Empat Alasan BI Turunkan Suku Bunga
A
A
A
JAKARTA - Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjio mengungkapkan, ada empat alasan utama Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate. Seperti diketahui, setelah bertahan selama berbulan-bulan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga Bank Indonesia ke angka 4,5% dari yang sebelumnya 4,75%.
Perry menyebutkan, alasan pertama yakni karena inflasi Indonesia yang lebih rendah dan akan rendah dibanding perkiraan Bank Indonesia sebelumnya. "Inflasi kami perkirakan 4% di 2017, itu pun sudah menghitung kenaikan tarif dasar listrik. Kalau itu dikeluarkan, maka inflasi inti tahun ini 3%," katanya di Gedung BI, Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Tahun 2018, Perry menambahkan inflasi juga akan dijaga di 3,5%. Penurunan inflasi yang lebih rendah dibanding yang terdahulu, memberi ruang penurunan suku bunga BI. "Ini konsisten dengan kerangka kebijakan moneter kita yang menjaga infalsi kedepan sesuai sarana," katanya.
Kedua, Current Account Defisit (CAD) yang terkendali. Maka dalam keseimbangan eksternal dan internal akan terjaga. Untuk tahun ini, CAD BI perkirakan di angka 1,5-2% dan 2-2,5% di 2018. Ini lebih rendah dari batas aman CAD di Indonesia yang sebesar 3%
"Ketiga, dari sisi eksternalnya. Kenaikan suku bunga Fed rate lebih kecil dan tertunda. Dulu kami perkirakan masih akan ada dua kali lagi dalam satu tahun. Sekarang hanya sekali di Desember yakni 25 bps, itu dengan probablitas yang lebih rendah," katanya.
Maka tekanan kenaikan Fed rate diperkirakan mereda dibandingkan dulu. Yang keempat, penurunan suku bunga ini diharapakan bisa mendorong penyaluran kredit dan mendukung pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. "Kami akan koordinasikan dengan pemerintah untuk stimulus dan Otoritas Jasa Keuangan untuk mendorong penyaluran kredit," pungkasnya.
Perry menyebutkan, alasan pertama yakni karena inflasi Indonesia yang lebih rendah dan akan rendah dibanding perkiraan Bank Indonesia sebelumnya. "Inflasi kami perkirakan 4% di 2017, itu pun sudah menghitung kenaikan tarif dasar listrik. Kalau itu dikeluarkan, maka inflasi inti tahun ini 3%," katanya di Gedung BI, Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Tahun 2018, Perry menambahkan inflasi juga akan dijaga di 3,5%. Penurunan inflasi yang lebih rendah dibanding yang terdahulu, memberi ruang penurunan suku bunga BI. "Ini konsisten dengan kerangka kebijakan moneter kita yang menjaga infalsi kedepan sesuai sarana," katanya.
Kedua, Current Account Defisit (CAD) yang terkendali. Maka dalam keseimbangan eksternal dan internal akan terjaga. Untuk tahun ini, CAD BI perkirakan di angka 1,5-2% dan 2-2,5% di 2018. Ini lebih rendah dari batas aman CAD di Indonesia yang sebesar 3%
"Ketiga, dari sisi eksternalnya. Kenaikan suku bunga Fed rate lebih kecil dan tertunda. Dulu kami perkirakan masih akan ada dua kali lagi dalam satu tahun. Sekarang hanya sekali di Desember yakni 25 bps, itu dengan probablitas yang lebih rendah," katanya.
Maka tekanan kenaikan Fed rate diperkirakan mereda dibandingkan dulu. Yang keempat, penurunan suku bunga ini diharapakan bisa mendorong penyaluran kredit dan mendukung pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. "Kami akan koordinasikan dengan pemerintah untuk stimulus dan Otoritas Jasa Keuangan untuk mendorong penyaluran kredit," pungkasnya.
(ven)