BTPN Syariah Perkuat Segmen Prasejahtera Produktif
A
A
A
BANDUNG - BTPN Syariah terus memperkuat penetrasi nasabah dengan tetap fokus menggarap segmen prasejahtera produktif dari kalangan perempuan. Dirut BTPN Syariah Ratih Rachmawaty mengatakan, pihaknya tetap fokus menggarap kaum perempuan.
Segmen tersebut dinilai memiliki potensi yang cukup besar dan cenderung belum tergarap secara maksimal oleh kalangan perbankan. "Saya kira prospek pada segmen itu masih cukup besar. Selama ini mereka terbentur persoalan bankable. Padahal kalau dikelola, mereka juga mampu," kata Ratih usai diskusi inklusi keuangan di Bandung, Kamis (19/10/2017).
Cara yang dilakukan BTPN Syariah, lanjut dia, tak hanya memberikan pembiayaan, tetapi juga pendampingan. Dengan cara itu, nasabah diharapkan memiliki perilaku uggul. Sehingga pembiayaan yang diberikan memberi manfaat besar bagi keluarga.
Berkat langkah itu, kata Ratih, BTPN Syariah mampu mencatat pertumbuhan keuangan hingga dua digit. Di mana, kinerja pembiayaan per Juni mencapai Rp5,77 triliun dengan NPF 1,7%. Dari sisi aset, pihaknya mencatat pertumbuhan 21% menjadi sekitar Rp8 triliun.
Sementara itu, Ekonom CORE Indonesia Hendri Saparini mengatakan, bank syariah telah mencatat sejarah yang cukup panjang. Namun pertumbuhan usahanya cenderung stagnan. "Kenaikannya seperti itu-itu saja. Berkutat pada bagaimana naikkan aset dan lainnya. Sementara di luar negeri, bagaimana mereka menaikkan demand. Kalau demand sudah naik, lainnya bisa ikut naik," jelas dia.
Di sisi lain, perbankan syariah pun cenderung menggarap ceruk bisnis skala kecil. Sementara untuk merambah bisnis besar, instrumennya belum ada. Walaupun, lanjut dia, bila segmen kecil digarap serius akan menghasilkan pendapatan keuangan cukup bagus.
"Selama ini pembiayaan, tanpa ada segmen market tertentu. BTPN Syariah sasar segmen ini. Upaya cari market dan bisnis model yang unik, ini memang belum banyak. Artinya, apa yang dilakukan BTPN Syariah potensinya masih cukup besar," imbuh dia.
Segmen tersebut dinilai memiliki potensi yang cukup besar dan cenderung belum tergarap secara maksimal oleh kalangan perbankan. "Saya kira prospek pada segmen itu masih cukup besar. Selama ini mereka terbentur persoalan bankable. Padahal kalau dikelola, mereka juga mampu," kata Ratih usai diskusi inklusi keuangan di Bandung, Kamis (19/10/2017).
Cara yang dilakukan BTPN Syariah, lanjut dia, tak hanya memberikan pembiayaan, tetapi juga pendampingan. Dengan cara itu, nasabah diharapkan memiliki perilaku uggul. Sehingga pembiayaan yang diberikan memberi manfaat besar bagi keluarga.
Berkat langkah itu, kata Ratih, BTPN Syariah mampu mencatat pertumbuhan keuangan hingga dua digit. Di mana, kinerja pembiayaan per Juni mencapai Rp5,77 triliun dengan NPF 1,7%. Dari sisi aset, pihaknya mencatat pertumbuhan 21% menjadi sekitar Rp8 triliun.
Sementara itu, Ekonom CORE Indonesia Hendri Saparini mengatakan, bank syariah telah mencatat sejarah yang cukup panjang. Namun pertumbuhan usahanya cenderung stagnan. "Kenaikannya seperti itu-itu saja. Berkutat pada bagaimana naikkan aset dan lainnya. Sementara di luar negeri, bagaimana mereka menaikkan demand. Kalau demand sudah naik, lainnya bisa ikut naik," jelas dia.
Di sisi lain, perbankan syariah pun cenderung menggarap ceruk bisnis skala kecil. Sementara untuk merambah bisnis besar, instrumennya belum ada. Walaupun, lanjut dia, bila segmen kecil digarap serius akan menghasilkan pendapatan keuangan cukup bagus.
"Selama ini pembiayaan, tanpa ada segmen market tertentu. BTPN Syariah sasar segmen ini. Upaya cari market dan bisnis model yang unik, ini memang belum banyak. Artinya, apa yang dilakukan BTPN Syariah potensinya masih cukup besar," imbuh dia.
(akr)