Steve Ballmer, Miliuner Paling Bahagia di Dunia
A
A
A
STEVE Ballmer, mantan CEO Microsoft dan pemilik klub basket Los Angeles Clippers, adalah orang terkaya paling bahagia di industri teknologi, atau bahkan dunia. Apa pasal?
Balmer bertemu pendiri Microsoft Bil Gates saat kuliah dan bergabung dengan Microsoft sebagai karyawan ke-30. Saat ini selain mengurusi klub basketnya, Ballmer hanya tinggal menikmati masa tua.
Setiap hari ia tidak lagi harus bangun pagi untuk bekerja. Kegiatan sehari-harinya adalah bermain golf, melakukan yoga, menonton pertandingan olahraga, melakukan kegiatan filantrofi, meditasi, dan berjalan dengan istrinya. "Yang terjadi sekarang adalah saya dapat mengontrol waktu saya. Saya bisa memilih apa yang ingin saya lakukan setiap harinya," ujar Ballmer kepada Business Insider.
Di awal masa pensiunnya sebagai CEO Microsoft, Ballmer memang berusaha untuk tetap sibuk. Karena tentu saja memimpin salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, Ballmer terbiasa dengan jadwal yang super ketat. Namun, sekarang ia merasa hidup santai lebih baik.
"Setelah setahun pensiun, saya berkata pada diri sendiri. Ini gila. Saya tidak perlu menciptakan kesibukan yang sebelumnya saya lakukan setiap hari," katanya. "Sekarang saya bangun tidur, berjalan kaki dengan istri saya, lalu mencari waktu untuk meditasi dan berolahraga," katanya.
Jika sebelumnya ia selalu bepergian, kini Ballmer baru mulai beraktivitas pada pukul 10.00 pagi. Dimulai dengan berolahraga, lalu bermain golf. "Rasanya senang sekali bisa mengontrol waktu saya dan terlibat dalam berbagai kegiatan menyenangkan dan produktif," katanya.
Ballmer mengaku memiliki kartu keanggotan 7 klub golf sekaligus. Dua di Seattle, dua di Hawaii, satu di Los Angeles, satu di Nebraska, dan satu di Detroit. Ia juga sering sekali berburu tempat-tempat golf baru yang terpencil dan jarang diketahui orang.
Salah satunya Cruden Bay di Skotlandia yang disebut sebagai salah satu lapangan golf terbaik di dunia. Lokasinya berdekatan dengan kastil dan pemandangannya sangat indah. Ballmer juga melakukan perjalanan bersama beberapa temannya di Australia, Selandia Baru, hingga Tasmania hanya untuk bermain golf. Ia bisa bermain empat hingga lima jam sehari.
Setelah Steve Ballmer pensiun dari 34 tahun kariernya di Microsoft pada 2014 (termasuk 14 tahun menjadi CEO), pria berkepala botak itu mengaku merasa tersesat hingga menghabiskan sebagian waktunya di rumah sambil menonton Netflix. Tepatnya, tiga minggu sebelum hari terakhirnya bekerja di perusahaan software terbesar di dunia tersebut.
"Saya menonton 100 episode serial The Goof Wife dalam tiga minggu," kenangnya.
Di akhir masa jabatannya, Ballmer sudah menyiapkan segalanya. Termasuk sang pengganti Satya Nadela. Namun, ternyata dewan direksi Microsoft tidak ingin segera mengumumkan karena merasa belum yakin. Maka, dalam tiga minggu terakhir itu ia "menganggur" di rumah.
Akui Salah Langkah
Setelah pensiun, apa kekecewaan terbesar Steve Ballmer semasa menjabat sebagai CEO Microsoft? Menurut Ballmer, ia menyesal terlambat membuat Microsoft terjun ke industri hardware. "Saya terlambat untuk mengenali kebutuhan akan hardware spesifik. Andai saja saya dapat membuat Microsoft sebagai perusahaan hardware tingkat dunia," sesalnya.
Ada dua alasan yang diungkap Ballmer. Pertama, walau sebagai perusahaan software, ia menganggap bahwa keberadaan hardware sangat penting. Dan Microsoft sendiri sudah punya divisi Surface, laptop yang banyak mendapat pujian dan diterima di kelompok pasar tertentu.
Kedua, lewat analisis dari Microsoft Research, ke depannya industri terpenting ada pada silikon dan cloud. Karena itu, pada akhir masa pensiunnya, Ballmer mempromosikan mantra "device dan services", yang kemudian ternyata dipangkas oleh CEO baru Satya Nadella.
