PT Pos Indonesia Dukung Gerakan Literasi Nasional
A
A
A
JAKARTA - PT Pos Indonesia menunjukkan komitmennya dalam mendukung Gerakan Literasi Nasional dengan membantu pendistribusian buku-buku ke tempat tujuan. Dalam program tersebut seluruh biaya logsitik ditanggung oleh PT Pos.
Adapun Gerakan Literasi Nasional merupakan upaya dalam meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia yang saat ini masih sangat rendah dan juga sebagai salah satu cara pemerintah untuk menangkal berita negatif, provokatif atau Hoax.
"Masyarakat jarang mau baca, akibatnya mudah sekali mendapatkan informasi negatif, hoax dan konten lainnya tanpa lebih dahulu melakukan verifikasi kepada sumber yang shahih. Literasi ini sangat perlu terutama untuk masyarakat dengan level yang harus lebih ditingkatkan lagi," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di Kantor Pos Jakarta Timur, Sabtu (17/6/2017).
"Ayo donasikan bukumu. Dengan semakin banya membaca baik buku, koran atau dari informasi yang shahih lainnya hal ini sekaligus untuk menangkal peredakan konten negatif atau hoax yang kian hari kian menghawatirkan. Kami juga melakukan kerjasama dengan MUI, Mapindo dan lainnya untuk mencegah ini," tambahnya.
Presiden Jokowi saat bertemu dengan penggiat Literasi Nasional telah memerintahkan PT Pos Indonesia untuk membantu mendistribusikan buku-buku yang telah terkumpul dan mengirimkannya kepada penggiat Ayo Baca Buku di seluruh Indonesia. Alasan presiden memilih Pos adalah jangkauan yang mencapai seluruh pulau-pulau Indonesia.
"Drop saja ke kantor pos, biar kami nanti yang akan mengantar ketujuannya," kata Direktur Utama PT Pos Indonesia, Gilarsi Wahyu Setijono sambil berpromosi.
Terkait dengan biaya pengiriman, Gilarsi menyatakan hingga kini semua biaya pengiriman di tanggung oleh Pos. Namun, jika kedepannya ada efek cost yang signifikan mempengaruhi botom line Pos tentu pihaknya akan berbagi dengan BUMN besar lainnya.
"Sementara ini kita mengalir dulu. Tapi jika nanti mempengaruhi efect cost, kita akan share dengan BUMN besar lainnya seperti Pertamina, PLN dan Bank-Bank BUMN serta BUMN lainnya pastilah mereka willing dalam mencerdaskan bangsa. Pasti adalah yang bersedia dan juga peduli," ujar Gilarsi lebih lanjut.
"Kami di Pos tidak perlu mempertanyakan (masalah biaya pengiriman). Kami Faham Indonesia butuh ini. Gerakan ini seharusnya telah berlangsung puluhan tahun lalu, namun meski terlambat namun gerakan semacam ini memang harus dilakukan. Targetnya semakin banyak anak Indonesia di bawah 15 tahun yang gemar membaca.
Pada kesempatan itu, Tompi yang didaulat untuk memberikan testimoninya menuturkan, kenangan pahitnya sewaktu pada masa kecilnya di Provinsi Aceh. Ia kerap kali disuruh ibunya untuk membeli bumbu dapur antara lain cabai di warung. Meski jarak warung dari rumahnya hanya lima menit, namun artis yang juga berprofesi sebagai dokter itu mengaku perlu waktu 45 menit untuk membeli cabai dengan bungkus koran itu, bahkan saudara yang lain harus menyusulnya untuk membawa cabai pesanan ibunya.
"Ya, korannya saya baca, jadi beli cabainya lama. Saya merasakan membaca itu manfaatnya sangat besar terutama untuk anak-anak. Saya menghimbau kepada masyarakat u/mengirimkan buku setiap tanggal 17," kata Tompi.
Ia menambahkan, gerakan ini adalah gerakan yang sangat bermanfaat. Terutama untuk anak-anak diluar Jawa. Ia juga menjanjikan akan mengirimkan buku untuk anak-anak.
Pada kesempatan itu, hadir Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah; Sekretaris Badan Usaha Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang juga menjabat sebagai Komandan (GLN) Prof Ilza Mayuni; Dewan Komisaris PT Pos Indonesia Karyono Supomo, jajaran Direksi PT Pos Indonesia, Najwa Shihab, Duta Baca Indonesia, Penggiat Literasi dan tamu undangan lainnya.
