Eks Gubernur BI Burhanuddin Bicara Pertumbuhan Ekonomi RI
A
A
A
BANDUNG - Mantan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah mengatakan, lambatnya laju perekonomian Indonesia tidak bisa lepas dari produk domestik bruto (PDB) yang cenderung stagnan di Rp2.500 triliun.
"Kalau kita mau menaikkan pertumbuhan ekonomi, kita butuh dana cukup besar. Untuk menaikan 5% saja perlu Rp2.500 triliun. Itu sangat sulit," kata dia di sele-sela peresmian Galeri Investasi BEI oleh MNC Sekuritas di Kampus Ikopin, Selasa (8/8/2017).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi nasional akan sangat sulit digenjot. Salah satu penyebabnya, populasi penduduk Indonesia yang terus bertambah. "Angkatan muda kita terus bertambah, atau sering disebut bonus demografi. Tapi kalau itu tidak memberi manfaat, akan membebani," terangnya.
Diberitakan sebelumnya, pada triwulan II/2017, pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh stagnan di level 5,01% atau sam dari kuartal sebelumnya. Kondisi tersebut lebih banyak disebabkan melambatnya produksi dan penjualan produk manufaktur seperti TPT, automotiv, dan lainnya.
Burhanuddin mengatakan, share ekonomi Indonesia terhadap dunia hanya 1%. Padahal, Indonesia menjadi negara ke-16 untuk kelompok ekonomi terbesar di dunia atau G-20. Kondisi tersebut mestinya menjadi tantangan ke depan, untuk memanfaatkan postensi yang ada.
Sementara itu, Vice President Senior Reseacher BEI Djoko Saptono mengatakan, nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia telah mencapai Rp6.200 triliun. Angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 7 Agustus 2017 mencapai 5.749.
"Kami berharap, masyarakat Indonesia semakin melek terhadap pasar modal. Karena akan berdampak positif terhadap ekonomi nasional. Kehadiran galeri investasi di lebih dari 286 kampus, diharapkan bisa menyebarkan informasi pasar modal sampai pelosok daerah," jelas dia.
"Kalau kita mau menaikkan pertumbuhan ekonomi, kita butuh dana cukup besar. Untuk menaikan 5% saja perlu Rp2.500 triliun. Itu sangat sulit," kata dia di sele-sela peresmian Galeri Investasi BEI oleh MNC Sekuritas di Kampus Ikopin, Selasa (8/8/2017).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi nasional akan sangat sulit digenjot. Salah satu penyebabnya, populasi penduduk Indonesia yang terus bertambah. "Angkatan muda kita terus bertambah, atau sering disebut bonus demografi. Tapi kalau itu tidak memberi manfaat, akan membebani," terangnya.
Diberitakan sebelumnya, pada triwulan II/2017, pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh stagnan di level 5,01% atau sam dari kuartal sebelumnya. Kondisi tersebut lebih banyak disebabkan melambatnya produksi dan penjualan produk manufaktur seperti TPT, automotiv, dan lainnya.
Burhanuddin mengatakan, share ekonomi Indonesia terhadap dunia hanya 1%. Padahal, Indonesia menjadi negara ke-16 untuk kelompok ekonomi terbesar di dunia atau G-20. Kondisi tersebut mestinya menjadi tantangan ke depan, untuk memanfaatkan postensi yang ada.
Sementara itu, Vice President Senior Reseacher BEI Djoko Saptono mengatakan, nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia telah mencapai Rp6.200 triliun. Angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 7 Agustus 2017 mencapai 5.749.
"Kami berharap, masyarakat Indonesia semakin melek terhadap pasar modal. Karena akan berdampak positif terhadap ekonomi nasional. Kehadiran galeri investasi di lebih dari 286 kampus, diharapkan bisa menyebarkan informasi pasar modal sampai pelosok daerah," jelas dia.
(izz)