Peran BPR-BPRS terhadap UMKM Masih Rendah

YOGYAKARTA - Peran industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) baik yang konvensional maupun syariah perlu ditingkatkan lagi, terutama komitmen mereka terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Meski jargonnya tidak bisa dipisahkan dengan UMKM, tetapi UMKM yang mengakses BPR-BPRS masih rendah.

Assisten Deputi Pembiayaan Non Bank Kementerian Koperasi, Suprapto mengatakan, jumlah UMKM di seluruh Indonesian sangat banyak, karena mencapai angka 90 juta lebih. Namun jumlah nasabah BPR baru mencapai 16 juta. Meski didominasi UMKM namun tidak semuanya dari UMKM karena ada yang datang dari masyarakat umum.

"Karena itu, memang masih perlu bekerja keras," ujarnya saat peringatan Hari BPR-BPRS di Candi Prambanan, Yogyakarta, Minggu (21/5/2017).

Sebanyak 1.630 BPR baik syariah maupun konvensional sudah menjadi kekuatan untuk meningkatkan peran mereka terhadap perkembangan UMKM. Inovasi produk dan layanan sangat diperlukan untuk meningkatkan penetrasi produk-produk agar mampu bersaing dengan produk lembaga keuangan lainnya.

Bahkan, pihaknya membuka pintu untuk kemungkinan kerja sama dengan BPR dalam rangka menyalurkan dana bergulir kepada kelompok masyarakat. Dari ribuan BPR yang ada di Indonesia, baru 16 yang sudah melakukan kerja sama dengan mereka.

Pada tahun ini pihaknya menyalurkan dana bergulir sebanyak Rp30 triliun untuk kelompok masyarakat. "Kalau kita kolaborasi, tentu peran meningkatkan perekonomian Indonesia semakin besar," imbuh Suprapto.

Ketua Umum Perbarindo, Joko Suyanto mengakui masih perlu meningkatkan peran mereka. Peningkatan angka literasi masih menjadi pekerjaan rumah terbesar. Namun rendahnya angka literasi tersebut tidak lepas dari wilayah Indonesia yang jangkauannya sangat luas.

"Tidak hanya BPR, bank umumpun belum mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia," tuturnya.