Sri Mulyani Beberkan Tantangan Terberat Pertumbuhan Ekonomi RI

Senin, 11 September 2017 - 14:43 WIB
Sri Mulyani Beberkan...
Sri Mulyani Beberkan Tantangan Terberat Pertumbuhan Ekonomi RI
A A A
JAKARTA - Menanggapi keraguan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terkait dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dipatok pemerintah sebesar 5,4% dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2018. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengakui dibutuhkan kerja ekstra apabila melihat kondisi dan tantangan saat ini.

"Kalau dilihat komposisi pertumbuhan ekonomi, tantangan paling tingginya yakni, pada daya beli. Konsumsi itu harus dijaga di 5,1%. Kalau kami lihat di semester I yakni 4,9% atau masih agak di bawah 5%," jelas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu di Gedung DPR, Jakarta, Senin (11/9/2017).

(Baca Juga: Target Ekonomi Tumbuh 5,4% di 2018, Pemerintah Terlalu Pede
Sementara terkait investasi, Sri Mulyani menambahkan optimistis bisa tercapai di angka 5,4% dan harus tumbuh lagi hingga 6,3%. Selanjutnya, Ia mengungkapkan apabila dilihat dari komponen investasi yang juga menjadi pekerjaan rumah yakni pertumbuhan kredit, capital market, capex BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan confident perusahaan untuk ekspansi.

"Disebutkan tadi adalah perusahaan yang dalam situasi wait and see, sudah mulai ada triger confident untuk ekspansi usaha. Kalau BI punya proyeksi, kami katakan bahwa titik tersebut sudah dengan effort atau usaha pemerintah," paparnya.

Selanjutnya, untuk beberapa sektor yang mengalami perlambatan, Ia mengutarakan sebenarnya bisa dilihat dari peranannya untuk membangun ekonomi menjadi lebih baik. "Misalnya pertanian, itu extra ordinary pertanian bisa di atas 6% karena adjusment dari perhitungan. Kalau pertumbuhannya bisa dijaga di atas 3%, itu sudah cukup baik untu sektor primer," terang dia.

Sambungnya, hal yang perlu diperhatikan adalah sektor konstruksi, manufaktur yang selama ini belum bisa signifikan di atas 5%. Dulu pada masa-masa investasi dari pertumbuhan ekonomi 20-25%, manufaktur bisa tumbuh 8-9%. "Kalau sekarang sudah bergeser dan manufaktur enggak menjadi andalan utama. Beda sama perdagangan, dia masih tetap ajeg mendekati double digit ya," tukas Ani.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9963 seconds (0.1#10.140)