Moodys Turunkan Peringkat Kredit China

Rabu, 24 Mei 2017 - 13:10 WIB
Moodys Turunkan Peringkat Kredit China
Moodys Turunkan Peringkat Kredit China
A A A
SHANGHAI - Lembaga pemeringkat Moodys Investors Services pada hari ini menurunkan peringkat kredit China. Hal ini memperingatkan bahwa kekuatan finansial ekonomi terbesar kedua di dunia ini akan terkikis di tahun-tahun mendatang.

Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (24/5/2017), penurunan peringkat satu tingkat menjadi A1 dari sebelumnya Aa3 terjadi karena pemerintah China masih bergulat dengan tantangan untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya risiko keuangan yang berasal dari melonjaknya utang.

"Penurunan peringkat tersebut mencerminkan harapan Moodys bahwa kekuatan finansial China akan terkikis selama beberapa tahun ke depan, dengan utang ekonomi terus meningkat karena pertumbuhan potensial melambat," kata Moodys dalam sebuah pernyataan.

"Sementara kemajuan reformasi yang sedang berlangsung cenderung mengubah sistem ekonomi dan keuangan dari waktu ke waktu, tidak mungkin untuk mencegah kenaikan material lebih lanjut dalam utang ekonomi, dan sebagai konsekuensi kenaikan kewajiban kontinjensi untuk pemerintah," katanya.

Modys juga mengubah otlook China menjadi stabil dari negatif. Pemimpin puncak China telah mengidentifikasi penahanan risiko keuangan dan gelembung aset sebagai prioritas utama tahun ini.
Bagaimanapun, pihak berwenang telah bergerak hati-hati untuk menghindari pertumbuhan ekonomi, dengan hati-hati menaikkan suku bunga jangka pendek.

Sementara, downgrade cenderung meningkatkan biaya pinjaman untuk pemerintah China dan perusahaan milik negara secara moderat, namun tetap berada dalam kisaran peringkat investment grade.

Indeks Shanghai Composite China turun lebih dari 1% pada awal perdagangan, sementara mata uang yuan di pasar luar negeri sempat turun hampir 0,1% terhadap USD, setelah lembaga pemeringkat mengumumkan keputusannya.

Di sisi lain dolar Australia, sering terlihat sebagai proxy untuk risiko China juga tergelincir. "Sangat jelas bahwa ini akan menjadi sangat negatif dalam hal sentimen, terutama pada saat China ingin menurunkan sistem perbankan, dan juga pada saat akan ada beberapa potensi restrukturisasi BUMN," kata Wisnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi Asia di divisi Treasury Bank Mizuho.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5479 seconds (0.1#10.140)