanjutan I tersebut kemarin di Jakarta.
Royke menambahkan pendanaan untuk sektor infrastruktur berarti harus siap untuk kredit jangka panjang. Hal ini juga berarti harus menjaga kesiapan sumber dana karena penyaluran kredit juga akan tumbuh agresif di sektor konsumer dan ritel banking.
“Pada tahun ini pertumbuhan kredit Bank Mandiri diharapkan bisa 1 hingga 2 % di atas rata-rata pasar. Pasar ekspektasi tumbuhnya di 11 sampai 12%. Jadi kita berarti tumbuh di angka 13 sampai 14 %,” tambahnya.
Pada tahun lalu, perseroan telah menerbitkan obligasi sebesar Rp5 triliun melalui Penawaran umum Berkelanjutan (PUB) I Tahap I. Secara keseluruhan, target penerbitan obligasi melalui PUB I adalah sebesar Rp14 triliun yang akan dilakukan dalam kurun waktu 2016-2018.
“Hasil dari penerbitan obligasi ini akan memberikan ruang ekspansi yang semakin besar bagi perseroan untuk mendukung pencapaian target-target pemerintah, khususnya dalam pengadaan infrastruktur dasar,” ujarnya.
Dalam penerbitan ini, Royke melanjutkan, perseroan telah menunjuk lima perusahaan penjamin emisi, yakni Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas, BCA Sekuritas, BNI Sekuritas dan Danareksa Sekuritas.
Dijelaskannya, obligasi berkelanjutan I tahap II ini akan diterbitkan dalam dua jenis instrument yaitu Coupon Bond dan Zero Coupon Bond. Zero Coupon Bond akan diterbitkan dengan tenor 3 tahun dengan kisaran yield 7,40% - 8,15%. Sementara, Coupon Bond Seri A akan memiliki tenor 5 tahun dengan kisaran kupon 7,70% - 8,45%, Seri B 7 tahun dengan kisaran kupon 7,95% - 8,70% dan seri C bertenor 10 tahun dengan kisaran kupon 8,05% - 8,80%.
Rencananya, penawaran awal obligasi berkelanjutan I tahap II ini akan dimulai pada 5 - 22 Mei 2017, dengan Penawaran Umum diperkirakan pada 9 - 12 Juni 2017.
Sebelumnya Ketua Dewan komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan pihaknya tetap mewaspadai pergerakan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed hingga akhir tahun. Meskipun The Fed menunda kenaikan suku bunga, namun OJK tetap memperkirakan The Fed akan tetap menaikkan suku bunga pada pertemuan mendatang.
"Apabila The Fed menahan suku bunga, itu masih dalam koridor prediksi kami sebelumnya. Yakni akan ada kenaikan suku bunga The Fed dua hingga tiga kali tahun ini," kata Muliaman beberapa waktu lalu di Bali.
Menurut Muliaman, berdasarkan prediksi tersebut, OJK sudah jauh hari mempersiapkan diri jika The Fed menaikkan suku bunga. "Kalau tidak naik suku bunga The Fed, nanti malah jadi masalah baru karena akan ada capital outflow," lanjutnya.
Federal Reserve AS pada Rabu (3/2017) mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah, karena bank sentral menunggu lebih banyak data untuk menilai prospek ekonomi Amerika Serikat.
Komite The Fed melihat perlambatan pertumbuhan selama kuartal pertama yang cenderung bersifat sementara dan terus berharap bahwa, dengan penyesuaian bertahap dalam sikap kebijakan moneter, kegiatan ekonomi akan berkembang pada kecepatan yang moderat.
Perseroan menargetkan indikatif pendanaan total mencapai Rp5 triliun. Inisiatif untuk mendiversifikasi instrumen pembiayaan perseroan ini menjadikan Mandiri sebagai bank pertama di Indonesia yang menerbitkan obligasi tanpa kupon.
