CropLife Indonesia Tingkatkan Pengetahuan Petani soal Pestisida
A
A
A
BANDUNG - Menunjang efektifnya kegiatan Lokakarya bertajuk "Membangun kemitraan pemerintah dengan sektor swasta dalam penanggulangan penyebaran produk perlindungan tanaman". Croplife bersama pemerintah mengkolaborasikan kegiatan itu dengan temu petani dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang "Tata Kelola Penggunaan Produk Perlindungan Tanaman" di Balai Penelitian Sayuran (Balitsa) Kementerian Pertanian.
"Kita lihat aplikasi penggunaan produk perlindungan tanaman dalam hal ini pestisida belum sesuai dengan ketentuan. Semoga kegiatan (temu petani) ini membawa manfaat khususnya terkait tata kelola penggunaan produk pestisida khususnya," ujar Executive Director CropLife Indonesia Agung Kurniawan di Balitsa Kementan, Kamis (9/11/2017).
Menurutnya, petani di Indonesia dinilai masih kurang memiliki pengetahuan mengenai praktis pertanian yang baik (Good Agriculture Practice) dan praktis penggunaan pestisida yang baik (Good Pesticide Practice). Aplikasi pestisida yang tidak rasional merupakan ciri khas dari produksi pertanian di Indonesia. Selain mengakibatkan biaya produksi yang tinggi dan keuntungan yang sedikit, efek dari pengaplikasian pestisida yang tidak rasional dapat merugikan kesehatan pengguna dan konsumen serta merusak ekosistem lingkungan.
Ditambah dengan permasalahan penggunaan dan pemalsuan produk pestisida, tidak tanggung-tanggung biasanya pestisida yang dipalsukan adalah pestisida yang berharga mahal dan paten yang menyebabkan kerugian petani sangat besar. Sementara perwakilan dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran Mastur menambahkan dampak dari pestisida palsu bukan hanya mempengaruhi kualitasnya saja, tapi juga ekosistem.
"Saya bahkan juga mendengar ada beberapa produk yang mendapatkan larangan ekspor karena paparan berlebihan pestisida. Diharapkan lewat kegiatan ini bisa memberikan manfaat kepada petani khususnya petani sayur. Sebagai institusi pemerintah saya harap penyebaran pestisida palsu ini bisa ditanggulangi, karena efeknya yang luar biasa merugikan," paparnya.
Dalam kegiatan temu tani ini, seluruh anggota dari CropLife Indonesia yang terdiri dari delapan perusahaan multinasional yakni BASF, Bayer, Dow Agrosciences, DuPont, FMC, Monsanto, Nufarm dan Syngenta turut memberikan pemahaman dan menyampaikan misi dengan mengusung tema edukasi yang berbeda antara lain: pengendalian hama dan penyakit terpadu, alat pelindung diri, anti pemalsuan produk, manajemen resistensi, perawatan alat semprot, label, dan lima aturan utama pestisida.
Dimana hal tersebut sejalan dengan lima aturan utama pestisida yang meliputi: Memahami label, Mengerjakan dengan hati-hati, Merawat sprayer dengan baik, Menjaga kebersihan diri, dan Kenakan alat pelindung diri. Penyedia aplikasi pertanian yaitu Karsa juga turut mendukung program ini dengan memberikan informasi secara online mengenai materi-materi penting dalam pengendalian hama dan penyakit terpadu. Informasi ini dapat diakses dengan mudah oleh para petani dan petugas lapangan dengan menggunakan smartphone.
"Informasi mengenai pertanian disediakan oleh Karsa secara online, sehingga dapat menjangkau para petani dan pelaku pasar tanpa terkendala oleh waktu dan tempat. Dengan fitur interaktif dalam aplikasi ini, petani juga dapat memperoleh informasi secara cepat dan up to date," terang Perwakilan Karsa Heni.
"Kita lihat aplikasi penggunaan produk perlindungan tanaman dalam hal ini pestisida belum sesuai dengan ketentuan. Semoga kegiatan (temu petani) ini membawa manfaat khususnya terkait tata kelola penggunaan produk pestisida khususnya," ujar Executive Director CropLife Indonesia Agung Kurniawan di Balitsa Kementan, Kamis (9/11/2017).
Menurutnya, petani di Indonesia dinilai masih kurang memiliki pengetahuan mengenai praktis pertanian yang baik (Good Agriculture Practice) dan praktis penggunaan pestisida yang baik (Good Pesticide Practice). Aplikasi pestisida yang tidak rasional merupakan ciri khas dari produksi pertanian di Indonesia. Selain mengakibatkan biaya produksi yang tinggi dan keuntungan yang sedikit, efek dari pengaplikasian pestisida yang tidak rasional dapat merugikan kesehatan pengguna dan konsumen serta merusak ekosistem lingkungan.
Ditambah dengan permasalahan penggunaan dan pemalsuan produk pestisida, tidak tanggung-tanggung biasanya pestisida yang dipalsukan adalah pestisida yang berharga mahal dan paten yang menyebabkan kerugian petani sangat besar. Sementara perwakilan dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran Mastur menambahkan dampak dari pestisida palsu bukan hanya mempengaruhi kualitasnya saja, tapi juga ekosistem.
"Saya bahkan juga mendengar ada beberapa produk yang mendapatkan larangan ekspor karena paparan berlebihan pestisida. Diharapkan lewat kegiatan ini bisa memberikan manfaat kepada petani khususnya petani sayur. Sebagai institusi pemerintah saya harap penyebaran pestisida palsu ini bisa ditanggulangi, karena efeknya yang luar biasa merugikan," paparnya.
Dalam kegiatan temu tani ini, seluruh anggota dari CropLife Indonesia yang terdiri dari delapan perusahaan multinasional yakni BASF, Bayer, Dow Agrosciences, DuPont, FMC, Monsanto, Nufarm dan Syngenta turut memberikan pemahaman dan menyampaikan misi dengan mengusung tema edukasi yang berbeda antara lain: pengendalian hama dan penyakit terpadu, alat pelindung diri, anti pemalsuan produk, manajemen resistensi, perawatan alat semprot, label, dan lima aturan utama pestisida.
Dimana hal tersebut sejalan dengan lima aturan utama pestisida yang meliputi: Memahami label, Mengerjakan dengan hati-hati, Merawat sprayer dengan baik, Menjaga kebersihan diri, dan Kenakan alat pelindung diri. Penyedia aplikasi pertanian yaitu Karsa juga turut mendukung program ini dengan memberikan informasi secara online mengenai materi-materi penting dalam pengendalian hama dan penyakit terpadu. Informasi ini dapat diakses dengan mudah oleh para petani dan petugas lapangan dengan menggunakan smartphone.
"Informasi mengenai pertanian disediakan oleh Karsa secara online, sehingga dapat menjangkau para petani dan pelaku pasar tanpa terkendala oleh waktu dan tempat. Dengan fitur interaktif dalam aplikasi ini, petani juga dapat memperoleh informasi secara cepat dan up to date," terang Perwakilan Karsa Heni.
(ven)