Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Paling Stabil di ASEAN
A
A
A
YOGYAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan tahun ini secara year on year (YoY) nilai tukar rupiah cenderung lebih stabil. Bahkan, volatilitas nilai tukar di Tanah Air paling rendah se-ASEAN.
Asisten Gubernur Departemen Ekonomi dan Moneter BI Doddy Budi Waluyo mengungkapkan, naik turunnya nilai tukar mata uang Garuda secara YoY hanya sekitar 1,3%. Hal ini dianggap yang paling rendah di regional.
"Rupiah kita YoY hanya 1,3%. Volatilitas kita terendah se-ASEAN di regional," ujarnya dalam acara Pelatihan Wartawan BI di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Minggu (27/8/2017).
Menurut Doddy, stabilnya nilai tukar rupiah pada tahun ini salah satunya disebabkan oleh neraca pembayaran Indonesia (NPI) yang tumbuh cukup baik. Meskipun transaksi berjalan dari ekspor dan impor (eksim) pada kuartal 1/2017 defisit, namun aliran modal yang masuk (capital inflow) cenderung meningkat, sehingga rupiah terjaga.
"Memang transaksi berjalan, ekspor dan impor mengalami defisit dari kuartal 1. Penyebabnya bukan di barang, tapi di jasa baik transportasi atau primary income. Penyebabnya karena kita bayar bunga utang, dividen dan sebagainya. Aliran modal yang masuk masih positif, sehingga NPI masuh positif meskipun rendah. Sepanjang ini surplus, kecenderungannya nilai tukar terjaga," imbuhnya.
Doddy menyebutkan, transaksi modal (capital inflow) secara tahun berjalan (year to date/YtD) mencapai USD9 miliar (Rp117,9 triliun). Pencapaian ini termasuk investasi langsung (direct investment) dan investasi portfolio.
Di sisi lain, dia memprediksi bahwa neraca transaksi berjalan akan tumbuh sekitar 2% pada kuartal III dan IV tahun ini. "Jadi kita masih cukup atraktif. Itu yang jadi faktor nilai tukar stabil. Bahkan, cadangan devisa di Juli mencapai USD128 miliar," tandasnya.
Asisten Gubernur Departemen Ekonomi dan Moneter BI Doddy Budi Waluyo mengungkapkan, naik turunnya nilai tukar mata uang Garuda secara YoY hanya sekitar 1,3%. Hal ini dianggap yang paling rendah di regional.
"Rupiah kita YoY hanya 1,3%. Volatilitas kita terendah se-ASEAN di regional," ujarnya dalam acara Pelatihan Wartawan BI di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Minggu (27/8/2017).
Menurut Doddy, stabilnya nilai tukar rupiah pada tahun ini salah satunya disebabkan oleh neraca pembayaran Indonesia (NPI) yang tumbuh cukup baik. Meskipun transaksi berjalan dari ekspor dan impor (eksim) pada kuartal 1/2017 defisit, namun aliran modal yang masuk (capital inflow) cenderung meningkat, sehingga rupiah terjaga.
"Memang transaksi berjalan, ekspor dan impor mengalami defisit dari kuartal 1. Penyebabnya bukan di barang, tapi di jasa baik transportasi atau primary income. Penyebabnya karena kita bayar bunga utang, dividen dan sebagainya. Aliran modal yang masuk masih positif, sehingga NPI masuh positif meskipun rendah. Sepanjang ini surplus, kecenderungannya nilai tukar terjaga," imbuhnya.
Doddy menyebutkan, transaksi modal (capital inflow) secara tahun berjalan (year to date/YtD) mencapai USD9 miliar (Rp117,9 triliun). Pencapaian ini termasuk investasi langsung (direct investment) dan investasi portfolio.
Di sisi lain, dia memprediksi bahwa neraca transaksi berjalan akan tumbuh sekitar 2% pada kuartal III dan IV tahun ini. "Jadi kita masih cukup atraktif. Itu yang jadi faktor nilai tukar stabil. Bahkan, cadangan devisa di Juli mencapai USD128 miliar," tandasnya.
(dmd)