Arcandra Kaji Tawaran Rusia Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan pihaknya akan mengkaji tawaran Rusia untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Hal ini diungkapkannya usai mendampingi Menko bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yang melakukan pertemuan dengan First Deputy of Rosatom State Atomic Energi Corporation Kirill Kamarov.
Arcandra mengungkapkan, dalam peta jalan (roadmap) Kebijakan Energi Nasional (KEN), nuklir sejatinya masuk sebagai opsi terakhir pemanfaatan energi di Indonesia. Sebab, pemerintah masih menunggu kesiapan masyarakat untuk dibangunnya pembangkit nuklir tersebut.
"Apakah kita enggak boleh bangun nuklir? Kita lihat lah apakah masyarakat kita sudah siap dengan nuklir. Apakah ada energi lain yang bisa," katanya di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Selasa (9/5/2017).
Rusia sendiri, kata mantan Menteri ESDM ini, telah melakukan kajian awal mengenai pembangunan pembangkit berbasis nuklir di Tanah Air. Beberapa daerah yang kiranya dimungkinkan untuk dibangun nuklir di antaranya Bangka Belitung, Batam, dan Kalimantan Timur.
"Yang visible dia ajukan tadi beberapa lokasi, yaitu Bangka, Batam, dan Kaltim. Pertanyaannya, kalau Bangka Belitung demand nya gimana. Kalau Kaltim demand nya gimana? Kan enggak mungkin bangun nuklir 100MW, ribuan MW," imbuh dia.
Meskipun begitu, tuturnya, untuk saat ini pemerintah masih akan terus memupuk kepercayaan masyarakat terhadap nuklir itu sendiri. Namun dia menekankan, jika di masa mendatang Indonesia akan membangun pembangkit berbasis nuklir maka itu memang karena tercantum dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan bukan karena didikte negara lain.
"Kita bilang bahwa public acceptance terhadap nuklir ini yang perlu kita develop. Yang menentukan oke atau tidak bukan mereka. Energi plan kita itu kita yang tahu. Bukan yang lain. Mengenai RUEN kita, kita yang nentuin. Ga didikte negara lain," pungkasnya.
Arcandra mengungkapkan, dalam peta jalan (roadmap) Kebijakan Energi Nasional (KEN), nuklir sejatinya masuk sebagai opsi terakhir pemanfaatan energi di Indonesia. Sebab, pemerintah masih menunggu kesiapan masyarakat untuk dibangunnya pembangkit nuklir tersebut.
"Apakah kita enggak boleh bangun nuklir? Kita lihat lah apakah masyarakat kita sudah siap dengan nuklir. Apakah ada energi lain yang bisa," katanya di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Selasa (9/5/2017).
Rusia sendiri, kata mantan Menteri ESDM ini, telah melakukan kajian awal mengenai pembangunan pembangkit berbasis nuklir di Tanah Air. Beberapa daerah yang kiranya dimungkinkan untuk dibangun nuklir di antaranya Bangka Belitung, Batam, dan Kalimantan Timur.
"Yang visible dia ajukan tadi beberapa lokasi, yaitu Bangka, Batam, dan Kaltim. Pertanyaannya, kalau Bangka Belitung demand nya gimana. Kalau Kaltim demand nya gimana? Kan enggak mungkin bangun nuklir 100MW, ribuan MW," imbuh dia.
Meskipun begitu, tuturnya, untuk saat ini pemerintah masih akan terus memupuk kepercayaan masyarakat terhadap nuklir itu sendiri. Namun dia menekankan, jika di masa mendatang Indonesia akan membangun pembangkit berbasis nuklir maka itu memang karena tercantum dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan bukan karena didikte negara lain.
"Kita bilang bahwa public acceptance terhadap nuklir ini yang perlu kita develop. Yang menentukan oke atau tidak bukan mereka. Energi plan kita itu kita yang tahu. Bukan yang lain. Mengenai RUEN kita, kita yang nentuin. Ga didikte negara lain," pungkasnya.
(akr)