AS Akan Renegosiasi Perdagangan Bebas dengan Korea Selatan
A
A
A
NEW YORK - Amerika Serikat (AS) disebutkan bakal renegosiasi kesepakatan perdagangan bebas dengan Korea Selatan (Korsel) yang dibentuk pada 2012, lalu. Langkah tersebut diyakini akan menjadi perdagangan proteksionis terbaru dari Presiden AS Donald Trump.
Seperti diketahui sebelumnya Trump ingin merombak perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara atau yang dikenal dengan sebutan NAFTA (North American Free Trade Agreement). Bahkan seperti dilansir BBC, Kamis (13/7/2017) AS mengancam bakal mengenakan tarif tinggi bagi produk asing seperti baja.
Selain itu Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan secara resmi keluar dari perjanjian dagang Trans Pacific Partnership (TPP) 12 negara pada awal bulan Januari 2017, lalu. Kebijakan itu diambil Negeri Paman Sam -julukan AS- sebagai strategi untuk melindungi tenaga kerja mereka.
Korea Selatan sendiri merupakan mitra perdagangan utama AS dengan nilai perdagangan barang dan jasa mencapai USD144,6 miliar pada tahun lalu. Di sisi lain era pemerintahan Barack Obama menggambarkan perjanjian perdagangan bebas yang dibuat 2012 adalah saat yang paling penting dalam 16 tahun untuk mendongkrak bisnis AS.
Namun ekspor produk-produk Amerika ke negara tersebut mengalami penurunan hampir 3% sejak kesepakatan diberlakukan sebesar USD42,3 miliar. Pada saat yang sama, impor dari Korsel justru meningkat sekitar 23%. "Kita harus mendapatkan dan berbuat lebih baik," ujar perwakilan dagang AS, Robert Lighthizer dalam sebuah pernyataan.
Tahun lalu defisit perdagangan AS untuk barang dan jasa dengan Korea mencapai sekitar USD17 miliar, meskipun secara terpisah Amerika Serikat mencatat surplus untuk layanan ekspor. Dalam sebuah surat terbuka kemarin, pemerintah mengatakan, Korea Selatan adalah sekutu terpenting dan mitra perdagangan utama. Meski terdapat keprihatinan terkait tidak ada keseimbangan perdagangan yang sangat penting.
Dalam sebuah wawancara pada bulan April, Trump mengatakan hal itu sebagai sesuai yang mengerikan dan hanya berjalan satu arah. Disebutkan akan ada pertemuan untuk membahas perdagangan bebas dengan Korsel dalam waktu 30 hari. Di sisi lain, BBC menerangkan perwakilan Korea Selatan tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar.
Seperti diketahui sebelumnya Trump ingin merombak perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara atau yang dikenal dengan sebutan NAFTA (North American Free Trade Agreement). Bahkan seperti dilansir BBC, Kamis (13/7/2017) AS mengancam bakal mengenakan tarif tinggi bagi produk asing seperti baja.
Selain itu Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan secara resmi keluar dari perjanjian dagang Trans Pacific Partnership (TPP) 12 negara pada awal bulan Januari 2017, lalu. Kebijakan itu diambil Negeri Paman Sam -julukan AS- sebagai strategi untuk melindungi tenaga kerja mereka.
Korea Selatan sendiri merupakan mitra perdagangan utama AS dengan nilai perdagangan barang dan jasa mencapai USD144,6 miliar pada tahun lalu. Di sisi lain era pemerintahan Barack Obama menggambarkan perjanjian perdagangan bebas yang dibuat 2012 adalah saat yang paling penting dalam 16 tahun untuk mendongkrak bisnis AS.
Namun ekspor produk-produk Amerika ke negara tersebut mengalami penurunan hampir 3% sejak kesepakatan diberlakukan sebesar USD42,3 miliar. Pada saat yang sama, impor dari Korsel justru meningkat sekitar 23%. "Kita harus mendapatkan dan berbuat lebih baik," ujar perwakilan dagang AS, Robert Lighthizer dalam sebuah pernyataan.
Tahun lalu defisit perdagangan AS untuk barang dan jasa dengan Korea mencapai sekitar USD17 miliar, meskipun secara terpisah Amerika Serikat mencatat surplus untuk layanan ekspor. Dalam sebuah surat terbuka kemarin, pemerintah mengatakan, Korea Selatan adalah sekutu terpenting dan mitra perdagangan utama. Meski terdapat keprihatinan terkait tidak ada keseimbangan perdagangan yang sangat penting.
Dalam sebuah wawancara pada bulan April, Trump mengatakan hal itu sebagai sesuai yang mengerikan dan hanya berjalan satu arah. Disebutkan akan ada pertemuan untuk membahas perdagangan bebas dengan Korsel dalam waktu 30 hari. Di sisi lain, BBC menerangkan perwakilan Korea Selatan tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar.
(akr)