Masuk Era Digital, Bandara Dituntut Punya Teknologi Canggih
A
A
A
TANGERANG - Setelah masuk ke era digital, setiap bandara di Indonesia dituntut memiliki teknologi canggih. Sehingga bisa menyesuaikan dengan perkembangan saat ini.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, digitalisasi membuat sistem operasional di bandara jadi lebih efisien. Apalagi jumlah penumpang yang menggunakan transportasi udara juga terus melonjak.
"Artinya ada satu keharusan, melakukan efisiensi dengan berbasis teknologi digital airport. Mana mungkin kita mengelola 100 juta orang tanpa teknologi canggih," ujarnya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Sabtu (20/5/2017).
Baca Juga: Masuki Era Digital, Bandara di Indonesia Saingi Singapura
Budi menjelaskan, persaingan dalam hal infrastruktur bandara bisa jadi tidak dirasakan. Sebab, ini menyangkut sebuah negara, berbeda dengan transportasi online yang mudah dilihat dan dirasakan.
"Ada satu fakta menunjukkan era taksi online dan taksi biasa, bagaimana pertarungan dunia digital di ritel. Kalau ritel, apa yang jadi kebiasaan hilang tanpa bekas, tak terlihat pertarungan itu," katanya.
Di dalam persaingan infrastruktur bandara, Budi menyampaikan, Indonesia sudah mengalami perkembangan. Diharapkan bisa terus ditingkatkan dengan Bandara Soekarno-Hatta sebagai trademark setelah peringkatnya naik dari 63 menjadi 44.
"Di dunia taksi terlihat, existing, punya masa. Di Bandara seolah enggak ada kompetisi, kompetisi dengan dunia luar, kalau tidak mau tertinggal," pungkasnya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, digitalisasi membuat sistem operasional di bandara jadi lebih efisien. Apalagi jumlah penumpang yang menggunakan transportasi udara juga terus melonjak.
"Artinya ada satu keharusan, melakukan efisiensi dengan berbasis teknologi digital airport. Mana mungkin kita mengelola 100 juta orang tanpa teknologi canggih," ujarnya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Sabtu (20/5/2017).
Baca Juga: Masuki Era Digital, Bandara di Indonesia Saingi Singapura
Budi menjelaskan, persaingan dalam hal infrastruktur bandara bisa jadi tidak dirasakan. Sebab, ini menyangkut sebuah negara, berbeda dengan transportasi online yang mudah dilihat dan dirasakan.
"Ada satu fakta menunjukkan era taksi online dan taksi biasa, bagaimana pertarungan dunia digital di ritel. Kalau ritel, apa yang jadi kebiasaan hilang tanpa bekas, tak terlihat pertarungan itu," katanya.
Di dalam persaingan infrastruktur bandara, Budi menyampaikan, Indonesia sudah mengalami perkembangan. Diharapkan bisa terus ditingkatkan dengan Bandara Soekarno-Hatta sebagai trademark setelah peringkatnya naik dari 63 menjadi 44.
"Di dunia taksi terlihat, existing, punya masa. Di Bandara seolah enggak ada kompetisi, kompetisi dengan dunia luar, kalau tidak mau tertinggal," pungkasnya.
(ven)