Suku Bunga Bank Indonesia Diyakini Naik Sebelum Akhir Tahun
A
A
A
JAKARTA - Prospek pertumbuhan ekonomi diyakini tampak cerah, setelah proyeksi World Bank atau Bank Dunia menampilkan bahwa ekonomi Indonesia tetap tangguh di tahun 2017 dan termasuk pasar berkembang yang paling menarik. Pertumbuhan kredit menyentuh 10%, inflasi mulai stabil untuk menjadi sentimen positif dan data ekonomi pun positif.
"Apabila data ekonomi Indonesia terus mengikuti tren positif, maka ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Indonesia sebelum akhir tahun ini akan semakin meningkat demi mendukung pertumbuhan," kata Research Analyst FXTM Lukman Otunuga dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (6/6/2017).
(Baca Juga: Bank Dunia Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,2% Saat China Melambat
Terkait prospek forex, Rupiah tetap tangguh menghadapi dolar Amerika Serikat (USD) pada tengah pekan kemarin. USD/IDR diperdagangkan menuju Rp13.280 pada saat laporan ini dituliskan. Breakout di bawah Rp13.280 dapat membuka jalan menuju Rp13.240.
Mata uang AS mengalami tekanan jual baru pada Jumat pekan kemarin setelah data tenaga kerja AS bulan Mei yang tidak bergairah menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan Fed atau Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga AS setelah bulan Juni. Menurutnya walaupun tingkat pengangguran turun di luar dugaan sebesar 4,3% dan upah per jam sesuai dengan ekspektasi sebesar 0,2%.
Data Non-Farm Payroll Amerika Serikat (NFP) umum yang lemah dianggap sebagai ganjalan terhadap kekuatan sektor tenaga kerja AS. "Investor bearish mulai memanfaatkan kejutan negatif dari laporan tenaga kerja bulan Mei untuk menekan USD, sehingga mata uang ini berpotensi semakin melemah," jelasnya.
Sementara itu, USD sepertinya dapat semakin melemah di masa mendatang karena ketidakpastian politik di AS dan data ekonomi yang kurang bergairah membebani mata uang ini.
"Apabila data ekonomi Indonesia terus mengikuti tren positif, maka ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Indonesia sebelum akhir tahun ini akan semakin meningkat demi mendukung pertumbuhan," kata Research Analyst FXTM Lukman Otunuga dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (6/6/2017).
(Baca Juga: Bank Dunia Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,2% Saat China Melambat
Terkait prospek forex, Rupiah tetap tangguh menghadapi dolar Amerika Serikat (USD) pada tengah pekan kemarin. USD/IDR diperdagangkan menuju Rp13.280 pada saat laporan ini dituliskan. Breakout di bawah Rp13.280 dapat membuka jalan menuju Rp13.240.
Mata uang AS mengalami tekanan jual baru pada Jumat pekan kemarin setelah data tenaga kerja AS bulan Mei yang tidak bergairah menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan Fed atau Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga AS setelah bulan Juni. Menurutnya walaupun tingkat pengangguran turun di luar dugaan sebesar 4,3% dan upah per jam sesuai dengan ekspektasi sebesar 0,2%.
Data Non-Farm Payroll Amerika Serikat (NFP) umum yang lemah dianggap sebagai ganjalan terhadap kekuatan sektor tenaga kerja AS. "Investor bearish mulai memanfaatkan kejutan negatif dari laporan tenaga kerja bulan Mei untuk menekan USD, sehingga mata uang ini berpotensi semakin melemah," jelasnya.
Sementara itu, USD sepertinya dapat semakin melemah di masa mendatang karena ketidakpastian politik di AS dan data ekonomi yang kurang bergairah membebani mata uang ini.
(akr)