Menko Darmin Akui Terjadi Pergeseran Pola Konsumsi
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution tak menampik adanya pola perubahan konsumsi masyarakat di era sekarang. Pola konsumsi saat ini diyakini lebih dinamis dengan pembelian barang secara online.
Sehingga dinilai, wajar apabila terjadi penurunan konsumsi untuk belanja yang bersifat konvensional hingga menyebabkan beberapa toko tutup. Seperti diketahui belakangan ekonomi Indonesia diyakini belum menunjukkan ke arah positif terimbas melemahnya daya beli masyarakat hingga menekan kinerja dunia usaha.
Dunia ritel mengalami penurunan penjualan dari 4,1–4,2% pada April 2017 menjadi 3,5–3,6% pada Mei 2017. Menanggapi hal tersebut Menko Darmin mengakui bahwa ada perubahan pola konsumsi tidak hanya dari konvensional menjadi digital, tetapi juga berhubungan dengan gaya hidup.
"Kalau kita merasa ada diferensiasi atau ada ketidaksinambungan antara makro dan mikro, itu kemudian berkumpul berbagai hal, itu bukan hanya karena teknologi atau produk yang diturunkan dari teknologi, tapi masyarakat kita sendiri yang tengah memasuki tahapan dan pola konsumsi juga sudah mulai berubah," kata dia di Hotel Borobudur Jakarta, Senin (14/7/2017).
Berbeda dengan dulu ketika masyarakat sangat bangga dengan menggunakan baju baru, sehingga setiap menjelang Lebaran tiba, mereka membeli di toko-toko konvensional untuk dipakai ketika lebaran.
"Itu di mana kecil dan remaja, baju baru itu cukup penting dan merasa membanggakan. (Sekarang) itu sama sekali tidak dianggap sesuatu yang penting untuk bisa dikonsumsi. Itu adalah hal lain yang mungkin hubungannya dengan rekreasi dan gaya hidup yang sangat berbeda dengan beberapa tahun yang lalu," kata dia.
Adanya fenomena seperti ini, membuat Darmin yakin bahwa beberapa tahun ke depan, akan semakin banyak produk yang berkembang dari kemajuan teknologi. Terlebih lagi teknologi berkembang pesat dari tahun ke tahun. "Kita bisa dengar cerita kemana arahnya ini. Ekonomi digital itu sudah pasti, tapi seperti apa wujudnya 5-10 tahun mendatang kita belum bisa jawab," pungkasnya.
Sehingga dinilai, wajar apabila terjadi penurunan konsumsi untuk belanja yang bersifat konvensional hingga menyebabkan beberapa toko tutup. Seperti diketahui belakangan ekonomi Indonesia diyakini belum menunjukkan ke arah positif terimbas melemahnya daya beli masyarakat hingga menekan kinerja dunia usaha.
Dunia ritel mengalami penurunan penjualan dari 4,1–4,2% pada April 2017 menjadi 3,5–3,6% pada Mei 2017. Menanggapi hal tersebut Menko Darmin mengakui bahwa ada perubahan pola konsumsi tidak hanya dari konvensional menjadi digital, tetapi juga berhubungan dengan gaya hidup.
"Kalau kita merasa ada diferensiasi atau ada ketidaksinambungan antara makro dan mikro, itu kemudian berkumpul berbagai hal, itu bukan hanya karena teknologi atau produk yang diturunkan dari teknologi, tapi masyarakat kita sendiri yang tengah memasuki tahapan dan pola konsumsi juga sudah mulai berubah," kata dia di Hotel Borobudur Jakarta, Senin (14/7/2017).
Berbeda dengan dulu ketika masyarakat sangat bangga dengan menggunakan baju baru, sehingga setiap menjelang Lebaran tiba, mereka membeli di toko-toko konvensional untuk dipakai ketika lebaran.
"Itu di mana kecil dan remaja, baju baru itu cukup penting dan merasa membanggakan. (Sekarang) itu sama sekali tidak dianggap sesuatu yang penting untuk bisa dikonsumsi. Itu adalah hal lain yang mungkin hubungannya dengan rekreasi dan gaya hidup yang sangat berbeda dengan beberapa tahun yang lalu," kata dia.
Adanya fenomena seperti ini, membuat Darmin yakin bahwa beberapa tahun ke depan, akan semakin banyak produk yang berkembang dari kemajuan teknologi. Terlebih lagi teknologi berkembang pesat dari tahun ke tahun. "Kita bisa dengar cerita kemana arahnya ini. Ekonomi digital itu sudah pasti, tapi seperti apa wujudnya 5-10 tahun mendatang kita belum bisa jawab," pungkasnya.
(akr)