Tower Lolak-Boroko Terganggu, PLN Langsung Pemulihan Jaringan
A
A
A
MANADO - Tower SUTT No 73 Lolak-Boroko yang menghubungkan sistem kelistrikan di dua provinsi yakni Sulawesi Utara dan Gorontalo mengalami gangguan akibat hujan yang melanda daerah Sulawesi Utara beberapa waktu terakhir ini. Meningkatnya debit air secara signifikan berdampak pada berpindahnya jalur sungai di Desa Solok, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Fondasi tower No 73 dalam keadaan kritis lantaran tergerus aliran sungai. Karena itu, sistem kelistrikan Sulut-Gorontalo yang terhubung dengan jaringan Interkoneksi Transmisi 150 ribu Volt (150 kV) beroperasi terpisah (isolated) sejak Sabtu (10/6/2017).
General Manager PLN Wilayah Suluttenggo, Baringin Nababan menyatakan, saat ini PLN telah menugaskan tim PDKB Manguni Sistem AP2B Minahasa untuk meminimalisir risiko yang dapat terjadi dengan melakukan scoring atau penguatan terhadap tower No 73. Selain itu, PLN sementara mendatangkan material tower emergency dari Poso, untuk perbaikan.
"Pekerjaan pembangunan tower emergency ini diperkirakan membutuhkan waktu sekitar satu pekan, saat ini petugas PLN sedang melakukan pelepasan kabel konduktor transmisi antara tower 73 dengan tower terdekatnya yaitu tower 72 dan tower 74. Hal ini agar mengantisipasi tarikan yang dapat terjadi, karena apabila tidak segera dilepas akan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih luas jika fondasi tower 73 yang tergerus aliran sungai sudah tidak bisa menopang tower tersebut," kata dia, Minggu (11/6/2017).
PLN Wilayah Suluttenggo merilis, meski beroperasi secara terpisah, kemampuan suplai listrik dari pembangkit baik di Sulawesi Utara maupun Gorontalo masih cukup untuk menyuplai pelanggan. Di mana daya mampu Sistim Sulut sebesar 269 MW dengan Beban Puncak di kisaran 251 MW, sedangkan daya mampu Sistem Gorontalo yaitu 114 MW dengan Beban Puncak 90 MW sehingga masing- masing sistim memiliki cadangan sebesar 18 MW dan 24 MW.
Sementara, black out yang terjadi di Area Gorontalo pada Sabtu (10/6/2017) tersebut diakibatkan masih cukup seringnya terjadi gangguan di sisi jaringan distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 kV yang diakibatkan gangguan pohon, menyebabkan terjadinya kejutan listrik (trip) yang berdampak kepada mesin pembangkit.
Akibat kejadian gangguan tersebut, menyebabkan mesin pembangkit ikut terhenti beroperasi secara tiba-tiba karena sistem proteksinya bekerja dengan baik.
"Saat ini, PLN sedang menyusun langkah jangka panjang termasuk rencana kemungkinan melakukan pergeseran posisi tower existing (re-route) agar berada di posisi lebih aman dari jangkauan aliran sungai. Sehingga, hal seperti ini dapat diminimalisir kedepannya," tutup Baringin.
Fondasi tower No 73 dalam keadaan kritis lantaran tergerus aliran sungai. Karena itu, sistem kelistrikan Sulut-Gorontalo yang terhubung dengan jaringan Interkoneksi Transmisi 150 ribu Volt (150 kV) beroperasi terpisah (isolated) sejak Sabtu (10/6/2017).
General Manager PLN Wilayah Suluttenggo, Baringin Nababan menyatakan, saat ini PLN telah menugaskan tim PDKB Manguni Sistem AP2B Minahasa untuk meminimalisir risiko yang dapat terjadi dengan melakukan scoring atau penguatan terhadap tower No 73. Selain itu, PLN sementara mendatangkan material tower emergency dari Poso, untuk perbaikan.
"Pekerjaan pembangunan tower emergency ini diperkirakan membutuhkan waktu sekitar satu pekan, saat ini petugas PLN sedang melakukan pelepasan kabel konduktor transmisi antara tower 73 dengan tower terdekatnya yaitu tower 72 dan tower 74. Hal ini agar mengantisipasi tarikan yang dapat terjadi, karena apabila tidak segera dilepas akan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih luas jika fondasi tower 73 yang tergerus aliran sungai sudah tidak bisa menopang tower tersebut," kata dia, Minggu (11/6/2017).
PLN Wilayah Suluttenggo merilis, meski beroperasi secara terpisah, kemampuan suplai listrik dari pembangkit baik di Sulawesi Utara maupun Gorontalo masih cukup untuk menyuplai pelanggan. Di mana daya mampu Sistim Sulut sebesar 269 MW dengan Beban Puncak di kisaran 251 MW, sedangkan daya mampu Sistem Gorontalo yaitu 114 MW dengan Beban Puncak 90 MW sehingga masing- masing sistim memiliki cadangan sebesar 18 MW dan 24 MW.
Sementara, black out yang terjadi di Area Gorontalo pada Sabtu (10/6/2017) tersebut diakibatkan masih cukup seringnya terjadi gangguan di sisi jaringan distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 kV yang diakibatkan gangguan pohon, menyebabkan terjadinya kejutan listrik (trip) yang berdampak kepada mesin pembangkit.
Akibat kejadian gangguan tersebut, menyebabkan mesin pembangkit ikut terhenti beroperasi secara tiba-tiba karena sistem proteksinya bekerja dengan baik.
"Saat ini, PLN sedang menyusun langkah jangka panjang termasuk rencana kemungkinan melakukan pergeseran posisi tower existing (re-route) agar berada di posisi lebih aman dari jangkauan aliran sungai. Sehingga, hal seperti ini dapat diminimalisir kedepannya," tutup Baringin.
(izz)