Adapun Gerakan Literasi Nasional merupakan upaya dalam meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia yang saat ini masih sangat rendah dan juga sebagai salah satu cara pemerintah untuk menangkal berita negatif, provokatif atau Hoax.
"Masyarakat jarang mau baca, akibatnya mudah sekali mendapatkan informasi negatif, hoax dan konten lainnya tanpa lebih dahulu melakukan verifikasi kepada sumber yang shahih. Literasi ini sangat perlu terutama untuk masyarakat dengan level yang harus lebih ditingkatkan lagi," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di Kantor Pos Jakarta Timur, Sabtu (17/6/2017).
"Ayo donasikan bukumu. Dengan semakin banya membaca baik buku, koran atau dari informasi yang shahih lainnya hal ini sekaligus untuk menangkal peredakan konten negatif atau hoax yang kian hari kian menghawatirkan. Kami juga melakukan kerjasama dengan MUI, Mapindo dan lainnya untuk mencegah ini," tambahnya.
Presiden Jokowi saat bertemu dengan penggiat Literasi Nasional telah memerintahkan PT Pos Indonesia untuk membantu mendistribusikan buku-buku yang telah terkumpul dan mengirimkannya kepada penggiat Ayo Baca Buku di seluruh Indonesia. Alasan presiden memilih Pos adalah jangkauan yang mencapai seluruh pulau-pulau Indonesia.
"Drop saja ke kantor pos, biar kami nanti yang akan mengantar ketujuannya," kata Direktur Utama PT Pos Indonesia, Gilarsi Wahyu Setijono sambil berpromosi.
Terkait dengan biaya pengiriman, Gilarsi menyatakan hingga kini semua biaya pengiriman di tanggung oleh Pos. Namun, jika kedepannya ada efek cost yang signifikan mempengaruhi botom line Pos tentu pihaknya akan berbagi dengan BUMN besar lainnya.
"Sementara ini kita mengalir dulu. Tapi jika nanti mempengaruhi efect cost, kita akan share dengan BUMN besar lainnya seperti Pertamina, PLN dan Bank-Bank BUMN serta BUMN lainnya pastilah mereka willing dalam mencerdaskan bangsa. Pasti adalah yang bersedia dan juga peduli," ujar Gilarsi lebih lanjut.
"Kami di Pos tidak perlu mempertanyakan (masalah biaya pengiriman). Kami Faham Indonesia butuh ini. Gerakan ini seharusnya telah berlangsung puluhan tahun lalu, namun meski terlambat namun gerakan semacam ini memang harus dilakukan. Targetnya semakin banyak anak Indonesia di bawah 15 tahun yang gemar membaca.
Pada kesempatan itu, Tompi yang didaulat untuk memberikan testimoninya menuturkan, kenangan pahitnya sewaktu pada masa kecilnya di Provinsi Aceh. Ia kerap kali disuruh ibunya untuk membeli bumbu dapur antara lain cabai di warung. Meski jarak warung dari rumahnya hanya lima menit, namun artis yang juga berprofesi sebagai dokter itu mengaku perlu waktu 45 menit untuk membeli cabai dengan bungkus koran itu, bahkan saudara yang lain harus menyusulnya untuk membawa cabai pesanan ibunya.
"Ya, korannya saya baca, jadi beli cabainya lama. Saya merasakan membaca itu manfaatnya sangat besar terutama untuk anak-anak. Saya menghimbau kepada masyarakat u/mengirimkan buku setiap tanggal 17," kata Tompi.
Ia menambahkan, gerakan ini adalah gerakan yang sangat bermanfaat. Terutama untuk anak-anak diluar Jawa. Ia juga menjanjikan akan mengirimkan buku untuk anak-anak.
Pada kesempatan itu, hadir Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah; Sekretaris Badan Usaha Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang juga menjabat sebagai Komandan (GLN) Prof Ilza Mayuni; Dewan Komisaris PT Pos Indonesia Karyono Supomo, jajaran Direksi PT Pos Indonesia, Najwa Shihab, Duta Baca Indonesia, Penggiat Literasi dan tamu undangan lainnya.
(dmd)