Indonesia Inovasi Bangun Jalan Aspal dari Limbah Plastik
A
A
A
JAKARTA - Inovasi dilakukan pemerintah Indonesia dalam memanfaatkan limbah plastik. Salah satunya digunakan untuk pembangunan jalan.
Di mana pembangunan jalan raya menggunakan aspal dengan campuran limbah plastik sudah dimulai di Jimbaran, Bali, Sabtu (29/7/2017).
Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kemenko bidang Kemaritiman, Safri Burhanuddin mengatakan, teknologi ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia.
"Teknologi ini cukup mudah, semua bisa melakukannya. Saya harapkan bukan hanya Kementerian PUPR yang akan mengimplementasikannya, tetapi hingga lingkup pedesaan pun bisa melakukannya dengan memanfaatkan dana desa misalnya," ujar Safri dalam keterangan tertulisnya, Minggu (30/7/2017).
Untuk mengantisipasi kekurangan limbah plastik di masa mendatang, kata dia, pihaknya telah bekerja sama dengan asosiasi pengelola sampah plastik. "ADUPI (Asosiasi Pengelola Sampah Plastik) di 16 kota telah berkomitmen kepada kami untuk menyediakan sampah plastik di kota-kota tersebut," paparnya.
Sementara itu, Kepala Balitbang PUPR, Danis Sumadilaga mengatakan kementeriannya (Kemen PUPR) sedang melakukan standardisasi teknologi ini. "Nantinya kami akan membagikan kepada semua pihak yang akan membangun jalan dengan plastik ini yang modul untuk pembangunan jalan sesuai dengan kebutuhan mereka. Untuk jalan besar atau jalan kecil," ujarnya.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan lembaganya, di Indonesia dibutuhkan 2,5 ton sampah plastik untuk jalan sepanjang satu kilometer dengan lebar tujuh meter.
"Untuk jalan dengan beban lalu lintas berat dibutuhkan dua lapisan plastik, sehingga kebutuhannya bisa mencapai lima ton," jelasnya.
Masih menurut Danis, untuk Indonesia yang digunakan adalah sampah kantong plastik kresek. Jalan aspal yang menggunakan campuran bahan limbah plastik ini berdasarkan penelitian Balitbang PUPR lebih kuat, tahan lama dan lebih murah.
"Karena biasanya sampah plastik botol sudah memiliki nilai ekonomis atau dapat dijual kembali," tandasnya.
Di mana pembangunan jalan raya menggunakan aspal dengan campuran limbah plastik sudah dimulai di Jimbaran, Bali, Sabtu (29/7/2017).
Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kemenko bidang Kemaritiman, Safri Burhanuddin mengatakan, teknologi ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia.
"Teknologi ini cukup mudah, semua bisa melakukannya. Saya harapkan bukan hanya Kementerian PUPR yang akan mengimplementasikannya, tetapi hingga lingkup pedesaan pun bisa melakukannya dengan memanfaatkan dana desa misalnya," ujar Safri dalam keterangan tertulisnya, Minggu (30/7/2017).
Untuk mengantisipasi kekurangan limbah plastik di masa mendatang, kata dia, pihaknya telah bekerja sama dengan asosiasi pengelola sampah plastik. "ADUPI (Asosiasi Pengelola Sampah Plastik) di 16 kota telah berkomitmen kepada kami untuk menyediakan sampah plastik di kota-kota tersebut," paparnya.
Sementara itu, Kepala Balitbang PUPR, Danis Sumadilaga mengatakan kementeriannya (Kemen PUPR) sedang melakukan standardisasi teknologi ini. "Nantinya kami akan membagikan kepada semua pihak yang akan membangun jalan dengan plastik ini yang modul untuk pembangunan jalan sesuai dengan kebutuhan mereka. Untuk jalan besar atau jalan kecil," ujarnya.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan lembaganya, di Indonesia dibutuhkan 2,5 ton sampah plastik untuk jalan sepanjang satu kilometer dengan lebar tujuh meter.
"Untuk jalan dengan beban lalu lintas berat dibutuhkan dua lapisan plastik, sehingga kebutuhannya bisa mencapai lima ton," jelasnya.
Masih menurut Danis, untuk Indonesia yang digunakan adalah sampah kantong plastik kresek. Jalan aspal yang menggunakan campuran bahan limbah plastik ini berdasarkan penelitian Balitbang PUPR lebih kuat, tahan lama dan lebih murah.
"Karena biasanya sampah plastik botol sudah memiliki nilai ekonomis atau dapat dijual kembali," tandasnya.
(dmd)