Gali Pasar BUMN, Penyaluran Kredit BNI Meningkat 13,3%
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatat kredit yang tersalurkan hingga akhir kuartal III/2017 sebesar Rp421,41 triliun atau tumbuh 13,3% di atas realisasi kredit pada periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp372,02 triliun.
Direktur Hubungan Kelembagaan dan Transaksional Perbankan BNI Adi Sulistyowati mengatakan, realisasi kredit tersebut jauh lebih cepat dibanding pertumbuhan kredit industri yang mencapai 8,2% per Juli 2017.
(Baca Juga: Laba Bersih BNI Meroket 31,6% Jadi Rp10,16 Triliun)
Untuk meraih hasil ini, strategi yang dilakukan manajemen untuk mendorong pertumbuhan kredit di atas industri, salah satunya dengan menggali potensi pasar pembiayaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan fokus pada proyek infrastruktur dan sektor industri yang memiliki risiko rendah dan terkontrol.
"Kemudian, mengoptimalkan jaringan dan outlet untuk mampu menggarap potensi pasar yang ada. Selain itu, menggali potensi supply chain debitur korporasi untuk menangkap potensi debitur baru," ujarnya di Jakarta, Kamis (12/10/2017).
Sementara, Sulistyowati menyampaikan, penyaluran kredit BNI ke sektor business banking menjadi yang utama dengan komposisi 78,3% dari total kredit atau sebesar Rp329,75 triliun. Capaian ini tumbuh 13,9% dibanding periode sama tahun lalu Rp289,47 triliun.
Pada sektor business banking ini, kredit BNI disalurkan ke segmen korporasi sebesar 23,6% dari total kredit, kredit BUMN 19,4%, lalu ke segmen menengah 16,1% dan segmen kecil 12,8%.
"Misalnya untuk meningkatkan penyaluran kredit ke segmen korporasi, manajemen BNI telah melaksanakan paduan strategi. Pertama, fokus pada pembiayaan proyek infrastruktur dan BUMN. Kedua, fokus pada pembiayaan sektor berisiko rendah seperti pertanian dan perkebunan. Ketiga, tidak melakukan ekspansi ke sektor yang berisiko cukup tinggi karena faktor eksternal, seperti pertambangan," tuturnya.
Adapun strategi yang disiapkan manajemen dalam mengoptimalkan penyaluran kredit ke segmen menengah, pertama, mengoptimalkan debitur-debitur segmen Menengah yang merupakan supply chain financing debitur korporasi. Kedua, meningkatkan kualitas monitoring pembiayaan kredit segmen menengah melalui pemberian kewenangan pimpinan wilayah.
"Sementara itu, penguatan kredit pada segmen kecil dilakukan dengan, mengoptimalkan jaringan melalui penetapan outlet sebagai full branch. Lalu, fokus pada pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR)," pungkas dia.
Direktur Hubungan Kelembagaan dan Transaksional Perbankan BNI Adi Sulistyowati mengatakan, realisasi kredit tersebut jauh lebih cepat dibanding pertumbuhan kredit industri yang mencapai 8,2% per Juli 2017.
(Baca Juga: Laba Bersih BNI Meroket 31,6% Jadi Rp10,16 Triliun)
Untuk meraih hasil ini, strategi yang dilakukan manajemen untuk mendorong pertumbuhan kredit di atas industri, salah satunya dengan menggali potensi pasar pembiayaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan fokus pada proyek infrastruktur dan sektor industri yang memiliki risiko rendah dan terkontrol.
"Kemudian, mengoptimalkan jaringan dan outlet untuk mampu menggarap potensi pasar yang ada. Selain itu, menggali potensi supply chain debitur korporasi untuk menangkap potensi debitur baru," ujarnya di Jakarta, Kamis (12/10/2017).
Sementara, Sulistyowati menyampaikan, penyaluran kredit BNI ke sektor business banking menjadi yang utama dengan komposisi 78,3% dari total kredit atau sebesar Rp329,75 triliun. Capaian ini tumbuh 13,9% dibanding periode sama tahun lalu Rp289,47 triliun.
Pada sektor business banking ini, kredit BNI disalurkan ke segmen korporasi sebesar 23,6% dari total kredit, kredit BUMN 19,4%, lalu ke segmen menengah 16,1% dan segmen kecil 12,8%.
"Misalnya untuk meningkatkan penyaluran kredit ke segmen korporasi, manajemen BNI telah melaksanakan paduan strategi. Pertama, fokus pada pembiayaan proyek infrastruktur dan BUMN. Kedua, fokus pada pembiayaan sektor berisiko rendah seperti pertanian dan perkebunan. Ketiga, tidak melakukan ekspansi ke sektor yang berisiko cukup tinggi karena faktor eksternal, seperti pertambangan," tuturnya.
Adapun strategi yang disiapkan manajemen dalam mengoptimalkan penyaluran kredit ke segmen menengah, pertama, mengoptimalkan debitur-debitur segmen Menengah yang merupakan supply chain financing debitur korporasi. Kedua, meningkatkan kualitas monitoring pembiayaan kredit segmen menengah melalui pemberian kewenangan pimpinan wilayah.
"Sementara itu, penguatan kredit pada segmen kecil dilakukan dengan, mengoptimalkan jaringan melalui penetapan outlet sebagai full branch. Lalu, fokus pada pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR)," pungkas dia.
(izz)