Jasa Marga Terapkan Transaksi Non Tunai 100% Bulan Depan
A
A
A
SEMARANG - Pengguna jalan tol di Kota Semarang harus segera mempersiapkan kartu e-toll, lantaran mulai bulan Oktober 2017, Jasa Marga Cabang Semarang akan menerapkan transaksi non tunai di semua gardu tol. GM Jasa Marga Cabang Semarang Dwi Winarsa mengatakan, penerapan transaksi 100% non tunai untuk mendukung program pemerintah.
Dia menjelaskan, untuk penerapan transaksi 100% non tunai akan mulai diberlakukan dalam dua tahap. Tahap pertama akan dimulai pada bulan September, yang akan mulai diberlakukan pada dua gerbang tol yakni Gayamsari dan Kaligawe. Penerapannya dimulai pada minggu kedua, bulan September.
Gerbang tol Gayamsari dan Kaligawe dipilih, karena selama ini transaksi e-toll masih cukup kecil, dibandingkan gerbang tol lain. Bank yang sudah bekerja sama saat ini yakni Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN dan akan segera menyusul BCA.
"Di wilayah Semarang ada empat gerbang tol, yakni Gayamsari, Kaligawe, Manyaran dan Tembalang. Dari keempat gerbang tol ini Gayamsari dan Kaligawe yang akan kita terapkan terlebih dahulu," katanya, saat ditemui di kantornya, Rabu (30/8/2017).
Sementara itu, untuk gerbang tol Tembalang dan Manyaran, akan mulai diberlakukan pada bulan Oktober dan akan mulai diberlakukan 100% transaksi non tunai. Ia menambahkan saat ini, dari empat gerbang tol yang ada, memiliki 32 gardu, yang terdiri dari 14 gardu tol otomatis (GTO), dan 18 gardu reguler. "Saat ini sudah dalam proses pembangunan untuk penambahan dua gardu reguler di gerbang tol Gayamsari," ucapnya.
Terkait dengan keberadaan gardu tol reguler nantinya akan dirubah menjadi gardu mutli fungsi yang artinya gardu yang bisa melayani transaksi non tunai semua golongan. Tol multi fungsi ini sifatnya hanya sementara dan tahun ini diharapkan sudah bisa dirubah menjadi GTO.
Ia menambahkan, selama ini transaksi non tunai di wilayah cabang Semarang, baru mencapai 30% dari total pendapatan setiap harinya. "Kendaraan yang melintas setiap hari rata-rata 140 ribu kendaraan dengan transaksi sekitar Rp370 juta per hari dan 30% dari transaksi non tunai," ungkap Dwi.
Menurutnya penggunaan transaksi non tunai akan mampu mempercepat transaksi tol, sehingga akan mampui mengurangi kemacetan. Selama ini lanjutnya, transaksi reguler (Tanpa kembalian) memakan waktu kurang lebih 6-10 detik, sementara untuk transaksi non tunai bisa kurang dari 4 detik setiap transaksinya.
Deputi General Manajer Jasa Marga Cabang Semarang Aprimon, menambahkan, dengan penerapan transaksi non tunai, pihaknya akan menempatkan petugas untuk menjual kartu e-toll di setiap gardu tol untuk antisipasi dan melayani masyarakat yang belum memiliki kartu e-toll.
"Dalam penerapan transaksi non tunai, upaya yang pertama ada secara corporate akan dilakukan sosialisasi skala nasional. Di level cabang kita memberikan informasi kepada masyarakat, melalu papan informasi yang kita pasang di setiap gardu, yang menginformasikan bahwa mulai Oktober akan diberlakukan trnasksi non tunai," tambahnya.
Rencana penerapan transaksi 100% non tunai ini mendapatkan beragam tanggapan dari warga masyarkat pengguna tol, ada yang setuju ada pula yang tidak setuju. Alien,36, warga Manyaran mengaku setuju dengan penerapan transksi non tunai, pasalnya selama ini dirinya sudah menggunakan kartu e tol untuk bertransaksi di jalan tol.
Dia mengaku, dengan menggunakan e-toll, tidak harus terjebak dalam antrian karena dengan e-tol memiliki jalur khusus. Hanya saja, kata dia, Jasa Marga tentu perlu sosialisasi secara lebih luas karena pengguna jalan tol tidak hanya dari Kota Semarang saja melainkan juga banyak dari luar kota. "Kalau saya tidak masalah karena selama ini dengan e-tol sangat membantu dalam bertransaksi," ujarnya.
Pujianto, salah seorang sopir truk mengaku, belum mengetahui dengan rencana adanya penerapan 100% transksi non tunai di Jalan tol. Dia mengaku tidak setuju dengan penerapan transaksi non tunai. Alasanya karena dia tidak memiliki kartu e-toll. "Lha nanti kalau sudah punya kartu, kita lupa tidak mengisi bagaimana? kan juga repot, malah bisa menghambat transaksi," ucapnya.
