Bandara Kertajati Tekan Ketimpangan Ekonomi Jabar
A
A
A
BANDUNG - Pertumbuhan ekonomi di kawasan utara dan timur Jawa Barat diyakini bertumbuh pesat seiring hadirnya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, yang ditargetkan beroperasi tahun depan.
Sekretaris Perusahaan PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (PT BIJB) Wasfan W Widodo mengatakan, masyarakat harus mampu menangkap peluang dari Bandara Kertajati yang dilengkapi berbagai akses pendukung, agar perekonomiannya meningkat signifikan.
Untuk diketahui, kawasan Aerocity Bandara Kertajati, Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), dan infrastruktur transportasi massal seperti kereta api yang terintegrasi dengan Bandara Kertajadi, serta Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), mempertegas bahwa pemerataan ekonomi sudah mulai bergerak ke arah utara dan timur Jabar.
Apalagi, Bandara Kertajati juga dipastikan menyedot 150.000-400.000 tenaga kerja warga sekitar. "Keberadaan BIJB akan menjadi penyeimbang pertumbuhan ekonomi di sana. Diharapkan, pertumbuhan ekonomi di wilayah utara dan timur akan bangkit. Kalau barat lebih cepat berkembang karena memang berdekatan dengan ibu kota, itu sudah menjadi konsekuensi logis," kata Wasfan dalam siaran persnya, Sabtu (11/11/2017).
"Karenanya, masyarakat harus mampu menangkap peluang dengan hadirnya BIJB karena perubahan itu seharusnya bukan menjadi ancaman, tapi peluang yang harus dihadirkan," ujar dia.
Pihaknya berharap pemerintah daerah setempat menginventarisasi sektor-sektor potensial yang akan tumbuh kembang di kawasan sekitar bandara. Contohnya, masyarakat Kabupaten Majalengka bisa menciptakan peluang dari potensi pariwisata yang dimiliki kabupaten berjuluk Kota Angin itu.
Sehingga, warga Majalengka tidak menjadi 'tamu di rumahnya sendiri'. Sebab, mobilitas manusia dipastikan terjadi di Majalengka sebagai persinggahan penumpang Bandara Kertajati yang diprediksi mampu menyedot 2,7 juta penumpang di tahun pertamanya beroperasi.
"Kesadaran itu harus ada proses perpindahan pola pikir. Itu bisa dilakukan dengan cara menangkap peluang atas kehadiran bandara. Cara yang sederhana, misalnya bangun toko, kontrakan, bahkan hotel. Ini sangat positif," tuturnya.
Sementara, Pakar Ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Bandung Acuviarta Kartabi menilai, ketimpangan ekonomi antara kawasan utara-timut dan barat Jabar yang selama ini terjadi akan teratasi dengan kehadiran BIJB.
Dia menerangkan, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Majalengka cenderung lambat di mana IPM hanya bergerak di angka sekitar 64,55. Pergerakan ekonomi yang agresif condong ke barat dan kawasan Bandung Raya.
Atas dasar itu, jika Pemda setempat jeli, pertumbuhan ekonomi di Majalengka bisa melampaui target. "Jadi, saya kira dari sisi keberadaan BIJB, banyak positifnya. Bukan Majalengka saja, tapi Jawa Barat secara keseluruhan di mana akhirnya punya bandara yang representatif," katanya.
Dia pun yakin, di lima tahun pertamanya beroperasi, laju pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitar Bandara Kertajati akan naik 1%-1,5%. Hal ini dapat terlihat dari peluang yang tersedia, seperti penyerapan tenaga kerja, masuknya investor, dan serapan konsumsi.
Bahkan, dalam jangka panjang, Acuviarta pun yakin pertumbuhan ekonomi Majalengka akan nail lebih dari 2%. "Masyarakat enggak usah khawatir. Orang datang ke BIJB itu potensi, karena pengembangan kawasan sangat masif," imbuhnya.
Ketika satu kawasan menjadi persinggahan, kata Acuviarta, maka sektor jasa akan berkembang, salah satunya hotel. Namun, peluang itu tidak akan maksimal jika tidak ada daya tarik yang disuguhkan.
Menurutnya, PT BIJB selaku penanggung jawab pembangunan Bandara Kertajati serta kawasan Aerocity-nya tak bisa bekerja sendiri. Instrumen lain harus ikut bergerak, seperti Pemda, sehingga potensi BIJB mendatangkan manfaat yang optimal.
