China dan AS Bicarakan Akses Pasar Skala Kecil
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dan para pejabat China akan mencoba meredakan ketegangan perdagangan serta menjembatani perbedaan antara kedua negara dalam pembicaraan ekonomi tahunan yang dijadwalkan tengah pekan ini. Ahli perdagangan menerangkan kemungkinan pertemuan itu bakal menghasilkan beberapa perjanjian dengan skala kecil untuk membuat perusahaan-perusahaan AS punya lebih banyak akses ke beberapa pasar China.
Meski begitu seperti dilansir Reuters, Rabu (19/7/2017) pembicaraan tersebut tidak diharapkan dapat memecahkan masalah yang lebih besar, seperti keluhan AS terhadap China terkait kelebihan produksi baja dan alumunium serta pemberiaan subsidi untuk perusahaan milik negara. Di sisi lain China mengkritik dan menyayangkan terhadap penolakan AS untuk menjual produk teknologi asal Beijing.
"Saya pikir, kita akan melihat upaya oleh kedua belah pihak yang berupaya untuk membawa kepentingan dengan beberapa hal yang sangat spesifik di mana China sepakat untuk membuka pasar yang lain dan AS dapat mengklaim sebagai kemenangan," ujar Profesor Kebijakan Perdagangan Eswar Prasad dari Cornell University serta seorang mantan Kepala Divisi China di Dana Moneter Internasional.
Menteri Keuangan (Menkeu) AS Steven Mnuchin dan Menteri Perdagangan (Mendag) Wilbur Ross mengatakan kemarin akan mencari cara agar China fokus kepada pengiriman untuk membuka pasar, termasuk lebih banyak akses untuk perusahaan-perusahaan AS di sektor jasa keuangan. Dalam pembicaraan bertajuk 'Dialog Komprehensif Ekonomi AS-China' adalah upaya kedua negara mengusung rencana ekonomi yang ditujukan mengurangi defisit perdagangan AS dengan China.
Tercatat defisit Negeri Paman Sam -julukan AS- mencapai USD347 miliar tahun lalu dan naik 5,3% hingga Mei tahun ini. China sepakat pada bulan Mei untuk melanjutkan pembelian daging sapi AS untuk pertama kalinya dalam 14 tahun serta membuat komitmen untuk membeli gas alam cair AS, ditambah mengizinkan layanan pembayan kartu kredit asal AS beroperasi di China.
Sementara Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengutarakan bahwa Negeri Tirai Bambu -julukan China- mempunyai beberapa kekhawatiran dalam pembicaraan tersebut, termasuk kebijakan AS yang dinilai ketinggalan zaman terkait pembatasan produk-produk teknologi tinggi asal Beijing. Menurut pembelian China bisa mengurangi defisit perdagangan AS, tercatat impor China untuk sirkuit tahun lalu mencapai USD227 miliar namun hanya 4% yang berasal dari Amerika Serikat.
"Efek kumulatif dari semua dialog ini seharusnya kecil. Kami belum melihat apapun yang signifikan untuk membuka perekonomian China selama bertahun-tahun," ujar senior fellow di Brookings Institution David Dollar.
Meski begitu seperti dilansir Reuters, Rabu (19/7/2017) pembicaraan tersebut tidak diharapkan dapat memecahkan masalah yang lebih besar, seperti keluhan AS terhadap China terkait kelebihan produksi baja dan alumunium serta pemberiaan subsidi untuk perusahaan milik negara. Di sisi lain China mengkritik dan menyayangkan terhadap penolakan AS untuk menjual produk teknologi asal Beijing.
"Saya pikir, kita akan melihat upaya oleh kedua belah pihak yang berupaya untuk membawa kepentingan dengan beberapa hal yang sangat spesifik di mana China sepakat untuk membuka pasar yang lain dan AS dapat mengklaim sebagai kemenangan," ujar Profesor Kebijakan Perdagangan Eswar Prasad dari Cornell University serta seorang mantan Kepala Divisi China di Dana Moneter Internasional.
Menteri Keuangan (Menkeu) AS Steven Mnuchin dan Menteri Perdagangan (Mendag) Wilbur Ross mengatakan kemarin akan mencari cara agar China fokus kepada pengiriman untuk membuka pasar, termasuk lebih banyak akses untuk perusahaan-perusahaan AS di sektor jasa keuangan. Dalam pembicaraan bertajuk 'Dialog Komprehensif Ekonomi AS-China' adalah upaya kedua negara mengusung rencana ekonomi yang ditujukan mengurangi defisit perdagangan AS dengan China.
Tercatat defisit Negeri Paman Sam -julukan AS- mencapai USD347 miliar tahun lalu dan naik 5,3% hingga Mei tahun ini. China sepakat pada bulan Mei untuk melanjutkan pembelian daging sapi AS untuk pertama kalinya dalam 14 tahun serta membuat komitmen untuk membeli gas alam cair AS, ditambah mengizinkan layanan pembayan kartu kredit asal AS beroperasi di China.
Sementara Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengutarakan bahwa Negeri Tirai Bambu -julukan China- mempunyai beberapa kekhawatiran dalam pembicaraan tersebut, termasuk kebijakan AS yang dinilai ketinggalan zaman terkait pembatasan produk-produk teknologi tinggi asal Beijing. Menurut pembelian China bisa mengurangi defisit perdagangan AS, tercatat impor China untuk sirkuit tahun lalu mencapai USD227 miliar namun hanya 4% yang berasal dari Amerika Serikat.
"Efek kumulatif dari semua dialog ini seharusnya kecil. Kami belum melihat apapun yang signifikan untuk membuka perekonomian China selama bertahun-tahun," ujar senior fellow di Brookings Institution David Dollar.
(akr)