USD Defensif, Rupiah Berakhir Tak Berdaya
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini menjelang akhir pekan, ditutup masih lesu tidak berdaya. Mata uang Garuda gagal memanfaatkan pergerakan defensif USD terhadap beberapa mata uang lain.
Data Yahoo Finance, rupiah sore ini berada di level Rp13.540/USD atau menyusut dari posisi kemarin yang berada di level Rp13.532/USD. Pergerakan rupiah sendiri berada di kisaran harian Rp13.528-Rp13.547/USD.
Posisi rupiah menurut data Bloomberg, sore ini berada di level Rp13.539/USD atau turun tipis dibandingkan sebelumnya yang berada di level Rp13.535/USD. Hari ini rupiah berada di kisaran level Rp13.530-Rp13.552/USD.
Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah sore ini berakhir di level Rp13.555/USD atau stagnan dari penutupan sebelumnya.
Sementara, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, hari ini tertahan di level Rp13.538/USD atau menguat satu poin dari posisi perdagangan kemarin Rp13.539/USD.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (16/11/2017) USD di akhir perdagangan hari ini masih defensif seiring keraguan terkait prospek kemajuan kebijakan reformasi pajak di Amerika Serikat (AS). Selain itu penurunan juga terjadi pada bursa saham AS, lantaran dipengaruhu imbal hasil obligasi serta perkiraan inflasi.
Indeks USD berdiri di level 93.891 setelah jatuh ke posisi terendah 93.402 pada Rabu, kemarin atau menjadi yang paling lemah dalam hampir empat pekan. Pergerakan mata uang Negeri Paman Sam -julukan AS- terkoreksi cukup parah dari uptrend yang dimulai pada awal September ketika harapan kesepakatan pemangkasan pajak mencuat.
"Untuk saat ini, pemotongan pajak AS akan menjadi tema utama dalam pasar. Saya harapkan negosiasi tidak berkelanjutan di akhir tahun, tetapi pada kuartal pertama tahun depan, akan ada kesepakatan," kata Senior Strategis Daiwa Securities Yukio Ishizuki.
Saham AS dan obligasi telah mengumpulkan harapan pemotongan pajak dan prospek pertumbuhan ekonomi AS yang solid, namun penurunan diperpanjang lebih lanjut usai sentimen dari dolar. Indeks S & P 500 jatuh ke posisi terendah dalam tiga pekan, sedangkan obligasi naik tertinggi dalam tujuh setengah bulan.
Ada dorongan bagi pergerakan mata uang ketika konsumen AS menunjukkan tren positif dan data penjualan ritel tidak cukup kuat untuk meringankan kekhawatiran mereka. Inflasi tahun berada pada posisi 1,8% di Oktober dengan penjualan ritel bertambah 0,2%.
Saat USD berada di bawah tekanan, euro diperdagangkan pada level USD1.1778, turun sedikit dibandingkan akhir pekan kemarin yang menyusut hampir sebesar 1%. Namun kemarin bangkit ke level USD1.1862 atau jadi yang terbaik selama satu bulan.
Di sisi lain kemarin, USD ambruk menjadi 112.47 saat melawan Yen dan kini berada pada level 113.04 di akhir perdagangan Asia. Dolar Australia memantul dari posisi terendah selama lima bulan dipicu optimisme pertumbuhan ekonomi. Dolar Aussie diperdagangkan pada level 0.7594 terhadap USD atau cenderung mendatar.
Melawan Yen Jepang, Aussie merosot ke posisi terendah tiga bulan 85.52, sehingga mencetak kerugian harian yang terbesar sejak hari sebelum pertengahan Agustus. Dolar Selandia Baru juga menyusut ke level 0.6857 ketika melawan USD, mendekati posisi terendah lima setengah bulan 0.6818 pada bulan lalu.
Data Yahoo Finance, rupiah sore ini berada di level Rp13.540/USD atau menyusut dari posisi kemarin yang berada di level Rp13.532/USD. Pergerakan rupiah sendiri berada di kisaran harian Rp13.528-Rp13.547/USD.
Posisi rupiah menurut data Bloomberg, sore ini berada di level Rp13.539/USD atau turun tipis dibandingkan sebelumnya yang berada di level Rp13.535/USD. Hari ini rupiah berada di kisaran level Rp13.530-Rp13.552/USD.
Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah sore ini berakhir di level Rp13.555/USD atau stagnan dari penutupan sebelumnya.
Sementara, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, hari ini tertahan di level Rp13.538/USD atau menguat satu poin dari posisi perdagangan kemarin Rp13.539/USD.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (16/11/2017) USD di akhir perdagangan hari ini masih defensif seiring keraguan terkait prospek kemajuan kebijakan reformasi pajak di Amerika Serikat (AS). Selain itu penurunan juga terjadi pada bursa saham AS, lantaran dipengaruhu imbal hasil obligasi serta perkiraan inflasi.
Indeks USD berdiri di level 93.891 setelah jatuh ke posisi terendah 93.402 pada Rabu, kemarin atau menjadi yang paling lemah dalam hampir empat pekan. Pergerakan mata uang Negeri Paman Sam -julukan AS- terkoreksi cukup parah dari uptrend yang dimulai pada awal September ketika harapan kesepakatan pemangkasan pajak mencuat.
"Untuk saat ini, pemotongan pajak AS akan menjadi tema utama dalam pasar. Saya harapkan negosiasi tidak berkelanjutan di akhir tahun, tetapi pada kuartal pertama tahun depan, akan ada kesepakatan," kata Senior Strategis Daiwa Securities Yukio Ishizuki.
Saham AS dan obligasi telah mengumpulkan harapan pemotongan pajak dan prospek pertumbuhan ekonomi AS yang solid, namun penurunan diperpanjang lebih lanjut usai sentimen dari dolar. Indeks S & P 500 jatuh ke posisi terendah dalam tiga pekan, sedangkan obligasi naik tertinggi dalam tujuh setengah bulan.
Ada dorongan bagi pergerakan mata uang ketika konsumen AS menunjukkan tren positif dan data penjualan ritel tidak cukup kuat untuk meringankan kekhawatiran mereka. Inflasi tahun berada pada posisi 1,8% di Oktober dengan penjualan ritel bertambah 0,2%.
Saat USD berada di bawah tekanan, euro diperdagangkan pada level USD1.1778, turun sedikit dibandingkan akhir pekan kemarin yang menyusut hampir sebesar 1%. Namun kemarin bangkit ke level USD1.1862 atau jadi yang terbaik selama satu bulan.
Di sisi lain kemarin, USD ambruk menjadi 112.47 saat melawan Yen dan kini berada pada level 113.04 di akhir perdagangan Asia. Dolar Australia memantul dari posisi terendah selama lima bulan dipicu optimisme pertumbuhan ekonomi. Dolar Aussie diperdagangkan pada level 0.7594 terhadap USD atau cenderung mendatar.
Melawan Yen Jepang, Aussie merosot ke posisi terendah tiga bulan 85.52, sehingga mencetak kerugian harian yang terbesar sejak hari sebelum pertengahan Agustus. Dolar Selandia Baru juga menyusut ke level 0.6857 ketika melawan USD, mendekati posisi terendah lima setengah bulan 0.6818 pada bulan lalu.
(akr)