Sekretaris Perusahaan PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (PT BIJB) Wasfan W Widodo mengatakan, masyarakat harus mampu menangkap peluang dari Bandara Kertajati yang dilengkapi berbagai akses pendukung, agar perekonomiannya meningkat signifikan.
Untuk diketahui, kawasan Aerocity Bandara Kertajati, Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), dan infrastruktur transportasi massal seperti kereta api yang terintegrasi dengan Bandara Kertajadi, serta Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), mempertegas bahwa pemerataan ekonomi sudah mulai bergerak ke arah utara dan timur Jabar.
Apalagi, Bandara Kertajati juga dipastikan menyedot 150.000-400.000 tenaga kerja warga sekitar. "Keberadaan BIJB akan menjadi penyeimbang pertumbuhan ekonomi di sana. Diharapkan, pertumbuhan ekonomi di wilayah utara dan timur akan bangkit. Kalau barat lebih cepat berkembang karena memang berdekatan dengan ibu kota, itu sudah menjadi konsekuensi logis," kata Wasfan dalam siaran persnya, Sabtu (11/11/2017).
"Karenanya, masyarakat harus mampu menangkap peluang dengan hadirnya BIJB karena perubahan itu seharusnya bukan menjadi ancaman, tapi peluang yang harus dihadirkan," ujar dia.
Pihaknya berharap pemerintah daerah setempat menginventarisasi sektor-sektor potensial yang akan tumbuh kembang di kawasan sekitar bandara. Contohnya, masyarakat Kabupaten Majalengka bisa menciptakan peluang dari potensi pariwisata yang dimiliki kabupaten berjuluk Kota Angin itu.
Sehingga, warga Majalengka tidak menjadi 'tamu di rumahnya sendiri'. Sebab, mobilitas manusia dipastikan terjadi di Majalengka sebagai persinggahan penumpang Bandara Kertajati yang diprediksi mampu menyedot 2,7 juta penumpang di tahun pertamanya beroperasi.
"Kesadaran itu harus ada proses perpindahan pola pikir. Itu bisa dilakukan dengan cara menangkap peluang atas kehadiran bandara. Cara yang sederhana, misalnya bangun toko, kontrakan, bahkan hotel. Ini sangat positif," tuturnya.
Sementara, Pakar Ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Bandung Acuviarta Kartabi menilai, ketimpangan ekonomi antara kawasan utara-timut dan barat Jabar yang selama ini terjadi akan teratasi dengan kehadiran BIJB.
Dia menerangkan, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Majalengka cenderung lambat di mana IPM hanya bergerak di angka sekitar 64,55. Pergerakan ekonomi yang agresif condong ke barat dan kawasan Bandung Raya.
Atas dasar itu, jika Pemda setempat jeli, pertumbuhan ekonomi di Majalengka bisa melampaui target. "Jadi, saya kira dari sisi keberadaan BIJB, banyak positifnya. Bukan Majalengka saja, tapi Jawa Barat secara keseluruhan di mana akhirnya punya bandara yang representatif," katanya.
Dia pun yakin, di lima tahun pertamanya beroperasi, laju pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitar Bandara Kertajati akan naik 1%-1,5%. Hal ini dapat terlihat dari peluang yang tersedia, seperti penyerapan tenaga kerja, masuknya investor, dan serapan konsumsi.
Bahkan, dalam jangka panjang, Acuviarta pun yakin pertumbuhan ekonomi Majalengka akan nail lebih dari 2%. "Masyarakat enggak usah khawatir. Orang datang ke BIJB itu potensi, karena pengembangan kawasan sangat masif," imbuhnya.
Ketika satu kawasan menjadi persinggahan, kata Acuviarta, maka sektor jasa akan berkembang, salah satunya hotel. Namun, peluang itu tidak akan maksimal jika tidak ada daya tarik yang disuguhkan.
Menurutnya, PT BIJB selaku penanggung jawab pembangunan Bandara Kertajati serta kawasan Aerocity-nya tak bisa bekerja sendiri. Instrumen lain harus ikut bergerak, seperti Pemda, sehingga potensi BIJB mendatangkan manfaat yang optimal.
(izz)