Bank Mandiri Perkuat Fee Based Income dengan Visi Lifestyle Banking
A
A
A
JAKARTA - Bank Mandiri optimistis memperkuat pendapatan berbasis komisi (fee based income) dengan konsep lifestyle banking di tahun 2019. Perseroan terus memperkuat infrastruktur jaringan e-channel sehingga masyarakat kedepannya dapat menggunakan di semua lini kehidupan.
SEVP Perbankan Digital dan Finansial Inklusif Bank Mandiri, Rahmat Triaji menjelaskan ada tren migrasi penggunaan e banking oleh nasabah. Hal ini sejalan dengan vsi perseroan mengandalkan omni channel di tahun 2018 lalu menjadi lifestyle banking di 2019.
Tren industri perbankan berlomba-lomba meningkatkan layanan digital untuk menurunkan biaya operasional dan juga memperoleh penambahan dana murah agar lebih efisien dalam menyalurkan kredit.
"Visi digital banking kami memenuhi lifestyle masyarakat atau digunakan sejak bangun tidur hingga kembali tidur. Strategi kami dengan terus memperluas jaringan di merchant serta memiliki fintech yang kuat dalam inovasi. Kami tidak ingin bank menjadi sejarah karena tidak beradaptasi," ujar Rahmat di Jakarta, Selasa (25/7/2017).
Dia menjelaskan banyak isu strategis dalam mengembangkan e banking. Salah satunya ialah mendongkrak sumber revenue bank yang tidak kenal resesi karena tidak ada pengaruh dari ekonomi yang memburuk dan sebagainya. Pemasukan dari bisnis elektronic banking (e-banking) ditargetkan sebesar Rp2,9 triliun sampai akhir 2017.
Fee based income dari e-banking ini diharapkan berasal dari transaksi ATM, mobile dan internet banking. Dia juga mengatakan pada semester dua nanti akan mengoptimalkan pendapatan fee based dari internet dan mobile banking. "Sampai semester pertama ini kami mencatat fee based income dari e-channel ini mencapai Rp1,54 triliun. Angka ini naik 4,8% secara tahunan atau year on year (yoy)," ujarnya.
Dia mengakui memang ada beberapa tantangan terkait dengan optimalisasi fee based dari e-banking. Pertama adalah terkait dengan persaingan antar bank terkait mesin gesek (EDC) merchant. Hal ini bisa menurunkan potensi bank dalam mendapatkan fee based.
Kedua adalah terkait dengan adanya penggabungan ATM Himbara yang diproyeksi bisa menurunkan fee based. Namun Rahmat mengaku dengan penggabungan ATM ini bisa meningkatkan efisiensi bank plat merah.
Dia mengakui persaingan layanan perbankan digital, terutama antara bank-bank besar, kian sengit. Untuk Mandiri, perbankan digital melalui layanan transaksi ATM, apliasi Mandiri Online dengan mobile banking dan internet banking, dapat menambah pasokan dana murah terutama dari nasabah ritel dan nasabah segmen "merchant" (usaha).
"Nasabah merchant melalui digital, semakin banyak omzetnya berputar di Bank Mandiri, semakin banyak transaksi, ini yang dicari perbankan," katanya.
Rahmat meyakini, dengan perbankan digital, kontribusi dana murah akan semakin meningkat bagi perseroan. Hingga semester pertama 2017, dana murah di Dana Pihak Ketiga Mandiri sebesar Rp490,2 triliun atau tumbuh 11,6%. Dari sisi efisiensi, dia meyakini perbankan digital juga akan memangkas Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Mandiri.
"Investasi mendirikan kantor cabang itu capai Rp1 miliar, kemudian sebulan untuk biaya operasional Rp100 juta. Itu akan menjadi sangat murah dengan layanan ATM dan Perbankan Digital," ujarnya.
SEVP Perbankan Digital dan Finansial Inklusif Bank Mandiri, Rahmat Triaji menjelaskan ada tren migrasi penggunaan e banking oleh nasabah. Hal ini sejalan dengan vsi perseroan mengandalkan omni channel di tahun 2018 lalu menjadi lifestyle banking di 2019.
Tren industri perbankan berlomba-lomba meningkatkan layanan digital untuk menurunkan biaya operasional dan juga memperoleh penambahan dana murah agar lebih efisien dalam menyalurkan kredit.
"Visi digital banking kami memenuhi lifestyle masyarakat atau digunakan sejak bangun tidur hingga kembali tidur. Strategi kami dengan terus memperluas jaringan di merchant serta memiliki fintech yang kuat dalam inovasi. Kami tidak ingin bank menjadi sejarah karena tidak beradaptasi," ujar Rahmat di Jakarta, Selasa (25/7/2017).
Dia menjelaskan banyak isu strategis dalam mengembangkan e banking. Salah satunya ialah mendongkrak sumber revenue bank yang tidak kenal resesi karena tidak ada pengaruh dari ekonomi yang memburuk dan sebagainya. Pemasukan dari bisnis elektronic banking (e-banking) ditargetkan sebesar Rp2,9 triliun sampai akhir 2017.
Fee based income dari e-banking ini diharapkan berasal dari transaksi ATM, mobile dan internet banking. Dia juga mengatakan pada semester dua nanti akan mengoptimalkan pendapatan fee based dari internet dan mobile banking. "Sampai semester pertama ini kami mencatat fee based income dari e-channel ini mencapai Rp1,54 triliun. Angka ini naik 4,8% secara tahunan atau year on year (yoy)," ujarnya.
Dia mengakui memang ada beberapa tantangan terkait dengan optimalisasi fee based dari e-banking. Pertama adalah terkait dengan persaingan antar bank terkait mesin gesek (EDC) merchant. Hal ini bisa menurunkan potensi bank dalam mendapatkan fee based.
Kedua adalah terkait dengan adanya penggabungan ATM Himbara yang diproyeksi bisa menurunkan fee based. Namun Rahmat mengaku dengan penggabungan ATM ini bisa meningkatkan efisiensi bank plat merah.
Dia mengakui persaingan layanan perbankan digital, terutama antara bank-bank besar, kian sengit. Untuk Mandiri, perbankan digital melalui layanan transaksi ATM, apliasi Mandiri Online dengan mobile banking dan internet banking, dapat menambah pasokan dana murah terutama dari nasabah ritel dan nasabah segmen "merchant" (usaha).
"Nasabah merchant melalui digital, semakin banyak omzetnya berputar di Bank Mandiri, semakin banyak transaksi, ini yang dicari perbankan," katanya.
Rahmat meyakini, dengan perbankan digital, kontribusi dana murah akan semakin meningkat bagi perseroan. Hingga semester pertama 2017, dana murah di Dana Pihak Ketiga Mandiri sebesar Rp490,2 triliun atau tumbuh 11,6%. Dari sisi efisiensi, dia meyakini perbankan digital juga akan memangkas Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Mandiri.
"Investasi mendirikan kantor cabang itu capai Rp1 miliar, kemudian sebulan untuk biaya operasional Rp100 juta. Itu akan menjadi sangat murah dengan layanan ATM dan Perbankan Digital," ujarnya.
(ven)