Buntut Kisruh Diplomatik, S&P Turunkan Peringkat Utang Qatar
A
A
A
DUBAI - Standard & Poor's (S&P) menurunkan peringkat utang Qatar karena mata uang riyal jatuh ke level terendah dalam 11 tahun di tengah tanda-tanda adanya dana investasi portofolio yang mengalir keluar dari negara tersebut karena perpecahan diplomatik Doha dengan negara-negara Arab lainnya.
Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (8/6/2017), S&P memangkas rating jangka panjangnya di Qatar dengan satu tingkat ke AA- dari sebelumnya AA dan menempatkan rating Qatar pada CreditWatch dengan implikasi negatif, yang berarti ada kemungkinan besar terjadi penurunan peringkat lebih lanjut.
S&P juga memperkirakan ekonomi Qatar akan mengalami pelemahan setelah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dan transportasi dengan Doha. Mereka menuduhnya mendukung terorisme, tuduhan yang dibantah langsung oleh Qatar.
"Pertumbuhan ekonomi akan melambat, tidak hanya melalui penurunan perdagangan regional, namun karena profitabilitas perusahaan rusak, permintaan daerah terputus, investasi terhambat, dan kepercayaan investasi berkurang," kata S&P.
Lembaga pemeringkat utama lainnya, Moody's Investors Service menilai bahwa Qatar ada diperingkat di Aa3, yang setara dengan peringkat baru S&P. Fitch Ratings menempatkan Qatar di rating AA.
USD menawar setinggi 3.6526 riyal di pasar spot, level tertingginya sejak Juli 2005, menurut data Thomson Reuters. Riyal dipatok pada lecel 3,64 oleh bank sentral, yang hanya memungkinkan fluktuasi kecil di sekitar level ini.
Di pasar luar negeri, yang digunakan bank untuk melakukan lindung nilai terhadap risiko pergerakan masa depan dalam tingkat spot, riyal turun sejauh premium 550 poin terhadap USD, tingkat terendah sejak Desember 2015, ketika harga minyak dan gas turun. Menimbulkan keraguan tentang masa depan ekonomi Teluk.
Rendahnya pasar ke depan hanya menyiratkan riyal akan terdepresiasi sekitar 1,5% dalam 12 bulan ke depan. Tapi itu menunjukkan ada ekspektasi arus keluar uang yang besar dari Qatar dalam beberapa bulan mendatang.
Indeks saham Qatar telah anjlok 9,7% selama tiga hari terakhir, dengan volume perdagangan yang tinggi menunjukkan beberapa investor Teluk dan investor internasional berhasil keluar dari pasar dan mengirim uang mereka ke rumah.
Sebelum krisis pekan ini, data bursa menunjukkan bahwa investor Teluk dan internasional hanya menguasai sekitar 9% pasar saham Qatar, yang memiliki kapitalisasi sekitar USD150 miliar.
Bahkan jika semua uang asing itu mengalir keluar, yang tidak mungkin, mungkin tidak cukup untuk memberikan tekanan yang luar biasa pada riyal semakin terdepresiasi.
Qatar tetap menjadi salah satu negara terkaya per kapita di dunia, dengan aset senilai USD335 miliar di dana kekayaan kedaulatannya, dan ekspor gas alam cairnya menghasilkan surplus perdagangan sekitar USD2,7 miliar setiap bulannya.
Ekspor ini diperkirakan akan terus berlanjut meski ada sanksi. Seorang pejabat bank sentral Qatar mengatakan kepada Reuters pada Selasa kemarin bahwa negara tersebut memiliki cadangan devisa besar yang dapat digunakan untuk mendukung mata uangnya jika diperlukan.
Namun, seperti yang dicatat oleh S&P, sistem perbankan Qatar dalam beberapa tahun terakhir menjadi lebih bergantung pada pinjaman dan simpanan dari bank-bank di Teluk dan internasional, dan hal itu bisa menghadapi arus keluar besar jika uang itu ditarik karena terjadi ketegangan diplomatik.
Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (8/6/2017), S&P memangkas rating jangka panjangnya di Qatar dengan satu tingkat ke AA- dari sebelumnya AA dan menempatkan rating Qatar pada CreditWatch dengan implikasi negatif, yang berarti ada kemungkinan besar terjadi penurunan peringkat lebih lanjut.
S&P juga memperkirakan ekonomi Qatar akan mengalami pelemahan setelah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dan transportasi dengan Doha. Mereka menuduhnya mendukung terorisme, tuduhan yang dibantah langsung oleh Qatar.
"Pertumbuhan ekonomi akan melambat, tidak hanya melalui penurunan perdagangan regional, namun karena profitabilitas perusahaan rusak, permintaan daerah terputus, investasi terhambat, dan kepercayaan investasi berkurang," kata S&P.
Lembaga pemeringkat utama lainnya, Moody's Investors Service menilai bahwa Qatar ada diperingkat di Aa3, yang setara dengan peringkat baru S&P. Fitch Ratings menempatkan Qatar di rating AA.
USD menawar setinggi 3.6526 riyal di pasar spot, level tertingginya sejak Juli 2005, menurut data Thomson Reuters. Riyal dipatok pada lecel 3,64 oleh bank sentral, yang hanya memungkinkan fluktuasi kecil di sekitar level ini.
Di pasar luar negeri, yang digunakan bank untuk melakukan lindung nilai terhadap risiko pergerakan masa depan dalam tingkat spot, riyal turun sejauh premium 550 poin terhadap USD, tingkat terendah sejak Desember 2015, ketika harga minyak dan gas turun. Menimbulkan keraguan tentang masa depan ekonomi Teluk.
Rendahnya pasar ke depan hanya menyiratkan riyal akan terdepresiasi sekitar 1,5% dalam 12 bulan ke depan. Tapi itu menunjukkan ada ekspektasi arus keluar uang yang besar dari Qatar dalam beberapa bulan mendatang.
Indeks saham Qatar telah anjlok 9,7% selama tiga hari terakhir, dengan volume perdagangan yang tinggi menunjukkan beberapa investor Teluk dan investor internasional berhasil keluar dari pasar dan mengirim uang mereka ke rumah.
Sebelum krisis pekan ini, data bursa menunjukkan bahwa investor Teluk dan internasional hanya menguasai sekitar 9% pasar saham Qatar, yang memiliki kapitalisasi sekitar USD150 miliar.
Bahkan jika semua uang asing itu mengalir keluar, yang tidak mungkin, mungkin tidak cukup untuk memberikan tekanan yang luar biasa pada riyal semakin terdepresiasi.
Qatar tetap menjadi salah satu negara terkaya per kapita di dunia, dengan aset senilai USD335 miliar di dana kekayaan kedaulatannya, dan ekspor gas alam cairnya menghasilkan surplus perdagangan sekitar USD2,7 miliar setiap bulannya.
Ekspor ini diperkirakan akan terus berlanjut meski ada sanksi. Seorang pejabat bank sentral Qatar mengatakan kepada Reuters pada Selasa kemarin bahwa negara tersebut memiliki cadangan devisa besar yang dapat digunakan untuk mendukung mata uangnya jika diperlukan.
Namun, seperti yang dicatat oleh S&P, sistem perbankan Qatar dalam beberapa tahun terakhir menjadi lebih bergantung pada pinjaman dan simpanan dari bank-bank di Teluk dan internasional, dan hal itu bisa menghadapi arus keluar besar jika uang itu ditarik karena terjadi ketegangan diplomatik.
(izz)