Era Pertarungan Bisnis Model
A
A
A
JAKARTA - Menjual produk saat ini tidak hanya soal kualitas, keunikan, harga yang bersaing, melainkan juga tentang bagaimana bisnis model yang kita pilih. Kencangnya kemajuan teknologi informasi yang terutama membuat arus informasi mengalir deras dan sekaligus memangkas biaya-biaya transaksi menjadikan bisnis online banyak menjadi pilihan.
Menurut Founder Rumah Perubahan Rhenald Kasali kalau dulu kita mau mencari suatu barang mesti menghabiskan waktu, tenaga dan uang. Kita datang ke beberapa toko, melihat barang, membandingkan harganya, dan melakukan tawar-menawar. Kini kita cukup berselancar di dunia maya, mencari barang dan membandingkannya, memilih, memesan, lalu membayar.
Semuanya bisa dilakukan tanpa kita harus beranjak dari kursi dan dengan biaya nyaris nol. Kehadiran bisnis online lantas secara tidak langsung, pelan-pelan menggerus pendapatan penjual atau pedagang yang membuka toko offline atau konvensional. Akibatnya, banyak pedagang konvensional yang merasa omzetnya tahun ini turun lantaran menjamurnya pedagang atau pengusaha online.
Owner Pajamasngehits Andini Triani Putri (26) yang menjual piyama lewat media online menuturkan baik penjual yang memiliki toko maupun yang secara online, sebetulnya omzetnya sama-sama menurun. Namun jika semua pedagang atau pengusaha menjaga kualitas produknya, menurutnya tentu tidak akan masalah.
"Saya juga sangat merasakan penurunan penjualan saat ini, hampir rata-rata semua merasakan baik pengusaha kuliner atau pakaian seperti saya. Namun jika kita tetap bisa menjaga kualitas produk yang kita tawarkan, juga punya value tersendiri. Saya yakin pembeli akan datang berulang-ulang kali untuk membeli lagi," katanya.
Dia menambahkan jadi naik turunnya omzet utamanya bukan dari sistem penjualannya, namun dari kualitas barang yang diciptakan oleh brand tersebut. "Karena makin kesini costumer sudah sadar kualitas. Fluktuatif itu wajar, yang penting tetap berusaha supaya tidak gulung tikar dan itu balik lagi ke strategi marketing kita. Dan bagaimana cara tetap mempertahankan paling tidak, kita tidak rugi," imbuhnya.
Sementara itu Owner camilan coklat,Goban Choco, Muhammad Noor Hidayat (27) menuturkan, tidak ada yang salah dengan pebisnis online. Jika pebisnis online memiliki untung lebih banyak dari yang menggunakan sistem offline atau toko, itu semua karena mereka mengikuti perkembangan zaman.
"Buat saya yg berbisnis lewat online, sebenernya ngikutin perkembangan zaman adalah pilihan yang tepat, jangan sampai seperti Nokia yang akhirnya mati karena kesombongannya tidak mau berubah," kata dia.
Selain itu, adanya market online juga sebetulnya mempermudah pihaknya untuk menentukan target pasar dalam menjalankan bisnisnya. "Jadi jangan cuma mengeluh jadi sulit segala macam. Yang terpenting itu, belajar, berkembang, maka kita akan nikmati hasilnya," pungkasnya.
Di sisi lain tingkat belanja dan konsumsi masyarakat pada Ramadan lalu diperkirakan meningkat. Salah satunya lewat transaksi online. “Bisnis online bisa dilakukan kapan saja. Calon pembeli juga bisa kapan saja mengecek layanan ecommerce bisnis online. Tetapi, kita juga harus tahu kapan waktu paling tepat calon pembeli membelanjakan uangnya,” ungkap General Manager Criteo Asia Tenggara Alban Villani.
