Mahasiswa Sydney Buktikan Gambut Bukan Penyebab Kebakaran Lahan

Senin, 17 Juli 2017 - 05:52 WIB
Mahasiswa Sydney Buktikan...
Mahasiswa Sydney Buktikan Gambut Bukan Penyebab Kebakaran Lahan
A A A
PEKANBARU - Mahasiswa University of Sydney, Australia, kini telah merubah pandangan negatif mereka terhadap kelapa sawit. Hal ini disampaikan oleh Profesor Budiman Minasny, seorang dosen di University of Sydney dalam acara “Field Trip to the Sustainable Palm Oil Industry and Peatland Management” ke kebun sawit PT Karya Tanah Subuh (PT KTU) yang merupakan anak perusahaan PT Astra Agro Lestari di Kabupaten Siak, Riau.

Dosen Fakultas Ilmu Pertanian yang berdarah Indonesia tersebut menyatakan, banyak informasi yang berkembang di Australia mengenai industri kelapa sawit Indonesia yang mungkin saja berpengaruh terhadap cara pandang mahasiswanya. Untuk itu, dirinya berinisiatif mengajak mahasiswanya untuk melihat secara langsung pengelolaan perkebunan sawit di Riau.

“Para mahasiswa ini memiliki pandangan yang beragam mengenai pengelolaan perkebunan sawit di Indonesia. Sejak awal saya tidak mau mengatakan pandangan saya, saya ingin mereka melihat langsung dan menyimpulkan sendiri hasil pengamatan di lapangan," ucap Budiman, Minggu (16/7/2017).

Dalam studi lapangan tersebut, mahasiswa diperkenalkan dengan perkebunan kelapa sawit, dari pemeliharaan, panen, pemupukan hingga mengunjungi pabrik Crude Palm Oil (CPO) untuk melihat proses pengolahan buah sawit serta pemanfaatan kembali limbah sawit. Aspek keselamatan tenaga kerja turut menjadi perhatian serius mahasiswa.

Perkebunan kelapa sawit di lahan gambut turut menjadi perhatian serius para mahasiswa. Tata kelola air yang baik di lahan gambut di musim kering maupun hujan menjadi pertanyaan kritis yang diajukan para mahasiswa. Untuk itu, para mahasiswa diajak langsung untuk melihat water management system yang dijalankan perusahaan sekaligus dikenalkan fisik tanah gambut serta pengelolaannya.

Maraknya pemberitaan media Australia yang menyebutkan, bahwa penyebab utama bencana kabut asap di Indonesia beberapa waktu lalu disebabkan oleh penggunaan lahan gambut untuk perkebunan, memunculkan banyak pertanyaan kritis mengenai tata kelola gambut.

“Gambut yang ditanami dan dikelola dengan baik tidak akan rusak apalagi terbakar, namun gambut yang ditelantarkanlah yang justru rentan terhadap kebakaran di musim kering. Perusahaan yang berinvestasi di lahan gambut sudah pasti mengelola dengan baik, konyol jika perusahaan membiarkan kebunnya sendiri terbakar," tegas Head of Sustainability PT Astra Agro Lestari Bandung Sahari.

Seakan tak puas, George dan rekannya Josh mengambil sampel gambut hingga kedalaman 1,5 meter menggunakan auger dan membakar tanah gambut tersebut menggunakan korek api hingga beberapa menit. Namun tentu saja, kandungan air di tanah gambut membuat api tak mampu menyala.

“Sangat cantik, luar biasa, saya sudah membuktikannya sendiri dan saya sangat bangga bisa melakukan ini. Informasi bahwa gambut merupakan penyebab kebakaran lahan di Indonesia tidaklah mungkin, itu salah," ucap George dengan penuh semangat.

“Ini telah mengubah pandangan negatif saya. Saya tidak menyangka bahwa ini bisa dibuktikan dengan ilmu pasti tapi saya ternyata salah. Pengelolaan kelapa sawit begitu ramah lingkungan. Saya berharap pengetahuan dan tata kelola seperti ini bisa dilakukan oleh para petani juga,” tambah George.

Hal senada diungkapkan Georgia. Mahasiswi yang kritis dengan pertanyaan mengenai standarisasi pengelolaan berkelanjutan di perkebunan sawit tersebut menyatakan perubahan persepsi negatifnya mengenai tata kelola perkebunan kelapa sawit dan bagaimana sawit menjadi penopang ekonomi masyarakat.

“Saya sangat menghargai kemitraan antara perusahaan dan petani melalui program Plasma dan Income Generating Activity (IGA) dari PT Astra Agro Lestari. Sawit menjadi harapan hidup banyak orang dan saya berharap pengelolaan berkelanjutan perkebunan dilakukan juga oleh para petani sawit," ucap Georgia.

Head of Communications PT Astra Agro Lestari Tofan Mahdi berharap, informasi yang telah diterima oleh para mahasiswa dapat menjadi penyeimbang isu-isu negatif kelapa sawit dan mereka bisa menyampaikan pengalamannya ini kepada masyarakat Australia.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0980 seconds (0.1#10.140)