Indonesia Negara Agraris tapi Masih Bergantung Impor Pangan

Kamis, 25 Mei 2017 - 09:36 WIB
Indonesia Negara Agraris...
Indonesia Negara Agraris tapi Masih Bergantung Impor Pangan
A A A
PASURUAN - Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan, Indonesia harus bangun pertanian agar tidak terus menerus ketergantungan pada impor, bisa mengendalikan harga pangan, dan mampu berswasembada pangan.

"Kita negara agraris tapi ketergantungan impor pangan dan harganya susah dikendalikan," kata HT saat berdialog dengan Asosiasi Petani Kopi dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (24/5/2017).

Dia mengatakan, untuk menyelesaikan persoalan pangan dibutuhkan kebijakan pemerintah yang mendorong pertanian Indonesia bisa maju. "Kalau negara benar-benar mau hadir membantu rakyat, pasti bisa. Masalahnya, gelem opo ora?" kata HT dalam kesempatan tersebut.

Negara, lanjut dia, harus hadir untuk membantu petani. Dalam soal lahan misalnya, petani bisa dibantu untuk menambah luas lahan hingga menjadi dua atau hingga tiga hektar (ha). Sehingga mereka bisa lebih efesien, hasil lebih besar dan ekonomi mereka bisa lebih baik.

Seperti diketahui rata-rata petani Indonesia memiliki luas lahan pertanian kurang dari 1 ha. Sementara setiap petani di Filipina dan Thailand rata-rata luas lahan pertaniannya masing-masing mencapai 2 ha dan 3,2 ha.

Selain itu, petani di Indonesia juga banyak yang hanya merupakan penggarap lahan alias tidak memiliki lahannya sendiri. Ketika pemilik lahan menjual lahan tersebut, luas lahan pertanian pun kian menyusut.

"Kedua, petani harus memiliki akses dana murah, supaya keuntungan tidak diperas tengkulak, dilatih supaya produktivitas meningkat," kata HT.

Petani Indonesia banyak menggantungkan aktivitas pertanian ke tengkulak, karena tak memiliki modal. Akibatnya, hasil pertanian mereka kerap dihargai sangat murah. Dengan modal yang cukup petani bisa menggunakan peralatan modern, bibit unggul, pupuk yang bagus, teknologi pertanian dan lain sebagainya sehingga produktivitas meningkat.

Pelatihan juga dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas. Seperti diketahui produktivitas pertanian Indonesia masih terhitung rendah berada dikisaran 5 juta ton per ha.

Terakhir, petani harus diproteksi, tidak diadu dengan yang mapan, namun diberi kesempatan maju. "Pasar harus diatur agar tidak dimainkan mafia," tegas HT .

Dalam kesempatan tersebut, HT mengatakan kehadiran Partai Perindo untuk memajukan Indonesia, dengan segala konsekuensinya. Untuk memajukan Indonesia dibutuhkan kebijakan pro bisnis dan pro rakyat yang berjalan beriringan. "Kebijakan Indonesia harus pro rakyat agar masyarakat bawah naik ke tengah, yang tengah ke atas. Kelompok produktif makin banyak," ungkapnya.

HT mengatakan, negara lain makin maju karena kelompok mapan makin banyak. "Kita ketinggalan karena kelompok mapannya itu-itu saja," ucapnya.

Sementara itu, Unggul Abinowo yang merupakan perwakilan dari petani dalam dialog tersebut mengatakan, petani tak bisa hidup layak dengan hanya memiliki satu ha lahan. "Sekarang petani punya satu ha ya tidak bisa hidup," ungkapnya.

Dia juga mengaku prihatin dengan berbagai impor pangan yang merangsek ke Indonesia. Mulai dari bawang putih, beras, dan pangan lainnya. "Cita-cita saya, dulunya negeri ini kaya raya makmur, tapi masa makan saja didatangkan dari luar," tuturnya.

Unggul menaruh harapan besar kepada HT agar dapat memajukan pertanian Indonesia ke depan. "Mudah-mudahan ke depan petani kita bisa maju," ujarnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0772 seconds (0.1#10.140)