Kondisi Geopolitik Membuat Ekonomi Dunia Penuh Ketidakpastian

Sabtu, 08 Juli 2017 - 07:08 WIB
Kondisi Geopolitik Membuat...
Kondisi Geopolitik Membuat Ekonomi Dunia Penuh Ketidakpastian
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai saat ini ekonomi dunia penuh ketidakpastian. Meskipun indikator ekonomi di Amerika Serikat terus membaik, namun ada ketidakpastian karena suku bunga The Fed kemungkinan akan naik.

"Di tahun 2015, itu sekitar 0-0,25% dan sekarang sudah 1%-1,25% jadi 5 kali lebih tinggi dibandingkan 2015," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo pada Jumat (7/7/2017).

Dia memperkirakan, tahun ini The Fed kemungkinan masih akan menaikan suku bunga AS kembali.Sementara di tahun 2018, diproyeksi ada kenaikan sekitar 2-3 kali suku bunga AS.

Menurut Agus, jika Fed Fund Rate (FFR) naik maka akan berdampak ke semua dana yang berbasis dolar AS yang jumlahnya memang besar.

Selain penyesuaian FFR, The Fed juga akan mengurangi neracanya. Sedangkan pengurangan besaran neraca (The Fed) akan berdampak pada pengetatan. "Ini juga kami waspadai," katanya.

Selain itu, yang perlu diwaspadai yakni harga minyak yang kembali turun akibat Pemerintah Rusia ketika diajak OPEC turunkan produksi minyak mereka (pemerintah Rusia) tidak mau untuk turunkan lebih jauh. "Makanya harga minyak kembali turun," sebut Agus.

Disisi lain, adanya ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia juga sangat tinggi, seperti di Timur Tengah ada perselisihan antara negara-negara Timur Tengah. Kemudian di Korea Utara mencoba senjata strategis, dan itu menimbulkan ketidakpastian.

Maka dari itu, sambung dia, kondisi tersebut mendorong penguatan dolar AS. Sehingga, membuat dana-dana masuk ke negara-negara yang tergolong safe haven, termasuk AS. "Ini karena ada ketidakpastian dan dana mengalir ke safe country yaitu AS dan mata uang mereka menguat sementara mata uang yang lain melemah," terangnya.

Bank Indonesia pun memandang bahwa kenaikan FFR tanggal 14 Juni 2017 telah diantisipasi sehingga pasar keuangan Indonesia tetap kondusif didukung oleh persepsi positif terhadap pengelolaan makro ekonomi dan kondisi fundamental Indonesia.

"Ke depan, sejumlah risiko terhadap perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain kenaikan FFR lebih lanjut dan rencana penurunan besaran neraca bank sentral AS, serta perkembangan geopolitik di beberapa kawasan," papar dia.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6350 seconds (0.1#10.140)