Bukber #GenM

Minggu, 18 Juni 2017 - 20:20 WIB
Bukber #GenM
Bukber #GenM
A A A
JAKARTA - YUSWOHADY
Managing Partner, Inventure www.yuswohady.com

#GenM atau Generation Muslim adalah istilah saya untuk generasi muslim baru Indonesia yang keren. Dalam buku baru #GenM (Bentang 2017), saya mendefinisikan mereka memiliki empat ciri, yaitu religius, modern, universal, dan makmur.

#GenM lahir setelah tahun 1990, jadi paling tua usia mereka sekitar 27 tahun. Mereka trendi karena mengikuti fashion global terkini. Mereka techy alias mengikuti dan membeli iPhone atau Samsung Galaxi terbaru. Mereka pintar karena tak sedikit dari mereka yang pernah sekolah di luar negeri dan bekerja di perusahaan multinasional. Mereka socmed savvy karena aktif beristagram, ngeblog, dan menjadi warga superaktif netizen. Karena kaya dan makmur, #GenM juga konsumtif abis.

Mereka takabur belanja kalau sudah berada di mal, apalagi untuk yang embak-embak dan emak-emak. Mereka memiliki selera tinggi untuk brand-brand global terkini. Karena smart customers, mereka adalah pemburu sale atau late night shopping. Tapi perlu diingat, di samping konsumtif sejati, mereka juga givers sejati, alias rajin membayar zakat dan sedekah. Namun, di tengah lifestyle yang sekilas gemerlap, #GenM adalah sosok muslim sejati. Salatnya rajin tak hanya wajib, tapi juga sunnah. Mereka aktif membaca dan mendalami Quran.

Mereka getol menghadiri pengajian-pengajian, tentu dengan sesama teman #GenM. Bagi yang embak-embak, mereka sangat passionate mengikuti komunitas-komunitas hijabers dengan segudang kegiatan keagamaan dan kekinian. Melihat lifestyle yang cool dan sophisticated seperti itu, saya jadi kepo, pengin tahu bagaimana gaya mereka dalam berbuka puasa di bulan yang suci, Ramadan. Buka puasa sendirian di rumah? Garing amat! Bagi #GenM, buka puasa haruslah bareng-bareng. Berikut ini snapshot bukber mereka.

Menyemut di Mal
Memasuki bulan Ramadan, saya mengamati denyut kehidupan kota Jakarta agak terganggu. Siklus kemacetan sedikit terusik. Kalau di hari-hari biasa puncak kemacetan terjadi di sekitar jam 5-6 petang, tapi kini saat buka puasa menjelang, kemacetan ”diekspor” ke jam 4 sore hingga setengah jam menjelang buka puasa. Kemacetan memuncak lagi setelah waktu buka lewat, di ataspukul 7 malam. Awalnya saya berpikir bahwa #GenM, para karyawan kantor, pulang lebih awal untuk mengejar buka puasa di rumah.

Memang banyak dari mereka yang pulang berbuka puasa di rumah, tapi belakangan saya baru ngeh , rupanya kebanyakan dari #GenM tumplek-blek di mal. Makanya tak heran, jika di jamjam buka puasa, mal-mal krodit minta ampun oleh ”serbuan” #GenM yang berbuka puasa. Banyak sekali motif #GenM berbuka puasa di mal. Para eksekutif memanfaatkan momenmomen buka puasa sebagai media untuk menjalin silaturahmi dan relationship dengan kolega dan partner bisnis. Suasananya memang lebih mendukung, lebih kekeluargaan dan lebih spiritual, sehingga urusan bisnis dan pekerjaan juga menjadi lebih lancar.

Bos-bos juga memanfaatkan momen-momen buka puasa untuk menjalin keakraban dengan semua anak buahnya. Ketegangan, ketidakenakan, atau ketidakharmonisan selama setahun serasa cair begitu buka puasa bareng di gelar, apalagi kalau tempatnya di di mal. Di kantor mah jadul. Bagi sebagian kita, momen buka puasa adalah momen yang pas untuk ajang reuni. Temanteman SMA belasan tahun tak bersua, padahal samasama mengadu nasib di Jakarta. Jadilah mereka memanfaatkan momentum buka puasa untuk ajang melepas kangen.

