Kredit Sektor UMKM di Jatim Terus Meningkat
A
A
A
SURABAYA - Kucuran kredit perbankan di Jawa Timur (Jatim) selama triwulan I/2017 tercatat naik 7,9% dibanding periode sama tahun lalu menjadi sebesar Rp458 triliun. Sedangkan besaran kredit untuk sektor usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) tercatat Rp127 triliun, naik 22,26% dibanding periode sama tahun lalu.
Dari total kredit UMKM tersebut, data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim menunjukkan, untuk kredit mikro sebesar Rp27 triliun, turun 3,09%, kecil Rp37 triliun, tumbuh 0,89% dan menengah sebesar Rp63 triliun, tumbuh 20,88%.
Kredit UMKM mayoritas didorong dari peningkatan kredit investasi dan kredit modal kerja serta sektor pertanian. "Industri pengolahan dan sektor konstruksi juga berkontribusi besar dalam peningkatan kredit sektor UMKM," kata Kepala KPBI Jatim, Difi Ahmad Johansyah.
Meski sektor kredit mikro melambat, jumlah debitur sektor usaha ini mencapai 88,38% dari total debitur kredit UMKM. Totalnya sebanyak 1,93 juta debitur. Diikuti usaha kecil sebanyak 204.460 debitur dan usaha menengah 48.710 debitur.
Bank Indonesia sendiri mendorong perbankan agar memperbesar penyaluran kredit untuk sektor UMKM. Pada 2015, target porsi kredit UMKM sebesar 5% dan di 2016 naik menjadi 10%. Tahun ini ditargetkan naik menjadi 15%. "Tahun depan, porsi kredit UMKM minimal bisa 20% dari total penyaluran kredit perbankan," imbuhnya.
Selama triwulan I/2017, porsi kredit UMKM di Jatim mencapai 27,61% dari total pembiayaan, naik dibanding periode sama tahun lalu sebesar 24,98%. Mayoritas kredit UMKM mengalir ke sektor industri pengolahan, perdagangan dan pertanian.
Peningkatan yang cukup signifikan terjadi di sektor pertanian yang tumbuh 57,74%. Sedangkan industri pengolahan tumbuh 14,64%. "Pertumbuhan kredit sektor pertanian didorong dari kredit di industri gula, industri pupuk dan industri barang dari plastik," terang Difi.
Lebih jauh Dia menjelaskan, kucuran kredit banyak mengalir ke Surabaya 30,69%, Sidoarjo 6,41%, Gresik 5,21%, Malang 4,11% dan Banyuwangi 3,98%. Kontribusi kelima daerah ini mencapai 50,41% dari total kredit di Jatim. Tingginya kucuran kredit di lima daerah ini mengindikasikan dominasi pelaku UMKM di sektor perdagangan dan jasa.
Sedangkan sektor pertanian masih kurang diminati industri perbankan dalam menyalurkan kredit. "Untuk kualitas kredit (non performing loan/NPL), mayoritas daerah masih dibawah 5%," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk atau Bank Jatim, R Soeroso mengaku akan terus mendorong peningkatan kredit produktif, khususnya ke sektor UMKM. Tahun lalu, total realisasi kredit bank pelat merah itu sebesar Rp29 triliun.
Dari jumlah itu, hampir 40% di antaranya dikontribusi dari sektor UMKM. Hingga April kucuran kredit Bank Jatim ke UMKM mencapai Rp250 miliar, naik 15% dibanding periode sama tahun lalu.
"Hingga akhir tahun ini, kami menargetkan kredit UMKM diangka Rp1,1 triliun, atau naik dibanding realisasi tahun lalu sebesar Rp1 triliun," ujarnya.
Dari total kredit UMKM tersebut, data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim menunjukkan, untuk kredit mikro sebesar Rp27 triliun, turun 3,09%, kecil Rp37 triliun, tumbuh 0,89% dan menengah sebesar Rp63 triliun, tumbuh 20,88%.
Kredit UMKM mayoritas didorong dari peningkatan kredit investasi dan kredit modal kerja serta sektor pertanian. "Industri pengolahan dan sektor konstruksi juga berkontribusi besar dalam peningkatan kredit sektor UMKM," kata Kepala KPBI Jatim, Difi Ahmad Johansyah.
Meski sektor kredit mikro melambat, jumlah debitur sektor usaha ini mencapai 88,38% dari total debitur kredit UMKM. Totalnya sebanyak 1,93 juta debitur. Diikuti usaha kecil sebanyak 204.460 debitur dan usaha menengah 48.710 debitur.
Bank Indonesia sendiri mendorong perbankan agar memperbesar penyaluran kredit untuk sektor UMKM. Pada 2015, target porsi kredit UMKM sebesar 5% dan di 2016 naik menjadi 10%. Tahun ini ditargetkan naik menjadi 15%. "Tahun depan, porsi kredit UMKM minimal bisa 20% dari total penyaluran kredit perbankan," imbuhnya.
Selama triwulan I/2017, porsi kredit UMKM di Jatim mencapai 27,61% dari total pembiayaan, naik dibanding periode sama tahun lalu sebesar 24,98%. Mayoritas kredit UMKM mengalir ke sektor industri pengolahan, perdagangan dan pertanian.
Peningkatan yang cukup signifikan terjadi di sektor pertanian yang tumbuh 57,74%. Sedangkan industri pengolahan tumbuh 14,64%. "Pertumbuhan kredit sektor pertanian didorong dari kredit di industri gula, industri pupuk dan industri barang dari plastik," terang Difi.
Lebih jauh Dia menjelaskan, kucuran kredit banyak mengalir ke Surabaya 30,69%, Sidoarjo 6,41%, Gresik 5,21%, Malang 4,11% dan Banyuwangi 3,98%. Kontribusi kelima daerah ini mencapai 50,41% dari total kredit di Jatim. Tingginya kucuran kredit di lima daerah ini mengindikasikan dominasi pelaku UMKM di sektor perdagangan dan jasa.
Sedangkan sektor pertanian masih kurang diminati industri perbankan dalam menyalurkan kredit. "Untuk kualitas kredit (non performing loan/NPL), mayoritas daerah masih dibawah 5%," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk atau Bank Jatim, R Soeroso mengaku akan terus mendorong peningkatan kredit produktif, khususnya ke sektor UMKM. Tahun lalu, total realisasi kredit bank pelat merah itu sebesar Rp29 triliun.
Dari jumlah itu, hampir 40% di antaranya dikontribusi dari sektor UMKM. Hingga April kucuran kredit Bank Jatim ke UMKM mencapai Rp250 miliar, naik 15% dibanding periode sama tahun lalu.
"Hingga akhir tahun ini, kami menargetkan kredit UMKM diangka Rp1,1 triliun, atau naik dibanding realisasi tahun lalu sebesar Rp1 triliun," ujarnya.
(izz)