Anak Usaha JAPFA Berkomitmen Dampingi Petambak Kecil
A
A
A
JAKARTA - PT Suri Tani Pemuka (STP- JAPFA Group) berkomitmen untuk mendampingi petambak kecil melalui program KAVAS (Kawasan Vanamei STP). Program tersebut memberikan pendampingan kepada petambak untuk dapat meningkatkan produktivitas dan mengubah pola budidaya dari tambak tradisional menjadi tambak semi intensif atau bahkan tambak intensif.
"Program KAVAS STP terbukti mampu meningkatkan produktivitas tambak. Pendampingan yang dilakukan tim STP dapat membantu petambak seperti kita ini untuk dapat memelihara udang dengan baik," ujar Bandi, salah satu petambak yang tergabung dalam KAVAS di Lombok Tengah.
Bandi juga menjelaskan sebelumnya budidaya tambak yang dilakukannya jarang mendapatkan hasil yang baik. Salah satu kendala yang dihadapi petambak di Lombok Tengah adalah penyakit WFD (White Feces Disease) atau penyakit berak putih pada udang selama masa pemeliharaan.
"Dahulu saya hampir gila. Punya tambak tapi kalau untuk pelihara udang rugi terus. Kalau tidak diteruskan rugi, dijalankan lebih rugi," kisah Bandi. "Akhirnya saya ketemu Pak Menge (Ketua Kelompok Petambak KAVAS) dan Pak Sarwana (STP) barulah harapan itu ada lagi," imbuhnya.
Ungkapan Bandi tersebut tidak berlebihan karena telah melihat hasil panenan dari para petambak awal yang bergabung dengan program KAVAS. Petambak yang telah bergabung ternyata bisa meningkatkan hasil budidaya udang dengan mengubah pola budidaya dengan menjaga kualitas air dan pengolahan lahan yang baik.
"WFD atau berak putih pada dasarnya penyakit yang muncul karena budidaya kurang baik. Ketika melihat pola budidaya petambak di lombok tengah pada awal membangun KAVAS, saya yakin banyak hal yang masih bisa diperbaiki agar petambak untung," ujar Sarwana, Head of Shrimptech STP.
Sebagai langkah awal untuk melakukan inisiasi, Sarwana dan tim teknis dari STP mengenalkan model budidaya yang baik kepada para petambak. Mulai dari pengolahan lahan sebelum tebar benih, menjaga kualitas air selama masa budidaya, hingga pengelolaan panen yang baik.
"Budidaya udang yang baik kuncinya pada kualitas air yang menjadi tempat hidup udang," ujar Sarwana. "Petambak model tradisional seringkali tidak memperhatikan hal ini termasuk pada pengolahan lahan sebelum masa tebar benur."
Sarwana menjelaskan strategi yang ditempuh STP untuk menjawab permasalahan petambak tersebut dengan mendedikasikan pendamping petambak yang berfungsi sebagai penyuluh lapangan. Tugas utamanya adalah mendampingi petambak untuk dapat mengembangkan budidaya yang baik. Menjawab dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi petambak terkait dengan budidaya udang.
Lebih lanjut dia juga menjelaskan di masing-masing daerah sudah ada satu orang pendamping KAVAS. Kehadiran pendamping merupakan salah satu strategi STP untuk membantu meningkatkan produktivitas udang petambak.
"Ke depan kami berupaya untuk meningkatkan layanan lainnya sesuai dengan kebutuhan petambak. Bagi kami, keberlangsungan usaha udang para petambak merupakan kelangsungan perusahaan,"jelas Sarwana. “Hal tersebut sesuai dengan motto JAPFA yaitu Berkembang Menuju Kesejahteraan Bersama," tutupnya.
"Program KAVAS STP terbukti mampu meningkatkan produktivitas tambak. Pendampingan yang dilakukan tim STP dapat membantu petambak seperti kita ini untuk dapat memelihara udang dengan baik," ujar Bandi, salah satu petambak yang tergabung dalam KAVAS di Lombok Tengah.
Bandi juga menjelaskan sebelumnya budidaya tambak yang dilakukannya jarang mendapatkan hasil yang baik. Salah satu kendala yang dihadapi petambak di Lombok Tengah adalah penyakit WFD (White Feces Disease) atau penyakit berak putih pada udang selama masa pemeliharaan.
"Dahulu saya hampir gila. Punya tambak tapi kalau untuk pelihara udang rugi terus. Kalau tidak diteruskan rugi, dijalankan lebih rugi," kisah Bandi. "Akhirnya saya ketemu Pak Menge (Ketua Kelompok Petambak KAVAS) dan Pak Sarwana (STP) barulah harapan itu ada lagi," imbuhnya.
Ungkapan Bandi tersebut tidak berlebihan karena telah melihat hasil panenan dari para petambak awal yang bergabung dengan program KAVAS. Petambak yang telah bergabung ternyata bisa meningkatkan hasil budidaya udang dengan mengubah pola budidaya dengan menjaga kualitas air dan pengolahan lahan yang baik.
"WFD atau berak putih pada dasarnya penyakit yang muncul karena budidaya kurang baik. Ketika melihat pola budidaya petambak di lombok tengah pada awal membangun KAVAS, saya yakin banyak hal yang masih bisa diperbaiki agar petambak untung," ujar Sarwana, Head of Shrimptech STP.
Sebagai langkah awal untuk melakukan inisiasi, Sarwana dan tim teknis dari STP mengenalkan model budidaya yang baik kepada para petambak. Mulai dari pengolahan lahan sebelum tebar benih, menjaga kualitas air selama masa budidaya, hingga pengelolaan panen yang baik.
"Budidaya udang yang baik kuncinya pada kualitas air yang menjadi tempat hidup udang," ujar Sarwana. "Petambak model tradisional seringkali tidak memperhatikan hal ini termasuk pada pengolahan lahan sebelum masa tebar benur."
Sarwana menjelaskan strategi yang ditempuh STP untuk menjawab permasalahan petambak tersebut dengan mendedikasikan pendamping petambak yang berfungsi sebagai penyuluh lapangan. Tugas utamanya adalah mendampingi petambak untuk dapat mengembangkan budidaya yang baik. Menjawab dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi petambak terkait dengan budidaya udang.
Lebih lanjut dia juga menjelaskan di masing-masing daerah sudah ada satu orang pendamping KAVAS. Kehadiran pendamping merupakan salah satu strategi STP untuk membantu meningkatkan produktivitas udang petambak.
"Ke depan kami berupaya untuk meningkatkan layanan lainnya sesuai dengan kebutuhan petambak. Bagi kami, keberlangsungan usaha udang para petambak merupakan kelangsungan perusahaan,"jelas Sarwana. “Hal tersebut sesuai dengan motto JAPFA yaitu Berkembang Menuju Kesejahteraan Bersama," tutupnya.
(wbs)