Fluktuatif, Inflasi Sumut Triwulan III Capai 1,82%

Kamis, 12 Oktober 2017 - 03:09 WIB
Fluktuatif, Inflasi...
Fluktuatif, Inflasi Sumut Triwulan III Capai 1,82%
A A A
MEDAN - Inflasi di Sumatera Utara (Sumut) mencapai 1,82% memasuki triwulan III tahun 2017. Angka ini masih di bawah rata-rata nasional yang mencapai 2,66%. Diharapkan tingkat inflasi di Sumut hingga akhir tahun dapat terkontrol dengan baik, sehingga dibutuhkan pengendalian terutama pada sektor penyumbang terbesar laju inflasi.

Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Tengku Erry Nuradi menambahkan, inflasi di Sumut selama ini memang cukup fluktuatif. Kalau dilihat dari data yang ada pada tahun 2014, inflasi Sumut mencapai 8,17%. Tahun 2015 bergerak turun 3,24% dan tahun 2016 sempat kembali naik 6,24%. Sementara hingga triwulan III tahun 2017, inflasi Sumut mencapai 1,84%.

“Kita berharap inflasi di Sumut stabil dan tetap bisa terkontrol dengan baik. Tentunya dengan tingkat inflasi yang rendah, sementara pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tentu kita akan dapat merasakan kesejahteraan masyarakat bertambah. Tapi kalau sebaliknya, pertumbuhan ekonomi tetap tapi inflasi tinggi kondisinya tidak akan dirasakan oleh masyarakat. Makanya kita harus benar-benar mengendalikan inflasi,” papar Erry dalam rapat koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se Sumut

Turut hadir Kepala Perwakilan BI Sumut, Arif Budi Santoso, Kepala BPS Sumut, Syech Suhaimi, Kepala Bulog Divre Sumut, Benhur Ngkaimi, Plt Sekda Provsu, Ibnu Hutomo, Asisten Ekbang Pemko Medan, Qamarul Fattah serta sejumlah unsur pimpinan SKPD Provsu dan Pemko Medan.

Lebih lanjut dikatakan Erry, tim harus benar-benar mampu mengendalikan inflasi, terutama terhadap sector-sektor yang selama ini menjadi penyumbang terbesar inflasi, seperti sektor pangan. Selain itu sektor transportasi, listrik, energi dan lainnya.

“Dalam waktu tiga bulan ini kita harus benar-benar menjaga agar kondisi inflasi stabil. Saat ini ketersediaan pangan kita mencukupi mulai dari beras dan lainnya. Kalau produksi cukup, dan kita tidak khawatirkan dari sisi supplay, kita juga harus memperhatikan distribusinya. Jangan sampai pasokan ada tapi distribusi tersendat. Makanya tim yang ada yaitu Satgas Pangan juga harus bekerja,” sambungnya.

Erry juga mengharapkan dengan keberadaan tim satgas pangan, maka nantinya dapat mengantisipasi agar produksi yang berlebih menjadi langka di pasaran karena adanya oknum tertentu yang melakukan penimbunan barang.

“Makanya tim satgas pangan yang di dalamnya ada kepolisian harus bertindak untuk mengecek orang atau oknum yang ingin melakukan penimbunan. Ini dalam rangka menjaga stabilitas harga pangan di pasar. Kita harap tim dapat melakukan operasi dan kami ingatkan kepada para pedagang untuk jangan mencoba bermain lakukan penimbunan barang. Sebab, kalau tim satgas pangan turun tidak ada istilah perdata tapi sudah pidana,” tegas Erry.

Ia menambahkan, dirinya yakin kalau produksi baik, begitu juga dengan distribusinya baik maka inflasi Sumut akan terkendali. Namun, menurut dia yang masih perlu diperhatikan adalah sektor transportasi. Sebab, biasanya di akhir tahun akan terjadi pergerakan masyarakat yang pulang kampung terutama di hari besar keagaaman dan tahun baru. Hal ini tentu saja harus diantisipasi untuk menjaga kestabilan inflasi.

Sebelumnya, Kepala BPS Sumut, Syech Suhaimi mengatakan, inflasi Sumut di bulan September 2017 mencapai 0,99%, sementara inflasi nasional bulan September 0,13%. Sementara secara kumulatif Januari-September inflasi Sumut 1,82% sedangkan inflasi nasional secara kumulatif mencapai 2,66%.

“Kota Medan merupakan kota tertinggi inflasi di Sumut yakni 1,08% (September) sementara inflasi kumulatifnya 1,79%. Setelah itu Sibolga inflasi September 0,93% dengan inflasi kumulatif 1,25%. Pematangsiantar inflasi September 0,55% dan inflasi kumulatif 2,14%. Selain itu, Padang Sidempuan inflasi September 0,40% dan inflasi kumulatif 2,11%,” kata Suhaimi.

Lebih lanjut dikatakan Suhaimi, inflasi Sumut dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan memberi andil 0,50%, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberi andil 0,41%, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,27%. Kelompok sandang pangan 0,60%, kelompok kesehatan 0,08%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,02% dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan memberikan andil inflasi 0,48%.

Kepala Perwakilan BI Sumut, Arif Budi Santoso mengatakan, khusus untuk Sumut harga cabai memang lebih dominan mempengaruhi inflasi. Dari Februari 2014 hingga Agustus 2017, persentase cabai mempengaruhi inflasi mencapai 0,77%. “Grafik kenaikan harga cabai ini memang lebih dominan mempengaruhi inflasi. Inilah yang harus kita kendalikan, salah satu upaya yang sudah dilakukan TPID Medan adalah membentuk asosiasi pedagang cabai,” kata Arif.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0983 seconds (0.1#10.140)