Direktur Wholesale Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, penerbitan obligasi ini juga dimaksudkan untuk memperkuat struktur pendanaan bank dan ekspansi kredit perusahaan, khususnya dalam mendukung ketersediaan infrastruktur nasional. Selain dengan obligasi senilai total Rp5 triliun pada tahun ini. Perseroan juga memperkuat likuiditasnya dengan pinjaman bilateral.
“Kami jajaki pinjaman juga apabila ada penawaran bunga yang bersaing, kami akan ambil,” ungkap Royke dalam paparan publik atas rencana penerbitan obligasi berkelanjutan I tersebut kemarin di Jakarta.
Royke menambahkan pendanaan untuk sektor infrastruktur berarti harus siap untuk kredit jangka panjang. Hal ini juga berarti harus menjaga kesiapan sumber dana karena penyaluran kredit juga akan tumbuh agresif di sektor konsumer dan ritel banking.
“Pada tahun ini pertumbuhan kredit Bank Mandiri diharapkan bisa 1 hingga 2 % di atas rata-rata pasar. Pasar ekspektasi tumbuhnya di 11 sampai 12%. Jadi kita berarti tumbuh di angka 13 sampai 14 %,” tambahnya.
Pada tahun lalu, perseroan telah menerbitkan obligasi sebesar Rp5 triliun melalui Penawaran umum Berkelanjutan (PUB) I Tahap I. Secara keseluruhan, target penerbitan obligasi melalui PUB I adalah sebesar Rp14 triliun yang akan dilakukan dalam kurun waktu 2016-2018.
“Hasil dari penerbitan obligasi ini akan memberikan ruang ekspansi yang semakin besar bagi perseroan untuk mendukung pencapaian target-target pemerintah, khususnya dalam pengadaan infrastruktur dasar,” ujarnya.
Dalam penerbitan ini, Royke melanjutkan, perseroan telah menunjuk lima perusahaan penjamin emisi, yakni Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas, BCA Sekuritas, BNI Sekuritas dan Danareksa Sekuritas.
Dijelaskannya, obligasi berkelanjutan I tahap II ini akan diterbitkan dalam dua jenis instrument yaitu Coupon Bond dan Zero Coupon Bond. Zero Coupon Bond akan diterbitkan dengan tenor 3 tahun dengan kisaran yield 7,40% - 8,15%. Sementara, Coupon Bond Seri A akan memiliki tenor 5 tahun dengan kisaran kupon 7,70% - 8,45%, Seri B 7 tahun dengan kisaran kupon 7,95% - 8,70% dan seri C bertenor 10 tahun dengan kisaran kupon 8,05% - 8,80%.
Rencananya, penawaran awal obligasi berkelanjutan I tahap II ini akan dimulai pada 5 - 22 Mei 2017, dengan Penawaran Umum diperkirakan pada 9 - 12 Juni 2017.
Sebelumnya Ketua Dewan komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan pihaknya tetap mewaspadai pergerakan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed hingga akhir tahun. Meskipun The Fed menunda kenaikan suku bunga, namun OJK tetap memperkirakan The Fed akan tetap menaikkan suku bunga pada pertemuan mendatang.
"Apabila The Fed menahan suku bunga, itu masih dalam koridor prediksi kami sebelumnya. Yakni akan ada kenaikan suku bunga The Fed dua hingga tiga kali tahun ini," kata Muliaman beberapa waktu lalu di Bali.
Menurut Muliaman, berdasarkan prediksi tersebut, OJK sudah jauh hari mempersiapkan diri jika The Fed menaikkan suku bunga. "Kalau tidak naik suku bunga The Fed, nanti malah jadi masalah baru karena akan ada capital outflow," lanjutnya.
Federal Reserve AS pada Rabu (3/2017) mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah, karena bank sentral menunggu lebih banyak data untuk menilai prospek ekonomi Amerika Serikat.
Komite The Fed melihat perlambatan pertumbuhan selama kuartal pertama yang cenderung bersifat sementara dan terus berharap bahwa, dengan penyesuaian bertahap dalam sikap kebijakan moneter, kegiatan ekonomi akan berkembang pada kecepatan yang moderat.
(akr)