Banyak masyarakat melirik layanan bisnis online atau ritel online melalui smartphone lantaran penetrasi smartphone di Indonesia sudah mencapai 60%. Pada Ramadan 2016 lalu, tercatat bisnis atau ritel online mengalami peningkatan penjualan 67% lebih tinggi dibanding bulan-bulan lain sepanjang 2016.
Menurut Founder Rumah Perubahan Rhenald Kasali kalau dulu kita mau mencari suatu barang mesti menghabiskan waktu, tenaga dan uang. Kita datang ke beberapa toko, melihat barang, membandingkan harganya, dan melakukan tawar-menawar. Kini kita cukup berselancar di dunia maya, mencari barang dan membandingkannya, memilih, memesan, lalu membayar.
Semuanya bisa dilakukan tanpa kita harus beranjak dari kursi dan dengan biaya nyaris nol. Kehadiran bisnis online lantas secara tidak langsung, pelan-pelan menggerus pendapatan penjual atau pedagang yang membuka toko offline atau konvensional. Akibatnya, banyak pedagang konvensional yang merasa omzetnya tahun ini turun lantaran menjamurnya pedagang atau pengusaha online.
Owner Pajamasngehits Andini Triani Putri (26) yang menjual piyama lewat media online menuturkan baik penjual yang memiliki toko maupun yang secara online, sebetulnya omzetnya sama-sama menurun. Namun jika semua pedagang atau pengusaha menjaga kualitas produknya, menurutnya tentu tidak akan masalah.
"Saya juga sangat merasakan penurunan penjualan saat ini, hampir rata-rata semua merasakan baik pengusaha kuliner atau pakaian seperti saya. Namun jika kita tetap bisa menjaga kualitas produk yang kita tawarkan, juga punya value tersendiri. Saya yakin pembeli akan datang berulang-ulang kali untuk membeli lagi," katanya.
Dia menambahkan jadi naik turunnya omzet utamanya bukan dari sistem penjualannya, namun dari kualitas barang yang diciptakan oleh brand tersebut. "Karena makin kesini costumer sudah sadar kualitas. Fluktuatif itu wajar, yang penting tetap berusaha supaya tidak gulung tikar dan itu balik lagi ke strategi marketing kita. Dan bagaimana cara tetap mempertahankan paling tidak, kita tidak rugi," imbuhnya.
Sementara itu Owner camilan coklat,Goban Choco, Muhammad Noor Hidayat (27) menuturkan, tidak ada yang salah dengan pebisnis online. Jika pebisnis online memiliki untung lebih banyak dari yang menggunakan sistem offline atau toko, itu semua karena mereka mengikuti perkembangan zaman.
"Buat saya yg berbisnis lewat online, sebenernya ngikutin perkembangan zaman adalah pilihan yang tepat, jangan sampai seperti Nokia yang akhirnya mati karena kesombongannya tidak mau berubah," kata dia.
Selain itu, adanya market online juga sebetulnya mempermudah pihaknya untuk menentukan target pasar dalam menjalankan bisnisnya. "Jadi jangan cuma mengeluh jadi sulit segala macam. Yang terpenting itu, belajar, berkembang, maka kita akan nikmati hasilnya," pungkasnya.
Di sisi lain tingkat belanja dan konsumsi masyarakat pada Ramadan lalu diperkirakan meningkat. Salah satunya lewat transaksi online. “Bisnis online bisa dilakukan kapan saja. Calon pembeli juga bisa kapan saja mengecek layanan ecommerce bisnis online. Tetapi, kita juga harus tahu kapan waktu paling tepat calon pembeli membelanjakan uangnya,” ungkap General Manager Criteo Asia Tenggara Alban Villani.
Banyak masyarakat melirik layanan bisnis online atau ritel online melalui smartphone lantaran penetrasi smartphone di Indonesia sudah mencapai 60%. Pada Ramadan 2016 lalu, tercatat bisnis atau ritel online mengalami peningkatan penjualan 67% lebih tinggi dibanding bulan-bulan lain sepanjang 2016.
(akr)