China Diperingatkan Risiko Bubble Sektor Keuangan

Kamis, 16 November 2017 - 15:18 WIB
China Diperingatkan Risiko Bubble Sektor Keuangan
China Diperingatkan Risiko Bubble Sektor Keuangan
A A A
BEIJING - Pejabat pemerintah China memperingatkan sektor keuangannya menghadapi risiko bubble (gelembung), di mana pihak berwenang memperpanjang usaha untuk mengurangi penumpukan utang dalam keadaan ekonomi yang mengkhawatirkan.

Huang Qifan selaku wakil ketua komite ekonomi dan keuangan di bawah Kongres Rakyat Nasional, China mengatakan bahwa rasio sektor keuangan China terhadap keseluruhan ekonomi adalah rasio tertinggi di dunia. "Ini bukan hal yang baik," kata Huang seperti dikutip dari Reuters, Kamis (16/11/2017).

Sektor keuangan China sebagai bagian dari produk domestik bruto sebesar 8,5% dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Pemerintah pada tahun kedua melakukan tindakan keras terhadap investasi spekulatif dan tingkat utang perusahaan yang tinggi karena untuk meredakan risiko keuangan dan gelembung properti.

Pihak berwenang sangat prihatin dengan pembiayaan spekulatif dan telah mengambil garis keras melawan kegiatan berisiko. Tingkat pinjaman telah meningkat sedikit dan M2 atau jumlah uang beredar yang melebar, pertumbuhan melambat ke rekor terendah 8,8% pada Oktober.

Namun, kredit terus berkembang lebih cepat dari PDB dan utang konsumen meningkat sangat cepat. "M2 di Amerika Serikat adalah 70% dari PDB, kita lebih dari 200%," kata Huang.

"M2 yang terlalu tinggi menyebabkan inflasi, terutama tercermin pada harga perumahan, yang telah meningkat sekitar delapan kali lipat dalam 10 tahun terakhir," tuturnya.

Dia menuturkan, pajak properti bisa masuk dalam kartu dalam beberapa tahun ke depan, dan menambahkan bahwa hal itu akan membantu meredakan spekulasi di sektor yang telah menarik pemerintah pada tahun lalu.

China telah membahas pajak properti berulang kali selama bertahun-tahun, namun kemajuan publik di lapangan inisiatif dihentikan setelah skema percontohan yang sangat terbatas diluncurkan pada 2011.

"Saya percaya (pajak properti) akan terjadi dalam waktu dekat, tidak butuh waktu 10-20 tahun. Itu bisa terjadi dalam beberapa tahun ke depan," kata dia.

Huang juga mempertimbangkan bagaimana China mengelola cadangan devisa yang masif yang meningkat menjadi USD3,109 triliun pada Oktober. "China telah mencapai tahap di mana sistem cadangan devisa harus direformasi," imbuhnya.

Menurutnya, Kementerian Keuangan harus memainkan peran lebih besar dalam mengelola cadangan devisa negara tersebut. Cadangan devisa saat ini dikelola oleh bank sentral, People's Bank of China.

Huang mengatakan, cadangan devisa China saat ini hanya bisa diinvestasikan dalam utang luar negeri likuid, yang menghasilkan imbal hasil rendah. "Kami ingin menjadi kekuatan finansial sejati. Untuk menjadi kekuatan finansial, kita seharusnya tidak meminjamkan lebih banyak uang ke negara lain, tapi berinvestasi secara global dan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi dan berkelanjutan," tuturnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7844 seconds (0.1#10.140)