ACC Jaga NPL di Bawah 0,7%
A
A
A
JAKARTA - Di tengah tantangan bisnis pembiayaan yang besar, PT Astra Credit Companies (ACC) berusaha menjaga NPL (non performing loan) atau kredit bermasalah pada tahun ini di bawah 0,7%.
Chief Executive Officer (CEO) ACC, Jodjana Jody mengungkapkan, hingga Mei 2017 NPL di sektor pembiayaan rata-rata sebesar 3,5%. Untuk NPL ACC saat ini sebesar 0,7% ada kenaikan sekitar 0,1%.
"Meski dibilang masih sangat sehat kita tetap menjaga hal ini. Target NPL kita di bawah 0,7% atau sekitar 0,65%. Di sini kita harus pintar-pintar dalam menyeleksi costumer," ujarnya di Jakarta.
Jody memaparkan, NPL di sektor industri pada 2015 sebesar 1,51%, tahun 2016 sebesar 3,2%, laporan sampai Mei 2017 sebesar 3,4 - 3,5%. "Kalau (NPL) industri naik terus, artinya industri lagi sakit," imbuhnya.
Di sisi lain, dia melihat melihat market automotif tidak bertambah. Kemudian, komposisi segmennya berubah. "Kita lihat lagi di motor diproyeksi malah hanya sekitar 5,9 juta. Itu berarti motor sudah stagnan dalam berapa tahun. Jadi kalau saya mencermati berbagai daya beli masyarakat, memang daya beli itu belum ada. Itu tanda tanya," terangnya.
Adapun untuk raihan laba bersih pada tahun lalu sebesar Rp1,060 triliun. "Pasti profit saya tidak mau turun. Untuk saat ini belum bisa disampaikan berapa angkanya karena masih proses audit, kita (laporan) ke bursa sampai bulan Juli. Target kami adalah memperbaiki profit dibanding tahun lalu," tandas Jody.
Chief Executive Officer (CEO) ACC, Jodjana Jody mengungkapkan, hingga Mei 2017 NPL di sektor pembiayaan rata-rata sebesar 3,5%. Untuk NPL ACC saat ini sebesar 0,7% ada kenaikan sekitar 0,1%.
"Meski dibilang masih sangat sehat kita tetap menjaga hal ini. Target NPL kita di bawah 0,7% atau sekitar 0,65%. Di sini kita harus pintar-pintar dalam menyeleksi costumer," ujarnya di Jakarta.
Jody memaparkan, NPL di sektor industri pada 2015 sebesar 1,51%, tahun 2016 sebesar 3,2%, laporan sampai Mei 2017 sebesar 3,4 - 3,5%. "Kalau (NPL) industri naik terus, artinya industri lagi sakit," imbuhnya.
Di sisi lain, dia melihat melihat market automotif tidak bertambah. Kemudian, komposisi segmennya berubah. "Kita lihat lagi di motor diproyeksi malah hanya sekitar 5,9 juta. Itu berarti motor sudah stagnan dalam berapa tahun. Jadi kalau saya mencermati berbagai daya beli masyarakat, memang daya beli itu belum ada. Itu tanda tanya," terangnya.
Adapun untuk raihan laba bersih pada tahun lalu sebesar Rp1,060 triliun. "Pasti profit saya tidak mau turun. Untuk saat ini belum bisa disampaikan berapa angkanya karena masih proses audit, kita (laporan) ke bursa sampai bulan Juli. Target kami adalah memperbaiki profit dibanding tahun lalu," tandas Jody.
(dmd)