Rupiah Menyimpan Peluang Berbalik Arah ke Zona Hijau
A
A
A
JAKARTA - Laju rupiah pada perdagangan awal pekan hari ini, diprediksi masih menyimpan peluang untuk terjadinya pembalikan arah naik, meski pergerakan mata uang Garuda masih cenderung di zona merah. Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menerangkan, penguatan rupiah bisa terjadi apabila sentimen yang ada cukup untuk membuat pembalikan arah tersebut.
"Rilis data-data ekonomi di pekan depan yang membaik dan diiringi meredanya permintaan akan mata uang safe haven currency diharapkan dapat membantu pergerakan Rupiah untuk dapat bergerak positif," ujar Reza kepada SINDOnews di Jakarta, Senin (14/8/2017).
Lebih lanjut Ia menerangkan diharapkan pelemahan dapat lebih terbatas dan Rupiah dapat menyerap sejumlah sentimen positif dari dalam negeri untuk menahan pelemahan. Meski begitu Reza mengungkapkan tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat menghalangi potensi penguatan lanjutan pada Rupiah.
Menurutnya diperkirakan laju Rupiah pada hari ini akan berada pada rentang support Rp13.415/USD dan resisten Rp13.344/USD. Sementara pergerakan nilai tukar Rupiah di pekan kemarin berbalik melemah seiring masih minimnya sentimen positif yang dapat mengangkat laju Rupiah dan di tengah meningkatnya mata uang yang dinilai safe haven currency.
Adapun nilai tukar Rupiah melemah 0,30% di bawah pekan sebelumnya yang naik 0,08%. Di pekan kemarin, laju Rupiah sempat melemah ke level 13.409 atau lebih rendah dari sebelumnya di 13.347. Sementara level tertinggi yang dicapai di angka 13.305 di atas level high sebelumnya di 13.315.
Laju Rupiah di pekan kemarin bergerak di bawah target support 13.353 dan di atas resisten 13.310. Adanya rilis pertumbuhan GDP tampaknya kurang kuat mengangkat Rupiah dimana masih cenderung melanjutkan pergerakan sidewaysnya.
Kemungkinan reaksi pelaku pasar sama seperti di pasar saham dimana cenderung pesimis dan bahkan mengabaikan rilis angka GDP tersebut karena dianggap di bawah perkiraan pasar. Bahkan rilis kenaikan cadangan devisa pun tidak banyak membantu mengangkat laju Rupiah.
Masih tingginya permintaan atas mata uang safe haven membuat laju Rupiah masih terlihat tertekan. Jika sebelumnya pelaku pasar melirik Yen Jepang (JPY) dan Swiss Franc ke dalam portofolio mata uang safe haven, kali ini pelaku pasar kembali masuk ke dalam mata uang USD.
Hal ini diasumsikan bahwa dengan meningkatnya potensi ketegangan di Semenanjung Korea maka para pemilik dana akan merepatriasikan dananya ke dalam mata uang asing, yaitu USD. Di akhir pekan pun tidak jauh berbeda dimana nilai tukar Rupiah cenderung kembali mengalami pelemahan seiring belum meredanya sentimen ketegangan AS dan Korea Utara.
Di sisi lain, harga emas yang menuju level USD1.300 per troy ounce seiring dengan meningkatnya permintaan pasar akibat ketegangan tersebut turut membuat sejumlah mata uang soft currency, termasuk Rupiah kembali tertekan.
"Rilis data-data ekonomi di pekan depan yang membaik dan diiringi meredanya permintaan akan mata uang safe haven currency diharapkan dapat membantu pergerakan Rupiah untuk dapat bergerak positif," ujar Reza kepada SINDOnews di Jakarta, Senin (14/8/2017).
Lebih lanjut Ia menerangkan diharapkan pelemahan dapat lebih terbatas dan Rupiah dapat menyerap sejumlah sentimen positif dari dalam negeri untuk menahan pelemahan. Meski begitu Reza mengungkapkan tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat menghalangi potensi penguatan lanjutan pada Rupiah.
Menurutnya diperkirakan laju Rupiah pada hari ini akan berada pada rentang support Rp13.415/USD dan resisten Rp13.344/USD. Sementara pergerakan nilai tukar Rupiah di pekan kemarin berbalik melemah seiring masih minimnya sentimen positif yang dapat mengangkat laju Rupiah dan di tengah meningkatnya mata uang yang dinilai safe haven currency.
Adapun nilai tukar Rupiah melemah 0,30% di bawah pekan sebelumnya yang naik 0,08%. Di pekan kemarin, laju Rupiah sempat melemah ke level 13.409 atau lebih rendah dari sebelumnya di 13.347. Sementara level tertinggi yang dicapai di angka 13.305 di atas level high sebelumnya di 13.315.
Laju Rupiah di pekan kemarin bergerak di bawah target support 13.353 dan di atas resisten 13.310. Adanya rilis pertumbuhan GDP tampaknya kurang kuat mengangkat Rupiah dimana masih cenderung melanjutkan pergerakan sidewaysnya.
Kemungkinan reaksi pelaku pasar sama seperti di pasar saham dimana cenderung pesimis dan bahkan mengabaikan rilis angka GDP tersebut karena dianggap di bawah perkiraan pasar. Bahkan rilis kenaikan cadangan devisa pun tidak banyak membantu mengangkat laju Rupiah.
Masih tingginya permintaan atas mata uang safe haven membuat laju Rupiah masih terlihat tertekan. Jika sebelumnya pelaku pasar melirik Yen Jepang (JPY) dan Swiss Franc ke dalam portofolio mata uang safe haven, kali ini pelaku pasar kembali masuk ke dalam mata uang USD.
Hal ini diasumsikan bahwa dengan meningkatnya potensi ketegangan di Semenanjung Korea maka para pemilik dana akan merepatriasikan dananya ke dalam mata uang asing, yaitu USD. Di akhir pekan pun tidak jauh berbeda dimana nilai tukar Rupiah cenderung kembali mengalami pelemahan seiring belum meredanya sentimen ketegangan AS dan Korea Utara.
Di sisi lain, harga emas yang menuju level USD1.300 per troy ounce seiring dengan meningkatnya permintaan pasar akibat ketegangan tersebut turut membuat sejumlah mata uang soft currency, termasuk Rupiah kembali tertekan.
(akr)