Perjanjian Kemitraan Indonesia-Australia Rampung Akhir 2017
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menargetkan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Australia rampung tahun ini. Pekan ini Indonesia dan Australia telah menyelesaikan putaran ketujuh perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA) di Jakarta.
Pertemuan selanjutnya akan digelar di Canberra, Australia, akhir Juli mendatang. "IA CEPA dimandatkan selesai tahun ini. Maka itu, pertemuan yang biasanya tiga bulan sekali kita percepat menjadi dua bulan sekali,” ujar Ketua Perundingan IA CEPA Deddy Saleh seusai penutupan perundingan putaran ketujuh di Hotel Shangrila.
Menurut Deddy, perundingan ketujuh menghasilkan pembahasan yang cukup positif di semua grup pembahasan, termasuk terkait kerja sama ekonomi. Dua negara menghasilkan pembahasan yang signifikan terkait akses pasar maupun pembahasan text agreement.
"Salah satu perkembangan baik dari putaran ini adalah disepakatinya elemen yang akan menjadi dasar penyusunan draf teks economic cooperation (EC) atau kerja sama ekonomi. EC ini merupakan bagian integral dari perundingan," tutur dia.
Prinsip penting dari kerja sama ekonomi tersebut adalah economic powerhouse, di mana dua negara akan bekerja sama di berbagai bidang, bukan hanya untuk memanfaatkan pasar masing-masing, melainkan justru pasar negara ketiga atau dunia. Prinsip ini terus digodok dan akan diperjelas dalam berbagai program kerja sama di bawah Chapter EC.
”Jadi, dua negara akan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki masing-masing negara untuk kerja sama menarget negara ketiga. Misalnya Australia kaya gandum, oleh kita diolah menjadi mi lalu diekspor ke negara lain,” papar dia.
Dua negara juga secara intensif membahas lebih mendalam mengenai upaya implementasi kerja sama yang merupakan bagian dari Early Outcomes lA-CEPA seperti kerja sama di bidang standar obat dan makanan, produk herbal, dan pemetaan standar.
"Jadi, kitaakan buat kerja sama yang tanpa harus menunggu ratifikasi. Dalam hal ini terdapat sembilan program," ujar Wakil Ketua Perunding Indonesia Made Marthini.
Sembilan Early Outcomes yang akan dibahas perkembangannya yaitu kerja sama di bidang pertukaran tenaga terampil, kemitraan bidang ketahanan pangan di sektor daging dan sapi, jasa keuangan, rekomendasi Indonesia-Australia Business Partnership Group (IA-BPG), vokasional, busana dan desain perhiasan, inovasi makanan, standar obat dan makanan, produk herbal, dan pemetaan standar.
Pertemuan selanjutnya akan digelar di Canberra, Australia, akhir Juli mendatang. "IA CEPA dimandatkan selesai tahun ini. Maka itu, pertemuan yang biasanya tiga bulan sekali kita percepat menjadi dua bulan sekali,” ujar Ketua Perundingan IA CEPA Deddy Saleh seusai penutupan perundingan putaran ketujuh di Hotel Shangrila.
Menurut Deddy, perundingan ketujuh menghasilkan pembahasan yang cukup positif di semua grup pembahasan, termasuk terkait kerja sama ekonomi. Dua negara menghasilkan pembahasan yang signifikan terkait akses pasar maupun pembahasan text agreement.
"Salah satu perkembangan baik dari putaran ini adalah disepakatinya elemen yang akan menjadi dasar penyusunan draf teks economic cooperation (EC) atau kerja sama ekonomi. EC ini merupakan bagian integral dari perundingan," tutur dia.
Prinsip penting dari kerja sama ekonomi tersebut adalah economic powerhouse, di mana dua negara akan bekerja sama di berbagai bidang, bukan hanya untuk memanfaatkan pasar masing-masing, melainkan justru pasar negara ketiga atau dunia. Prinsip ini terus digodok dan akan diperjelas dalam berbagai program kerja sama di bawah Chapter EC.
”Jadi, dua negara akan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki masing-masing negara untuk kerja sama menarget negara ketiga. Misalnya Australia kaya gandum, oleh kita diolah menjadi mi lalu diekspor ke negara lain,” papar dia.
Dua negara juga secara intensif membahas lebih mendalam mengenai upaya implementasi kerja sama yang merupakan bagian dari Early Outcomes lA-CEPA seperti kerja sama di bidang standar obat dan makanan, produk herbal, dan pemetaan standar.
"Jadi, kitaakan buat kerja sama yang tanpa harus menunggu ratifikasi. Dalam hal ini terdapat sembilan program," ujar Wakil Ketua Perunding Indonesia Made Marthini.
Sembilan Early Outcomes yang akan dibahas perkembangannya yaitu kerja sama di bidang pertukaran tenaga terampil, kemitraan bidang ketahanan pangan di sektor daging dan sapi, jasa keuangan, rekomendasi Indonesia-Australia Business Partnership Group (IA-BPG), vokasional, busana dan desain perhiasan, inovasi makanan, standar obat dan makanan, produk herbal, dan pemetaan standar.
(akr)