Strategi Satya Nadella lebih berat pada utilisasi cloud di berbagai produk Microsoft. Sementara, divisi hardware dan perangkat mobile lebih banyak dipangkas.
Balmer bertemu pendiri Microsoft Bil Gates saat kuliah dan bergabung dengan Microsoft sebagai karyawan ke-30. Saat ini selain mengurusi klub basketnya, Ballmer hanya tinggal menikmati masa tua.
Setiap hari ia tidak lagi harus bangun pagi untuk bekerja. Kegiatan sehari-harinya adalah bermain golf, melakukan yoga, menonton pertandingan olahraga, melakukan kegiatan filantrofi, meditasi, dan berjalan dengan istrinya. "Yang terjadi sekarang adalah saya dapat mengontrol waktu saya. Saya bisa memilih apa yang ingin saya lakukan setiap harinya," ujar Ballmer kepada Business Insider.
Di awal masa pensiunnya sebagai CEO Microsoft, Ballmer memang berusaha untuk tetap sibuk. Karena tentu saja memimpin salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, Ballmer terbiasa dengan jadwal yang super ketat. Namun, sekarang ia merasa hidup santai lebih baik.
"Setelah setahun pensiun, saya berkata pada diri sendiri. Ini gila. Saya tidak perlu menciptakan kesibukan yang sebelumnya saya lakukan setiap hari," katanya. "Sekarang saya bangun tidur, berjalan kaki dengan istri saya, lalu mencari waktu untuk meditasi dan berolahraga," katanya.
Jika sebelumnya ia selalu bepergian, kini Ballmer baru mulai beraktivitas pada pukul 10.00 pagi. Dimulai dengan berolahraga, lalu bermain golf. "Rasanya senang sekali bisa mengontrol waktu saya dan terlibat dalam berbagai kegiatan menyenangkan dan produktif," katanya.
Ballmer mengaku memiliki kartu keanggotan 7 klub golf sekaligus. Dua di Seattle, dua di Hawaii, satu di Los Angeles, satu di Nebraska, dan satu di Detroit. Ia juga sering sekali berburu tempat-tempat golf baru yang terpencil dan jarang diketahui orang.
Salah satunya Cruden Bay di Skotlandia yang disebut sebagai salah satu lapangan golf terbaik di dunia. Lokasinya berdekatan dengan kastil dan pemandangannya sangat indah. Ballmer juga melakukan perjalanan bersama beberapa temannya di Australia, Selandia Baru, hingga Tasmania hanya untuk bermain golf. Ia bisa bermain empat hingga lima jam sehari.
Setelah Steve Ballmer pensiun dari 34 tahun kariernya di Microsoft pada 2014 (termasuk 14 tahun menjadi CEO), pria berkepala botak itu mengaku merasa tersesat hingga menghabiskan sebagian waktunya di rumah sambil menonton Netflix. Tepatnya, tiga minggu sebelum hari terakhirnya bekerja di perusahaan software terbesar di dunia tersebut.
"Saya menonton 100 episode serial The Goof Wife dalam tiga minggu," kenangnya.
Di akhir masa jabatannya, Ballmer sudah menyiapkan segalanya. Termasuk sang pengganti Satya Nadela. Namun, ternyata dewan direksi Microsoft tidak ingin segera mengumumkan karena merasa belum yakin. Maka, dalam tiga minggu terakhir itu ia "menganggur" di rumah.
Akui Salah Langkah
Setelah pensiun, apa kekecewaan terbesar Steve Ballmer semasa menjabat sebagai CEO Microsoft? Menurut Ballmer, ia menyesal terlambat membuat Microsoft terjun ke industri hardware. "Saya terlambat untuk mengenali kebutuhan akan hardware spesifik. Andai saja saya dapat membuat Microsoft sebagai perusahaan hardware tingkat dunia," sesalnya.
Ada dua alasan yang diungkap Ballmer. Pertama, walau sebagai perusahaan software, ia menganggap bahwa keberadaan hardware sangat penting. Dan Microsoft sendiri sudah punya divisi Surface, laptop yang banyak mendapat pujian dan diterima di kelompok pasar tertentu.
Kedua, lewat analisis dari Microsoft Research, ke depannya industri terpenting ada pada silikon dan cloud. Karena itu, pada akhir masa pensiunnya, Ballmer mempromosikan mantra "device dan services", yang kemudian ternyata dipangkas oleh CEO baru Satya Nadella.
Strategi Satya Nadella lebih berat pada utilisasi cloud di berbagai produk Microsoft. Sementara, divisi hardware dan perangkat mobile lebih banyak dipangkas.
(amm)