Ini Solusi Balitbang ESDM Kurangi Penggunaan BBM
A
A
A
JAKARTA - Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), berperan besar dalam mencari jawaban teknologi untuk ketahanan energi Tanah Air. Salah satu inovasi Balitbang ESDM yang siap diimplementasikan secara masif adalah teknologi gasifikasi mini (gasmin) batubara untuk industri kecil dan menengah (IKM).
Kepala Balitbang ESDM F.X. Sutijastoto mengatakan, inovasi gasmin merupakan salah satu perwujudan pelayanan publik Balitbang ESDM untuk menyediakan teknologi yang terjangkau dan efisien bagi masyarakat industri.
"Di sisi lain, pengembangan dan komersialisasi gasmin merupakan salah satu upaya Balitbang ESDM untuk meningkatkan PNBP sebagai alternatif sumber pendanaan untuk riset," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima SINDOnews, Jumat (19/5/2017).
Ia menambahkan gasmin merupakan alat teknologi tepat guna untuk mengubah bahan bakar padatan menjadi bahan bakar gas yang ramah lingkungan. “Kualitas bahan bakar dengan gasifikasi batubara ini tidak jauh berbeda dengan BBM. Apinya mirip dengan BBM,” terangnya.
Sutijastoto bahkan menegaskan, penggunaan gasmin akan meningkatkan efisiensi produksi IKM secara signifikan sampai 50%. "Biaya produksi berkurang maka ini berarti, pemakaian gasmin akan meningkatkan daya saing IKM," imbuhnya.
Ia menjelaskan, penggunaan gasmin batubara skala IKM ini akan dapat mengurangi penggunaan BBM lumayan besar. Sedikitnya, bila gasmin digunakan sebanyak 1250 unit di kalangan IKM, akan dapat mengurangi penggunaan BBM sebanyak 10 ribu barel/hari.
“Teknologi ini memang berawal dari keinginan pemerintah untuk mengurangi impor bahan bakar minyak yang begitu tinggi,” tuturnya.
Seperti diketahui, ketergantungan impor minyak Indonesia terbilang tinggi. Rata-rata konsumsi BBM sekitar 1,6 juta barel/hari. Sementara produksi minyak di tanah air berkisar 800 ribu atau 0,8 juta barel/hari.
Ini pun sebagian masih dimiliki oleh para kontraktor. Demikian halnya dengan elpiji. Jadi, dari sisi kebutuhan, Indonesia masih banyak perlu impor.
“Inilah PR-nya. Kita harus mencari jawaban dari sisi teknologi untuk mengatasi itu. Kita punya banyak batubara, tapi selama ini ada permasalahan lingkungan. Sehingga kita ciptakan gasmin batubara, teknologi yang ramah lingkungan,” imbuhnya.
Hal senada dilontarkan Peneliti Balitbang ESDM Yenny Sofaeti yang menciptakan gasmin batubara untuk skala IKM. Ia katakan, pada tahapan uji coba di tiga jenis IKM di Provinsi Daerah Yogyakarta, yakni IKM penyulingan atsiri, pembuatan tahu, dan peleburan alumunium.
Dimana masing-masing menggunakan kapasitas gasmin yang berbeda, yakni 50 kg untuk alumunium, 30 kg untuk penyulingan minyak atsiri, dan 10 kg untuk pembuatan tahu, memberikan dampak yang positif terhadap industri itu dengan pengurangan biaya produksi.
“Sehingga, target penggunaan gasmin sebagai alternatif dalam penggunaan energi dapat terealisasi,” ungkapnya.
Hal yang menarik dari gasmin batubara ini, sambung Yenny, mampu menjawab tiga permasalahan yang ditanyakan oleh industri. Salah satunya, mampu beroperasi secara terus menerus tanpa mengganggu proses produksi. “Semakin lama waktu produksi, semakin efisien biaya energi,” pungkasnya.
Kepala Balitbang ESDM F.X. Sutijastoto mengatakan, inovasi gasmin merupakan salah satu perwujudan pelayanan publik Balitbang ESDM untuk menyediakan teknologi yang terjangkau dan efisien bagi masyarakat industri.
"Di sisi lain, pengembangan dan komersialisasi gasmin merupakan salah satu upaya Balitbang ESDM untuk meningkatkan PNBP sebagai alternatif sumber pendanaan untuk riset," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima SINDOnews, Jumat (19/5/2017).
Ia menambahkan gasmin merupakan alat teknologi tepat guna untuk mengubah bahan bakar padatan menjadi bahan bakar gas yang ramah lingkungan. “Kualitas bahan bakar dengan gasifikasi batubara ini tidak jauh berbeda dengan BBM. Apinya mirip dengan BBM,” terangnya.
Sutijastoto bahkan menegaskan, penggunaan gasmin akan meningkatkan efisiensi produksi IKM secara signifikan sampai 50%. "Biaya produksi berkurang maka ini berarti, pemakaian gasmin akan meningkatkan daya saing IKM," imbuhnya.
Ia menjelaskan, penggunaan gasmin batubara skala IKM ini akan dapat mengurangi penggunaan BBM lumayan besar. Sedikitnya, bila gasmin digunakan sebanyak 1250 unit di kalangan IKM, akan dapat mengurangi penggunaan BBM sebanyak 10 ribu barel/hari.
“Teknologi ini memang berawal dari keinginan pemerintah untuk mengurangi impor bahan bakar minyak yang begitu tinggi,” tuturnya.
Seperti diketahui, ketergantungan impor minyak Indonesia terbilang tinggi. Rata-rata konsumsi BBM sekitar 1,6 juta barel/hari. Sementara produksi minyak di tanah air berkisar 800 ribu atau 0,8 juta barel/hari.
Ini pun sebagian masih dimiliki oleh para kontraktor. Demikian halnya dengan elpiji. Jadi, dari sisi kebutuhan, Indonesia masih banyak perlu impor.
“Inilah PR-nya. Kita harus mencari jawaban dari sisi teknologi untuk mengatasi itu. Kita punya banyak batubara, tapi selama ini ada permasalahan lingkungan. Sehingga kita ciptakan gasmin batubara, teknologi yang ramah lingkungan,” imbuhnya.
Hal senada dilontarkan Peneliti Balitbang ESDM Yenny Sofaeti yang menciptakan gasmin batubara untuk skala IKM. Ia katakan, pada tahapan uji coba di tiga jenis IKM di Provinsi Daerah Yogyakarta, yakni IKM penyulingan atsiri, pembuatan tahu, dan peleburan alumunium.
Dimana masing-masing menggunakan kapasitas gasmin yang berbeda, yakni 50 kg untuk alumunium, 30 kg untuk penyulingan minyak atsiri, dan 10 kg untuk pembuatan tahu, memberikan dampak yang positif terhadap industri itu dengan pengurangan biaya produksi.
“Sehingga, target penggunaan gasmin sebagai alternatif dalam penggunaan energi dapat terealisasi,” ungkapnya.
Hal yang menarik dari gasmin batubara ini, sambung Yenny, mampu menjawab tiga permasalahan yang ditanyakan oleh industri. Salah satunya, mampu beroperasi secara terus menerus tanpa mengganggu proses produksi. “Semakin lama waktu produksi, semakin efisien biaya energi,” pungkasnya.
(ven)