Apa pun Dijadikan Bukber
Bukber bagi #GenM begitu istimewa, begitu cool, begitu fun, dan begitu penuh warna. Di mal-mal, di kantor-kantor, di restoran-restoran, bukber menjadi acara selebrasi yang paling menghebohkan bagi kaum #GenM selama bulan puasa ini. Oleh #GenM, acara dan accassion apa pun kalau bisa dijadikan bukber. Kumpul-kumpul seluruh kerabat keluarga dijadikan bukber. Reuni SMA dijadikan bukber. Kumpul teman- teman kantor dijadikan bukber. Kopdar komunitas dijadikan bukber. Acara bedah buku dijadikan bukber. Press conference sebuah event dijadikan bukber.

Seminar dan workshop dijadikan bukber. Launching produk dijadikan bukber. Pokoknya apa pun. Tak heran jika sedari pukul 3 sore jalanan di Jakarta sudah pada macet. Mobil-mobil menyemut menuju ke mal-mal atau restoran-restoran di pusat kota karena si empunya bergegas hendak berbukber ria. Begitu azan magrib berkumandang, gantian jalanan menjadi sepi karena mereka sudah berjubel di mal-mal dan restoran-restoran siap ”merayakan” bukber.

Nyambung Silaturahmi
Itulah fenomena #GenM, kaum muslim kekinian. Bukber yang dulu pada masa kecil saya penuh diwarnai kekhidmatan, kesederhanaan, dan kesahajaan, kini telah tersulap menjadi sebuah momen selebrasi dan sosialisasi yang penuh gebyar. Coba saja datang ke mal-mal di Jakarta saat waktu buka tiba, kita akan mendapati begitu banyak kerumunan orang makan bersama, bercerita-cerita, tertawa- tertawa, tak ketinggalan ber-selfie dan ber-wefie ria. Seru luar biasa, tak beda dengan pesta ulang tahun atau pesta naik jabatan. Bagi #GenM, bukber menjadi ajang untuk berkoneksi sosial dengan kerabat, teman sejawat, partner bisnis, hingga teman lama satu SMA.

Tidak buruk juga, karena bukber bisa menjadi media silaturahmi dan ”perekat sosial” yang meneduhkan. Bukber bisa menjadi ”alasan” untuk menyambungkan lagi tali silaturahmi yang putus atau tak baik selama setahun sebelumnya. Yang menarik, bukber bisa diterjemahkan ke dalam konteks kekinian sehingga menjadi lebih modern, lebih hidup, dan bisa menjadi bagian dari gaya hidup urban saat ini. Dengan begitu, gaya hidup muslim akan terus relevan dan tak bakal ketinggalan zaman. Inilah barangkali uniknya Islam Indonesia yang inklusif, modern-universal, dan adaptif.

Balas Dendam
Berbicara bukber, saya jadi ingat pernyataan Menteri Pertanian Amran Sulaiman beberapa bulan lalu. Pasalnya, sang menteri terheran-heran kenapa harga pangan selalu melonjak di bulan Ramadan-Lebaran. Di bulan Ramadan, di kala konsumsi seharusnya turun, kenyataannya justru melonjak gila-gilaan. Harga komoditas pangan di pasar meningkat tajam seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat.

”Padahal kita puasa kan, pagi sampai sore menahan makan minum, kemudian nafsu semua ditahan. Tapi ini nafsu membelinya meningkat, kok ada anomali,” ujar Pak Menteri. Menurut Pak Menteri, konsumsi selama bulan puasa bisa mencapai dua kali lipat lebih besar dari bulan-bulan biasa. Mendengar pernyataan tersebut, saya jadi berpikir, ”Jangan-jangan fenomena bukber gaya #GenM di atas merupakan biang keheranan pak menteri?” Bisa jadi masifnya acara bukber di mal-mal atau restoran-restoran menjadi pengungkit membengkaknya konsumsi di bulan puasa.

Aneh memang, dari pagi hingga magrib kita puasa, tidak makan dan minum. Itu artinya kesempatan waktu konsumsi kita menjadi lebih sedikit, yaitu dari setelah magrib hingga malam dan waktu sahur. Nah, kalau benar pernyataan Pak Menteri bahwa konsumsi di bulan puasa naik hingga dua kali lipat, itu berarti konsumsi berlebih kita lakukan terpusat di saat-saat bukber.

Sambil terheran-heran seperti halnya Pak Menteri, saya pun kemudian bergumam: ”Bisa jadi kini bukber telah menjadi alat balas dendam kita? Seharian berpuasa kita berlapar ria, begitu saat bukber tiba, kita lampiaskan balas dendam kita dengan makan sebanyak-banyaknya, seenak-enaknya, dan semahal-mahalnya. Upsss!!!
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4453 seconds (0.1#10.140)