Oleh karena itu ia berharap, tidak semua gardu diterapkan transksi non tunai, namun tetap diberikan gardu khusus yang bisa melayani transaksi tunai.
Dia menjelaskan, untuk penerapan transaksi 100% non tunai akan mulai diberlakukan dalam dua tahap. Tahap pertama akan dimulai pada bulan September, yang akan mulai diberlakukan pada dua gerbang tol yakni Gayamsari dan Kaligawe. Penerapannya dimulai pada minggu kedua, bulan September.
Gerbang tol Gayamsari dan Kaligawe dipilih, karena selama ini transaksi e-toll masih cukup kecil, dibandingkan gerbang tol lain. Bank yang sudah bekerja sama saat ini yakni Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN dan akan segera menyusul BCA.
"Di wilayah Semarang ada empat gerbang tol, yakni Gayamsari, Kaligawe, Manyaran dan Tembalang. Dari keempat gerbang tol ini Gayamsari dan Kaligawe yang akan kita terapkan terlebih dahulu," katanya, saat ditemui di kantornya, Rabu (30/8/2017).
Sementara itu, untuk gerbang tol Tembalang dan Manyaran, akan mulai diberlakukan pada bulan Oktober dan akan mulai diberlakukan 100% transaksi non tunai. Ia menambahkan saat ini, dari empat gerbang tol yang ada, memiliki 32 gardu, yang terdiri dari 14 gardu tol otomatis (GTO), dan 18 gardu reguler. "Saat ini sudah dalam proses pembangunan untuk penambahan dua gardu reguler di gerbang tol Gayamsari," ucapnya.
Terkait dengan keberadaan gardu tol reguler nantinya akan dirubah menjadi gardu mutli fungsi yang artinya gardu yang bisa melayani transaksi non tunai semua golongan. Tol multi fungsi ini sifatnya hanya sementara dan tahun ini diharapkan sudah bisa dirubah menjadi GTO.
Ia menambahkan, selama ini transaksi non tunai di wilayah cabang Semarang, baru mencapai 30% dari total pendapatan setiap harinya. "Kendaraan yang melintas setiap hari rata-rata 140 ribu kendaraan dengan transaksi sekitar Rp370 juta per hari dan 30% dari transaksi non tunai," ungkap Dwi.
Menurutnya penggunaan transaksi non tunai akan mampu mempercepat transaksi tol, sehingga akan mampui mengurangi kemacetan. Selama ini lanjutnya, transaksi reguler (Tanpa kembalian) memakan waktu kurang lebih 6-10 detik, sementara untuk transaksi non tunai bisa kurang dari 4 detik setiap transaksinya.
Deputi General Manajer Jasa Marga Cabang Semarang Aprimon, menambahkan, dengan penerapan transaksi non tunai, pihaknya akan menempatkan petugas untuk menjual kartu e-toll di setiap gardu tol untuk antisipasi dan melayani masyarakat yang belum memiliki kartu e-toll.
"Dalam penerapan transaksi non tunai, upaya yang pertama ada secara corporate akan dilakukan sosialisasi skala nasional. Di level cabang kita memberikan informasi kepada masyarakat, melalu papan informasi yang kita pasang di setiap gardu, yang menginformasikan bahwa mulai Oktober akan diberlakukan trnasksi non tunai," tambahnya.
Rencana penerapan transaksi 100% non tunai ini mendapatkan beragam tanggapan dari warga masyarkat pengguna tol, ada yang setuju ada pula yang tidak setuju. Alien,36, warga Manyaran mengaku setuju dengan penerapan transksi non tunai, pasalnya selama ini dirinya sudah menggunakan kartu e tol untuk bertransaksi di jalan tol.
Dia mengaku, dengan menggunakan e-toll, tidak harus terjebak dalam antrian karena dengan e-tol memiliki jalur khusus. Hanya saja, kata dia, Jasa Marga tentu perlu sosialisasi secara lebih luas karena pengguna jalan tol tidak hanya dari Kota Semarang saja melainkan juga banyak dari luar kota. "Kalau saya tidak masalah karena selama ini dengan e-tol sangat membantu dalam bertransaksi," ujarnya.
Pujianto, salah seorang sopir truk mengaku, belum mengetahui dengan rencana adanya penerapan 100% transksi non tunai di Jalan tol. Dia mengaku tidak setuju dengan penerapan transaksi non tunai. Alasanya karena dia tidak memiliki kartu e-toll. "Lha nanti kalau sudah punya kartu, kita lupa tidak mengisi bagaimana? kan juga repot, malah bisa menghambat transaksi," ucapnya.
Oleh karena itu ia berharap, tidak semua gardu diterapkan transksi non tunai, namun tetap diberikan gardu khusus yang bisa melayani transaksi tunai.
(akr)