Ekspor Perhiasan di Jawa Timur Menurun

Selasa, 17 Oktober 2017 - 01:14 WIB
Ekspor Perhiasan di...
Ekspor Perhiasan di Jawa Timur Menurun
A A A
SURABAYA - Selama bulan September 2017, ekspor perhiasan Jawa Timur (Jatim) mencapai USD213,57 juta, turun 24,17% dari bulan sebelumnya sebesar USD 419,43 juta. Perhiasan berkontribusi sebesar 19,60% dari total ekspor non migas.

Peringkat kedua dan ketiga ditempati oleh tembaga dimurnikan untuk katoda dan bagian dari katoda serta limbah dan skrap perhiasan logam mulia dengan nilai berturut-turut USD117,80 juta dan USD101 juta. Selama Januari sampai September 2017, nilai ekspor perhiasan mencapai USD1,87 miliar.

"Hampir semua negara tujuan ekspor Jatim mengalami penurunan permintaan. Ini perlu dicermati lebih lanjut, apakah ada penurunan minat beli atau pengalihan pangsa pasar," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono di Surabaya, Senin (16/10/2017).

Dia menambahkan, negara di ASEAN masih menjadi negara tujuan utama ekspor non migas Jatim. Singapura menjadi negara utama dengan kontribusi sebesar 6,96% dari total ekspor non migas. Diikuti Malaysia dengan kontribusi 6,11% dan Thailand sebesar 2,99%. Selama kurun waktu sembilan bulan terakhir, hanya barang ekspor ke Thailand yang naik 21,13%.

"Selama bulan September, ekspor masih didominasi sektor Industri dengan nilai USD1,48 miliar dan berkontribusi sebesar 85,96% dari total ekspor. Sisanya dari sektor pertanian dan pertambangan," imbuhnya.

Untuk ekspor ke negara Eropa, lanjut dia, ekspor ke Jerman adalah satu-satunya yang mengalami kenaikan, yakni sebesar 2,95%. Sedangkan dari sisi nilai, ekspor ke Belanda merupakan ekspor yang terbesar dengan nilai mencapai USD302,28 juta, diikuti Jerman dengan nilai ekspor USD239,20 juta.

Selanjutnya negara Eropa lainnya yang merupakan negara tujuan ekspor adalah Italia dengan nilai USD142,34 juta. "Secara total, nilai ekspor Jatim selama September 2017 mencapai USD1,73 miliar, turun 11,39% dibanding bulan sebelumnya," pungkas Teguh.

Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf mengakui bahwa, perhiasan merupakan komoditas ekspor andalan Jatim. Meski kontribusinya mengalami penurunan, tapi tetap yang terbesar dibanding komoditas yang lain. Di Jatim, ada sebanyak 50 industri perhiasan. Jumlah itu terdiri dari 26 industri berskala besar dan 24 industri perhiasan berskala kecil).

Industri tersebut tersebar di berbagai sentra industri seperti Surabaya, Gresik, Lamongan, Pasuruan, Lumajang dan Pacitan. Industri perhiasan ini bisa menyerap tenaga kerja sekitar 17.600 orang. "Ketika batu bara dan migas sudah tidak bisa diandalkan, komoditas lain seperti perhiasan menjadi andalan ekspor," katanya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1114 seconds (0.1#10.140)