Inflasi Diramal Lebih Terjaga Memasuki Tahun Politik
A
A
A
JAKARTA - Memasuki tahun politik di 2018 dan 2019, mendatang diperkirakan inflasi akan lebih terjaga dibandingkan periode yang sama sebelumnya. Menurut Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution hal tersebut sejalan dengan laju inflasi yang sudah memasuki era terendah.
Seperti diketahui pada tahun depan, Indonesia akan memasuki tahun politik, di mana akan dilakukan pemilihan kepada daerah (pilkada) secara serentak di 171 daerah dan pada 2019 akan ada pemilihan presiden (pilpres) sekaligus pemilihan legislatif (pileg).
Lebih stabilnya inflasi mendekati tahun politik ini, kata Damhuri, disebabkan sebagai bahan kampanye bagi para calon presiden. “Tahun depan itu sudah mendekati tahun politik, saya pikir tidak ada naik-naikkan harga, bisa repot urusannya, jadi inflasi lebih terjaga,” ujarnya Damhuri.
Sambung dia mencontohkan, saat ini ada beberapa kebutuhan yang harganya urung dinaikkan sesuai rencana, seperti salah satunya kenaikan listrik 450 VA. Rencananya, pemerintah akan menaikkan tarif listrik 450 VA secara bertahap yaitu bulan Juli, September dan November.
Namun semua rencana tersebut belum juga dilaksanakan demi menjaga daya beli masyarakat. Dengan berbagai kemungkinan, untuk 2018, dia memperkirakan inflasi akan terjaga di 2,5-3,5%. Tak hanya itu, mendekati tahun politik, sisi positif lainnya adalah masuknya arus modal yang lebih tinggi dibanding tahun-tahun reguler.
“Semakin dekat tahun Pilpres itu biasanya arus modal akan jor-joran. Ini akan berdampak positif bagi nilai tukar rupiah kita dan ekonomi nasional secara umumnya,” paparnya.
Sementara itu, untuk mendorong ekonomi lebih positif di 2018, dirinya menyarankan kepada pemerintah untuk lebih efektif dalam membelanjakan modal dalam anggaran. “Dengan latar belakang ini, maka perekonomian Indonesia tahun 2018 bisa di kisaran 5,3-5,4%,” tambahnya.
Seperti diketahui pada tahun depan, Indonesia akan memasuki tahun politik, di mana akan dilakukan pemilihan kepada daerah (pilkada) secara serentak di 171 daerah dan pada 2019 akan ada pemilihan presiden (pilpres) sekaligus pemilihan legislatif (pileg).
Lebih stabilnya inflasi mendekati tahun politik ini, kata Damhuri, disebabkan sebagai bahan kampanye bagi para calon presiden. “Tahun depan itu sudah mendekati tahun politik, saya pikir tidak ada naik-naikkan harga, bisa repot urusannya, jadi inflasi lebih terjaga,” ujarnya Damhuri.
Sambung dia mencontohkan, saat ini ada beberapa kebutuhan yang harganya urung dinaikkan sesuai rencana, seperti salah satunya kenaikan listrik 450 VA. Rencananya, pemerintah akan menaikkan tarif listrik 450 VA secara bertahap yaitu bulan Juli, September dan November.
Namun semua rencana tersebut belum juga dilaksanakan demi menjaga daya beli masyarakat. Dengan berbagai kemungkinan, untuk 2018, dia memperkirakan inflasi akan terjaga di 2,5-3,5%. Tak hanya itu, mendekati tahun politik, sisi positif lainnya adalah masuknya arus modal yang lebih tinggi dibanding tahun-tahun reguler.
“Semakin dekat tahun Pilpres itu biasanya arus modal akan jor-joran. Ini akan berdampak positif bagi nilai tukar rupiah kita dan ekonomi nasional secara umumnya,” paparnya.
Sementara itu, untuk mendorong ekonomi lebih positif di 2018, dirinya menyarankan kepada pemerintah untuk lebih efektif dalam membelanjakan modal dalam anggaran. “Dengan latar belakang ini, maka perekonomian Indonesia tahun 2018 bisa di kisaran 5,3-5,4%,” tambahnya.
(akr)